Senin, 31 Januari 2011

Perjuangan Terbuka Ummat Islam

Apa yang anda lihat dari Mesir saat ini? Atau mungkin jangankan melihat dan mencermati, mengetahui saja apa yang terjadi disana anda tidak tahu. Kalau itu keadaan anda, maka tulisan ini mungkin tidak ditujukan untuk anda. Tulisan ini saya khususkan bagi mereka yang selama ini dahaga akan kabar gembira dari perjuangan panji-panji Islam.

Tulisan ini saya niatkan menjadi tulisan yang menyemangati, menjadi penyejuk, memberikan inspirasi, khususnya bagi diri saya pribadi. Lama bergerak di jalan dakwah, wajar saya atau anda butuh penyemangat, perlu sinyal bahwa perjuangan ini bukanlah upaya sia-sia. Dan apa yang terjadi saat ini di Tunisia, Mesir, Yordania dan Yaman menjadi kabar yang sangat menggairahkan bagi pejuang kebaikan.

Perjuangan panji Islam tidaklah bersandar pasif pada peringatan Nabi bahwa akhir zaman akan mempersembahkan kejayaan Islam kembali. Tetapi kabar masa lalu itu sedikit banyak menjadi injeksi semangat bahwa perjuangan kebaikan Islam akhir zaman bukanlah perjuangan sia-sia. Dan tanda-tandanya mulai muncul ditengah keterpurukan ummat Islam dimana-mana.

Kita mahfum sama-sama, perjuangan akhir zaman dan kegemilangannya tidak akan pernah ada jika tidak ada perjuangan sebelumnya. Sehingga perjuangan Islam sebenarnya telah dilakukan sepanjang masa, ada yang menuai hasil ada yang mendapat kerikil. Perjalanan panjang itu kini boleh jadi perlahan mendekati kemenangan.

Lihat negeri Arab saat ini dan beberapa waktu kedepan. Negeri yang menjadi episentrum Islam yang lama di kangkangi tiran-tiran kecil, kini bergolak panas, bergerak keluar dari kejenuhan akan penindasan semua aspek kehidupan. Tunisia memulainya, tirani 3 dekade Ben Ali lari tunggang langgang bersama kroni dan harta curiannya. Mesir, Yordan dan Yaman, tengah berproses menuju takdir yang sama. Dan ini menjadi sinyal jelas bagi tirani-tirani yang sudah bau tanah di beberapa negara arab sekitar mereka.

Kemarahan rakyat Mesir sudah tak bisa reda lagi dengan iming-iming perubahan kabinet, pengangkatan wakil presiden, atau sekedar janji pemilihan umum ulang. Kemarahan dan emosi yang tersumbat 30 tahun itu cuma dapat dipadamkan oleh mundurnya fir’aun yang selama ini menindas mereka. Mubarak harus turun dan mempertanggungjawabkan semua tingkah-lakunya. Tidak ada negosiasi untuk tujuan itu. Nasionalisme Mesir kini sudah berubah bentuk menjadi amarah pada pemimpin tiran Mubarak. Oleh sebab itu, Mubarak tidak memiliki pilihan kecuali mundur atau dimundurkan.

Yordan dan Yamanpun memulai kristalisasi amarah itu, yang membuat tirani tua negeri itu mulai pasang kuda-kuda, antara sikap keras, kompromi atau lari. Potensi kemarahan juga mengintip di Libya, Aljazair, hingga Saudi Arabia. Lihatlah kesabaran ummat sudah sampai pada titik puncak penatnya. Saatnya mereka merasakan kesejukan kehidupan dengan Islam, karena memang tak ada konsep kehidupan yang menjamin keadilan menuju kesejahteraan yang sangat komprehensif kecuali Islam. Dan proses menuju kesana sudah dibuka oleh Tuhan.

Saudara-saudaraku, percayalah apa yang telah terjadi di Tunisia dan yang juga tengah berlangsung di Mesir, Yordania dan Yaman bukanlah peristiwa yang muncul begitu saja. Ia boleh jadi merupakan buah upaya dakwah yang tidak henti menghidupkan kesadaran ummat akan hak-hak juga kewajiban mereka. Nah, saat inilah buah itu dipanen, ummat kini sadar. Tuhan menciptakan kondisi sedemikian rupa, melalui kemiskinan, pengangguran, dan kesempitan lainnya akibat penindasan tiran, yang kemudian menjadi pemicu kesadaran ummat itu muncul kepermukaan.

Pergolakan ini hakikatnya merupakan proses penyingkiran satu generasi busuk digantikan oleh generasi yang lebih bersih dan lebih baik, maka semua pejuang kebaikan di negeri-negeri itu harus memastikan bahwa generasi pengganti haruslah betul-betul generasi bersih dan baik. Generasi shaleh yang memang telah dinanti-nanti. Tunisi, Mesir, Yordania dan Yaman, sepatutnya mendapatkan pelayanan dari putra-putra terbaik mereka, generasi yang tak cukup memiliki keberanian dan keahlian, tetapi haruslah sekaligus memiliki kesalehan, jika tidak maka ujung sejarah negeri mereka pastilah takdir kehancuran yang sama seperti yang terjadi saat ini.

Perjuangan menuju negeri yang lebih baik bagi negara-negara Arab bukanlah hanya untuk kepentingan bangsa Arab, tetapi lebih luas dari itu. Ini untuk kepentingan ummat Islam sedunia. Kebangkitan mereka sangat mungkin menjadi awal dari pergerakan Islam dunia dalam mengangkat kehormatan dan harga dirinya. Perjuangan membebaskan diri dari tiran akan menjadi inspirasi semua bangsa muslim di seluruh dunia. Apalagi pembebasan Mesir dan Yordania menjadi pembebasan yang krusial, karena hakikatnya pembebasan negeri itu sama dengan pembebasan gerbang perjuangan untuk pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina.

Oleh sebab itu, sekali lagi cermati perubahan-perubahan disana. Karena boleh jadi sebentar lagi perjuangan terbuka ummat Islam dalam mengusung panji-panji kebaikan di atas muka bumi segera dimulai. Dan perjuangan itu tentu akan memanggil putra-putra terbaik Islam akhir zaman. Dan untuk menjadi putra terbaik Islam, dibutuhkan bukti. Komitmen dan ketekunan menjadi syarat dari wujudnya bukti itu. Oleh karena itu, mari sambut peristiwa ini dengan semangat dakwah yang lebih besar. Benahi lagi niat dan langkah, bersatulah dengan simpul-simpul kebaikan ummat.

Barat Hancur Vs Islam Bangkit

Barat kini kebingungan mengambil sikap, setelah selama ini pura-pura bodoh, disatu sisi mereka menekan kebebasan hak asasi manusia tetapi disisi yang lain mereka nyaman dengan layanan para tiran negara-negara Arab. Mereka ngotot menekan atau bahkan mengembargo sebuah negara yang minim demokrasi lebih karena regime negara itu tidak bersahabat dengan kemauan barat, sementara membiarkan tiran-tiran di negara lain sepanjang regime itu manut dengan kehendak mereka.

Jadi sangat vulgar sekali, kepentingan barat bukanlah demokrasi atau bahkan hak asasi manusia, kepentingan mereka adalah sejauh mana mereka dilayani keinginannya. Dan kita ketahui bersama keinginannya adalah menjaga hegemoni mereka (barat) terhadap penduduk dunia. Hegemoni mereka dapat berwajah hegemoni ekonomi kapitalisme liberal, hegemoni agama nasrani, atau hegemoni budaya hedonisme liberal.

Pergolakan Mesir kini menjadi saksi yang kesekian kali dari oportunisme sikap barat. Lihat saja, setelah sebelumnya dukungan penuh diberikan oleh negara barat pada tiran Hosni Mubarak, ketika pecah kemarahan rakyat Mesir menuntut Mubarak mundur, barat dengan lihainya bersilat lidah agar Mubarak mendukung prinsip-prinsip demokrasi, sambil mulai ketar-ketir apakah regime setelah ini akan menjaga kepentingan mereka di tanah Mesir yang strategis itu.

Sementara di dalam negeri Mesir, skenario revolusi sepertinya kembali berulang. Ditengah kekacauan politik dan sosial saat ini. Semua kekuatan tengah meraba dan bersiap mengambil posisi yang paling menguntungkan pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, jangan heran kalau setelah ini kita akan lihat para kroni tirani beramai-ramai membusungkan dada bahwa mereka pendukung perubahan, penyokong revolusi atau bahkan menjadi pelopor gerakan perbaikan.

Kepada mereka, mungkin pertanyaan yang paling tepat ditujukan adalah; “kemane aje selama ini?” orang-orang atau kelompok-kelompok seperti ini harusnya secara dini diidentifikasi agar kemudian tidak mengkontaminasi embrio kepemimpinan Mesir masa depan.

Ingat Mesir adalah negara tumpuan perjuangan Islam masa depan. Ia menjadi batu loncatan bagi perjuangan terbesar Islam akhir zaman, yaitu pembebasan Masjid Al Aqsa dan Palestina. Nah, karenanya, sangat menarik bagi saya untuk mencermati apa yang selanjutnya terjadi di Mesir. Dan negara-negara Arab di sekitarnya.

Uniknya skenario baik dari Tuhan ini pecah ditengah keterpurukan ekonomi barat (eropa dan amerika). Betul-betul peristiwa ini bukanlah sebuah kebetulan. Ketika Tuhan berkehendak baik pada suatu kaum maka kebaikan itu akan dibangun dalam prosesi yang begitu indah. Kebangkitan Islam dimulai dengan dibebaskannya negeri-negeri Islam dari tiran-tiran oleh mereka yang selama ini sabar ada di jalan perjuangan. Dimulai pula oleh kehancuran negeri-negeri musuh Islam, secara ekonomi, sosial ataupun politik. Sekali lagi cermati dengan baik.

Nasehat itu berserakan...

Nasehat itu berserakan dimana-mana. Terkadang ia muncul saat kita sebarang membuka halaman buku-buku pengetahuan apa saja. Anda buka koran hari ini, mungkin anda akan temukan nasehat yang terkesan langsung ditujukan untuk anda padahal sejatinya itu hanya kebetulan saja. Tetapi siapa yang berani mengatakan itu kebetulan ketika kita yakin bahwa tak ada satu peristiwa di dunia ini sudah ditetapkan skenarionya, ukuran-ukurannya, hingga dinamika sebab akibatnya. Percayalah, Tuhan begitu cintanya pada kita, hingga nasehat-Nya tercermin dan tertulis pada apa-apa yang kita alami.

Nation in Waiting


Judul diatas adalah judul yang sama yang pernah ditulis oleh seorang jurnalis barat tentang Indonesia pada awal tahun 1998. Tulisan itu merujuk keadaan yang semakin genting ketika negeri ini memasuki akhir bulan April dan awal bulan Mei. Kondisi carut marut ekonomi, politik hingga meluas menjadi kerusuhan sosial membuat Indonesia ketika itu menjadi pusat perhatian dunia. Dan saat ini judul artikel tersebut sangat sesuai ditujukan untuk Mesir.

Meski dipicu oleh jasmine revolution yang meledak di Tunisia, pada dasarnya akar masalah Mesir identik dengan banyak negara muslim yang lain di dunia, yaitu kungkungan tiran yang kemudian memelihara dan membudayakan praktek korupsi, nepotisme, ketimpangan hukum, pengekangan politik dan tabiat tiran lainnya. Hasilnya tentu sudah sangat bisa ditebak, kemiskinan, kesenjangan, ketidakadilan. Oleh sebab itu, memunculkan harapan besar jika kondisi perubahan melalui penyingkiran tirani, tengah berlangsung di negara-negara muslim.

Ibarat bisul, maka kondisi Mesir tengah menunggu bisul itu pecah. Istilah ini diperkenalkan oleh Amin Rais pada masa reformasi dahulu, dan istilah ini beliau ulang lagi untuk Mesir ketika beliau diwawancara oleh Tvone semalam. Mesir sedang menjalani takdirnya. Negari para Nabi julukan Mesir berdasarkan sejarah besar masa lalunya. Saat ini julukannya adalah negeri pergerakan Islam, mengingat banyak gerakan Islam modern lahir dari sana. Dan kini pergerakan-pergerakan itu mendapatkan cahaya terang untuk menuntaskan misinya.

Mesir merupakan negara dengan kemampuan sumber daya terbesar di Timur Tengah. Peran Mesir dalam percaturan politik, budaya dan ekonomi bahkan menjadi soko guru penting Timur Tengah. Oleh sebab itu, apa yang kini terjadi disana, akan menjadi perhatian dunia. Saat-saat genting inilah yang menjadi masa-masa krusial bagi langkah selanjutnya dari sejarah Mesir atau bahkan negara-negara Muslim Arab.

Mari perhatikan dengan seksama. Karena dalam pergolakan Mesir ini ada hikmah yang memberikan nafas baru bagi kita yang sudah sekian lama sibuk dalam menyupayakan sebuah obsesi besar Islam. Keping-keping puzzle yang tengah kita rangkai tidak bisa mengabaikan dinamika dunia Islam, karena memang ruang lingkup perjuangan Islam tidak dibatasi oleh teritori Indonesia. Meski sejauh ini apa yang nanti terjadi di Mesir, akan menyuntikkan darah segar, harapan besar, semangat baru, bahwa perjuangan sebentar lagi sampai pada tujuannya.

Ini tulisan pembuka, dari sedemikian banyak ide yang muncul di kepala saya memperhatikan apa-apa yang terjadi di negeri Mesir. Hampir setiap malam kini saya setia mengikuti berita langsung tentang Mesir dari stasiun TV Al Jazeera. Ada banyak pertanyaan yang menggantung di benak saya tentang perjuangan dunia Islam, dan kini samar-samar saya merasa dapat temukan jawabannya melalui pergolakan Mesir.

Senin, 17 Januari 2011

mencuri amal shaleh


Sedikit terkesan kontroversial judul topik diatas ya. Sengaja saya menulis artikel ini, sebagai dedikasi saya kepada orang-orang yang begitu cerdiknya sehingga mereka mampu menumpuk kebaikan dari tempat-tempat yang jarang dilakukan. Ketika saya tunaikan ibadah haji beberapa waktu lalu saya terkesima dengan orang yang dengan bersahajanya melakukan amal shaleh ringan tetapi begitu menggelitik rasa iri.

Saya melihat ada orang yang membagi-bagikan kurma menggunakan gelas plastik yang biasa dipakai untuk meminum air zam-zam kepada para jamaah di masjidil haram setiap menjelang maghrib. Atau ada juga yang sekedar membagikan air zam-zam dengan gelas plastik kepada mereka yang duduk lama kepanasan di pelataran ka’bah. Atau ada orang yang berdiri dipinggir lintasan thawaf lantai dua masjidil haram, menyediakan dan memberikan segelas air zam-zam kepada mereka yang sedang thawaf, perlu diketahui thawaf di lantai dua masjidil haram lintasannya relatif panjang sehingga memang lebih melelahkan. Atau ada orang yang menyemprotkan air keudara ditengah kerumunan sesak orang yang kepanasan ketika sedang thawaf. Semprotan air itu begitu menyejukkan bagi mereka yang tersiram.

Mencuri amal shaleh, ini inti dari apa yang dilakukan segelintir orang itu. Mereka begitu jeli melihat celah-celah untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sementara orang konsentrasi bagaimana menjalankan ibadah dengan maksimal untuk mendapatkan pahala Allah, orang-orang ini mengambil pahala melalui usaha memberikan kemudahan bagi orang orang yang beribadah itu. Saya jadi teringat teman di kampus dulu yang seringkali menyediakan ifthar makanan berbuka setiap kali kami puasa senin atau kamis. Boleh jadi dia lupa atau tidak sanggup berpuasa ketika itu, tetapi ia tidak ingin tidak mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, sehingga “mencuri” pahala dengan cara seperti itu.

Saya pun jadi ingat sebuah cerita yang membuat saya semangat dalam melakukan amal shaleh dengan cara yang bersahaja, tanpa pamrih, tanpa kepentingan selain kepentingan pahala Tuhan. Cerita itu menjelaskan tentang seseorang yang aktif ikut dalam diskusi agama dan politik yang diadakan reguler satu malam setiap pekan di sebuah rumah kos.

Ia tidak pernah absen mengikuti diskusi itu, meski ia tidak pernah ikut aktif berdiskusi, ia hanya menjadi pendengar saja. Karena menurutnya diskusi itu memberikan banyak ilmu dan membuka wawasannya. Ia begitu kagum dengan teman-temannya yang berdiskusi, semuanya begitu lihai menyampaikan argumentasi, begitu luas wawasan mereka yang tergambar dari ulasan-ulasan yang keluar dari lisan mereka. Ia kagum karena teman-temannya itu pasti banyak membaca, mengkonsumsi berbagai macam literatur, sehingga diskusi menjadi begitu bernilai.

Namun satu waktu diskusi itu terasa tidak hangat, tidak semangat seperti pekan-pekan sebelumnya. Peserta yang hadir terlihat duduk lesu dan berargumentasi sekenanya. Selidik punya selidik ternyata ada satu orang yang tidak hadir dalam diskusi itu. Ketidak hadirannya membuat diskusi menjadi hambar. Padahal orang yang hadir itu tidak pernah aktif dalam diskusi, dia hanya setia mendengarkan saja. Mengapa ketidakhadirannya melesukan diskusi. Ternyata karena dialah yang selama ini selalu menyediakan gorengan dan minuman ringan sebagai konsumsi semua peserta. Dia selalu hadir lebih dulu di tempat diskusi, mengambil piring dan menyiapkan gelas untuk semua orang dan merapikannya begitu diskusi berakhir.

Lihatlah ternyata dia yang tidak “menampakkan” diri dalam banyak peristiwa-peristiwa penting memiliki peran yang tidak kalah sentral dalam menentukan jalannya peristiwa. Uniknya, untuk cerita yang tadi, ketika ia ada boleh jadi tak ada yang menyadari kehadirannya, karena ia tak pernah aktif bersuara dalam diskusi. Tetapi ketika ia tak ada semua orang merasa kehilangan. Bagaimana dengan kita? Yang saya pahami, kebanyakan orang umumnya menonjol-nonjolkan diri bersama kebaikan yang dimilikinya, bahkan saat ini sudah sering kita saksikan banyak yang menjual kebaikan-kebaikan mereka bahkan ingin populer dengan kebaikan-kebaikan itu, menjadi selebriti menggunakan amal-amal kebaikan itu.

Semoga Allah SWT limpahkan banyak keberkahan pada para pencuri amal shaleh. Wallahu a’lam.

..silent of nowhere...


Beberapa kali dalam sebuah renungan saya menasehati diri sendiri dengan kalimat ini; ali, embun itu datang bukan untuk membasahi, tetapi untuk menyejukkan. Nasehat ini muncul setiap kali saya terjebak dalam ruang peristiwa yang begitu jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan. Atau ketika memori-memori masa lalu muncul meminta kembali untuk dinikmati dengan kata-kata "andaikan", "kalau saja", "seandainya" atau kata apapun yang membuat kita berimajinasi pada kenyataan-kenyataan lain yang mungkin kita harapkan seharusnya terjadi. Kenyataan yang sepatutnya tak jauh dari harapan.

Dengan nasehat tadi, saya ingin kembali membawa kesadaran untuk menyelami peristiwa yang ada di depan mata, karena boleh jadi peristiwa itu sejatinya memiliki makna yang tak beda dengan harapan meski penampakannya jauh dari harapan. Tetapi saya juga mahfum jika nasehat renungan tadi dapat dianggap sebagai dalih dari ketidakmampuan mendapatkan kenyataan sesuai dengan harapan. Namun bukankah mampu tidak mampu tidak melulu bergantung pada upaya saya, karena ketika saya meyakini ada kekuatan "prima kausa" yang selalu menyelimuti hidup manusia, maka sesungguhnya ada skenario-skenario hidup yang sudah ditetapkan dan akan berjalan.

Maafkan jika tulisan ini seperti tidak jelas pangkalnya dari mana dan ujungnya mau kemana. Saya hanya ingin menulis saja apa yang ada dibenak saya. Mungkin akhir-akhir ini, saya tengah dihadapkan oleh kejadian-kejadian yang mengaduk-aduk logika dan rasa. dan hampir kesemua kejadian itu hakikatnya hanyalah "pertempuran" antara harapan dan kenyataan. Kadang kenyataan sama dengan harapan, atau satu kali kenyataan lebih besar dari harapan, tetapi seringkali kenyataan lebih kecil dari harapan.

Nasehat renungan tadi mungkin ingin mengingatkan bahwa kenyataan boleh jadi penampakannya lebih kecil dari harapan, tetapi boleh jadi ia sama dengan harapan atau bahkan lebih besar dari yang diharapkan, yaitu ketika kita memandang dari perspektif yang berbeda, dari perspektif yang tidak sama dengan perspektif ketika pertama kali kita menetapkan harapan. wallahu a'lam

Rabu, 12 Januari 2011

PETA PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

Dibawah ini peta perkembangan perbankan syariah BUS/UUS dan BPRS, lebih jelasnya tergambar di space paling bawah dari blog ini, silakan rolldown kebawah. Semoga bermanfaat.



HOT NEWS!!!

Industri perbankan syariah Indonesia diyakini berhasil menembus angka Rp100 triliun akhir tahun 2010. dengan pertumbuhan yang mendekati 50% pertahun! welldone! Semoga mampu bertahan dengan pertumbuhan tinggi ini beberapa tahun kedepan, karena dua tahun belakangan BUS mampu bertambah sebanyak 8 bank. Sehingga harapannya beberapa tahun kedepan terjadi akselerasi yang signifikan seperti tahun 2003 dan 2004. Dimana pertumbuhan perbankan syariah tanah air periode itu mampu mencapai lebih dari 90%, setelah terjadi penambahan bank baik BUS maupun UUS pada tahun 2001 & 2002. Amin.

Selasa, 11 Januari 2011

Syair Nusantara

dibolak-balik sejarah negeriku
dicari-cari kapan indahnya
ampunkan kami wahai Tuhanku
karena nusantara penuh dengan serakah pemimpinnya

digadang-gadang menjadi negeri yang mulia
dimimpi-mimpi sejahtera ada di mana-mana
sekali lagi kami mohon ampun duhai Tuhan Maha Perkasa
karena ternyata anak bangsa saling menganiaya

selatan hingga utara begitu kaya dan penuh cinta
timur hingga barat sangat indah dan juga ramah
setinggi-tinggi langit harapan dan cita-cita
ternyata nasibnya ada di dasar lembah

jakarta, 18 juni 2009


kegundahan bahkan geramnya melihat nasib bangsaku ini, membuat ingin kembali menikmati syair yang pernah saya renungkan beberapa tahun yang lalu...

Satu Lagi Tentang Investasi Emas (Berkebun Emas?)

Beberapa bulan yang lalu saya sudah membahas secara singkat tingginya risiko produk investasi emas yang coba dilakukan oleh bank syariah menggunakan akad murabaha. Produk itu mengedepankan akad murabaha yang disediakan bank syariah bagi nasabah yang berkeinginan memiliki emas, meski di dalamnya terdapat akad pendukung yaitu rahnu (gadai).

Mengedepankan murabaha sebagai soko guru akad dalam produk tersebut memberikan kesan kuat bahwa produk ini disediakan untuk nasabah yang sedang terbius dengan tren naiknya harga emas di pasaran. Pada tulisan itu saya simpulkan bahwa produk tersebut identik dengan produk mortgage amerika serikat yang berakhir dengan krisis.

Tingginya risiko bersumber dari pengabaian fluktuasi harga emas yang dimungkinkan pula terjadi penurunan. Kemenarikan produk ini hanya bertumpu pada trend harga yang tengah melambung. Bagaimana jika turun? Bukankah risiko macetnya murabaha di bank-bank syariah akan meningkat? Saat ini dengan trend harga yang sedang meningkat tentu saja akan ada dalih jika terjadi kemacetan pada murabahanya, maka tinggal saja melego/lelang emas ietu dipasar, dengan kecepatan peningkatan harga yang sedemikian laju, tentu kemacetan murabaha akan mampu diselesaikan.

Nah, saat ini ternyata dengan hakikat yang sama ternyata bersemi produk gadai emas dari bank-bank syariah. manarik bagi saya untuk mencermati produk ini. Meski sejujurnya saya masih berpendapat sama seperti menyikapi murabaha emas diatas, namun gadai emas yang satu ini memberikan kesan yang berbeda. Gadai dikedepankan untuk memberikan pesan bahwa produk ini untuk mereka (juga) yang memiliki kebutuhan uang tunai, sehingga emas yang digadaikan bukan hanya goldbar (batangan emas), seperti kesan kuat yang melekat pada produk murabaha emas diatas, tetapi juga emas-emas berupa perhiasan.

Melalui produk ini juga coba disampaikan pesan bahwa dengan kondisi yang ada saat ini para pemilik harta dapat menjaga nilai hartanya dengan mengkonversi hartanya dalam bentuk emas. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan, sejauh mana produk ini mampu menampilkan fungsi pelayanan kebutuhan akan likuiditas dan penjagaan nilai harta dibanding dengan fungsi sebagai instrumen spekulasi? Karena memang di balik akad gadai tersebut ternyata ada akad pendukung yaitu murabaha.

Terlepas dari perdebatan fungsi dan upaya diversifikasi produk bank syariah, saya hanya ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya produk gadai emas dan murabaha emas itu sama. Kemenarikannya sangat bergantung pada trend harga emas yang sedang melambung. Risiko tinggi tetap akan mengancam yaitu saat ketika harga emas turun. Bank pasti menjelaskan bagaimana produk ini telah memberikan pesan yang jelas bagi para nasabah untuk prudential, mengingat produk ini juga memiliki kewajiban biaya (biaya administrasi dan penyimpanan). Oleh sebab itu, nasabah harus cermat dalam menghitung kelajuan peningkatan harga dengan biaya yang melekat.

Namun pada saya risiko yang lebih saya perhatikan adalah risiko yang kemungkinan ditanggung oleh bank syariah. Jika harga cenderung turun sehingga harga pasar tidak mampu mencover biaya gadai, akibat sentimen pasar, kejenuhan pasar dan lain sebagainya, maka bank syariah harus berhati hati pada risiko macet pada produk gadai tersebut karena nasabah enggan menebus emas mereka. Bank dapat saja melelang, tapi akan sangat berisiko melelang pada saat harga lebih rendah dari biaya. Kalaupun harus menunggu harga naik, pertanyaannya seberapa lama bank mau menunggu? Padahal sisi funding bank syariah juga menuntut pembagian return. Ingat dana yang dipakai untuk pemberian dana (taksiran) gadai adalah dana nasabah.

Oleh karenanya, kehati-hatian berupa diversifikasi bentuk emas yang diterima oleh bank syariah dalam produk gadai ini sebaiknya dilakukan. Terlebih lagi ketika kecenderungan harga emas mulai menurun. Artinya bank syariah sebaiknya menekan penerimaan gadai dalam bentuk goldbar yang dominan dipakai oleh para spekulan. Meski tidak jaminan juga bahwa nasabah gadai emas perhiasan memiliki motivasi yang lebih “ramah”, yaitu kebutuhan uang tunai dan penjagaan nilai harta. Intinya bank syariah harus pula mengenali betul karakteristik nasabahnya, dan tingkat edukasi masyarakat terhadap penggunaan produk emas ini. Karena tingkat pemahaman masyarakat yang baik mampu meredam risiko yang ada. Semoga Allah mudahkan segala upaya menampilkan bank syariah sebagai bank yang lebih baik. Wallahu a’lam.

Minggu, 09 Januari 2011

PROSPEK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2011


Ada yang berbeda dalam perkembangan perbankan syariah Indonesia pada tahun 2010. Mungkin beberapa kalangan sudah menyadari atau mungkin juga belum. Yang sangat menonjol terlihat adalah penambahan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang melipat ganda, dari tahun lalu berjumlah 6 BUS kini menjadi 11 BUS. Penambahan ini berasal dari spin-off bank syariah yang berbentuk Unit Usaha Syariah (UUS) atau pendirian bank baru dari para investor yang masuk ke Industri perbankan syariah nasional. Daya tarik industri yang menjadi faktor penentu dari kecenderungan positif ini adalah kebijakan dalam UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 yang mendorong perbankan syariah beroperasi dalam bentuk BUS, khususnya nanti mulai tahun 2023 atau 15 tahun setelah UU Perbankan Syariah dikeluarkan.

Faktor lain yang membuat industri perbankan syariah nasional terakselerasi pertumbuhannya sepanjang tahun 2010 diantaranya adalah pengaturan perpajakan yang lebih kondusif (UU No.42 tahun 2009 tentang PPN), peningkatan credit rating Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi di tingkat global, pendirian bank-bank syariah baru, serta semakin gencarnya program edukasi dan diseminasi perbankan syariah oleh Bank Indonesia, perbankan syariah, maupun pihak-pihak terkait lainnya.

Memang prospek ekonomi yang dibayangi oleh kelesuan ekonomi Eropa sedikit banyak membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional termasuk pertumbuhan industri perbankan syariah Indonesia akan terpengaruh. Namun keyakinan pada kinerja perekonomian domestik yang terus membaik akan membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dan industri perbankan syariah nasional pada tahun 2011 masih akan tumbuh positif dan terbuka peluangnya untuk lebih baik kinerjanya dibandingkan tahun 2010. Perkiraan ini didukung oleh proyeksi yang dilakukan IMF dalam World Economic Outlook pada Oktober 2010 dan Consensus Economics Inc. pada survei Oktober 2010, dimana keduanya memperkirakan perekonomian dunia tahun depan akan mengalami perlambatan pertumbuhan di seluruh kawasan, namun khusus untuk Indonesia keduanya memproyeksikan kondisi ekonomi Indonesia akan masih cukup terjaga. Bahkan kinerja ekonomi nasional secara umum tahun 2011 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011 dapat mencapai kisaran 6,0 – 6,5%. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam proses pemulihan ekonomi global, terutama yang terjadi di negara-negara kawasan Eropa sebagai negara mitra dagang Indonesia, seperti antara lain krisis utang luar negeri yang telah memurukkan ekonomi Yunani.

Selain itu, masih buruknya kondisi pengangguran di Amerika Serikat , telah memberikan gambaran bahwa hantaman krisis keuangan global lalu ternyata lebih buruk dari yang diprediksikan. Dari sisi perkembangan harga, untuk tahun 2011, inflasi IHK diperkirakan kembali ke pola normalnya dalam kisaran 5±1% sejalan dengan mulai meningkatnya kegiatan ekonomi dalam negeri, meningkatnya imported inflation sehubungan dengan kenaikan harga komoditas di pasar global, serta adanya peningkatan ekspektasi inflasi.

Perkiraan kinerja ekonomi nasional diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif pada kinerja industry perbankan nasional, dimana proyeksi kinerja perbankan 2011; asset, kredit dan dana pihak ketiga, akan lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja tahun lalu. Optimisme Kecenderungan positif yang diproyeksikan pada perekonomian nasional dan industry perbankan nasional diperkirakan juga akan terjadi pada industry perbankan syariah. Industri perbankan syariah diharapkan akan dapat mempetahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2011.

Melihat perkembangannya pada beberapa tahun belakangan dan kondisi industri terakhir, beberapa faktor yang diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan industri perbankan syariah nasional, diantaranya adalah: (i) berdirinya BUS baru baik yang muncul dari pelaku pasar (investor) baru maupun konversi UUS menjadi BUS, sebagai akibat dari sentimen positif akibat pengaruh UU Perpajakan dan UU Perbankan Syariah; (ii) ekspektasi akan tercapainya peringkat investment grade yang semakin kuat bagi Indonesia; (iii) kuatnya sektor konsumsi domestik, kinerja investasi dan kemampuan ekspor yang mampu mendukung kinerja sektor riil nasional, sehingga menyebabkan kinerja ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif dengan angka pertumbuhan yang relatif tinggi di bandingkan negara kawasan; (iv) keberhasilan program promosi dan edukasi publik tentang perbankan syariah.

Secara spesifik kinerja perbankan syariah nasional pada aspek pendanaannya (Dana Pihak Ketiga – DPK) menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Industri perbankan syariah masih mampu menjaga pertumbuhan tinggi dari DPK perbankan syariah, dimana angka pertumbuhan year on year (YoY) hingga bulan Oktober mencapai 43%. Tantangan yang selama ini perlu diperhatikan industri adalah bagaimana memperbanyak nasabah korporasi untuk lebih banyak menggunakan produk-produk DPK perbankan syariah, disamping memang perlu terus berusaha meningkatkan loyalitas nasabah yang ada. Karena selama ini berdasarkan statistik yang ada, konsumen DPK korporasi perbankan syariah masih terbatas dan loyalitas nasabah yang ada masih relatif kurang. Perlu pendekatan dan edukasi serta pelayanan yang lebih prima dari bank-bank syariah memanfaatkan keunikan nilai-nilai syariah yang menjadi karakteristik mereka. Diperkirakan pada tahun 2011 DPK perbankan syariah masih akan tumbuh dengan pesat mengingat jaringan kantor perbankan syariah akan signifikan meningkat sebagai implikasi dari munculnya bank syariah baru pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, sisi pembiayaan perbankan syariah (Pembiayaan Yang Diberikan – PYD) diperkirakan akan pula mengalami peningkatan pertumbuhan yang tinggi. Hingga oktober tahun 2010 secara YoY pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah nasional mencapai 39%! Jauh diatas pertumbuhan kredit perbankan nasional. Angka ini tentu sedikit banyak merepresentasikan kontribusi perbankan syariah terhadap dunia usaha nasional, khususnya dunia usaha mikro yang dominan menjadi pangsa industri perbankan syariah nasional. Apalagi angka Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang selalu terjaga pada level lebih dari 90%, per Oktober 2010 FDR perbankan syariah mencapai 94,7%, menunjukkan fungsi intermediasi perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional berlangsung optimal.

Tantangan yang sangat jelas terlihat pada masa yang akan datang dari perbankan syariah nasional adalah bagaimana menjaga laju pertumbuhan pembiayaan ini dengan kinerja yang juga baik dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalahnya. Seperti yang ada dalam statistik perbankan syariah nasional, pembiayaan bermasalah bank-bank syariah relatif meningkat pada semua sektor ekonomi yang dibiayai, meski angkanya belum melebihi batas psikologis 5%. Non-Performing Financing (NPF) gross perbankan syariah per-Oktober 2010 mencapai 3,95%. Disamping itu, tantangan lain yang juga harus diperhatikan adalah pembiayaan perbankan syariah masih terkonsentrasi menggunakan akad berisiko kecil yaitu produk-produk menggunakan akad berbasis jual beli serta masih berada pada sektor-sektor ekonomi yang belum bervariatif, yaitu masih dominan berada pada sektor jasa dan perdagangan.

Kalangan praktisi perbankan syariah harus terus mengasah kemampuannya, semakin mendalami pasar riil yang menjadi lahan pembiayaan mereka, sehingga setiap bank syariah memiliki kelebihan-kelebihan sendiri dalam mendalami pasar pembiayaan. Dengan begitu diharapkan sektor ekonomi yang digarap perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaannya dapat lebih bervariatif, tidak melulu berebut pasar di sektor jasa dan perdagangan. Perlu diingat persepsi risiko tinggi diluar sektor jasa dan perdagangan sedikit banyak dipengaruhi oleh ketidak-tahuan praktisi terhadap sektor tersebut. Oleh karena itu, praktisi perbankan syariah harus berani membuka peluang untuk memperoleh abnormal profit dengan terjun pada sektor-sektor ekonomi yang masih jarang digarap perbankan syariah nasional. Ditengah persaingan yang semakin ketat pada tahun-tahun mendatang, akibat semakin banyaknya pemain baru dalam industri perbankan syariah, diperlukan terobosan-terobosan berani dari manajemen bank-bank syariah.

Kebijakan pajak berupa Tax neutrality yang ditetapkan dalam UU PPN yang baru, arah kebijakan pengembangan perbankan syariah yang tertuang dalam UU Perbankan Syariah dan membaiknya country risk serta perekonomian makro secara perlahan mulai berpengaruh positif bagi industri perbankan syariah nasional. Ketiga faktor utama tadi mendorong tumbuhnya bank syariah baru berupa Bank Umum Syariah (BUS), baik yang berasal dari pendirian bank syariah baru maupun konversi Unit Usaha Syariah (UUS) yang sudah ada.

Secara umum kondisi kondusif tadi telah berhasil menarik minat investor baru untuk masuk ke industri perbankan syariah. Pada tahun 2010 ini saja berdiri 5 BUS baru, sehingga total BUS kini menjadi 11 bank. Dari 5 BUS baru ini, 3 bank berasal daru pelaku atau investor baru sedangkan sisanya merupakan konversi dari UUS yang telah ada. Pendirian BUS baru ini memang tidak serta merta akan mendorong volume industry perbankan syariah secara signifikan. Bank-bank tersebut setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk menyiapkan infrastruktur, operasional dan SDM untuk kemudian melakukan akselerasi usaha. Namun pertumbuhan perbankan syariah nasional pada tahun 2011 tetap diprediksikan akan masih tinggi mengingat tahun 2009 juga terjadi pelipatgandaan jumlah bank syariah khususnya BUS. Interaksi usaha berupa kompetisi dalam atmosfir persaingan yang sehat, diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan industri perbankan nasional.

Bank Indonesia yang membuat skenario pertumbuhan perbankan syariah nasional dalam klasifikasi pesimis, moderat dan potimis dengan masing-masing proyeksi 35%, 45% dan 55%, cukuplah beralasan berdasarkan perkembangan internal industri dan kecenderungan masa yang akan datang. Meski berdasarkan kecenderungan makro ekonomi Indonesia dan dinamika internal industri perbankan syariah nasional, proyeksi pertumbuhan perbankan syariah nasional cenderung menguat pada skenario moderat – optimis. Pertumbuhan aset perbankan syariah nasional YoY per-Oktober 2010 mencapai 44%, atau lebih tinggi dari pada tahun lalu.

Diluar perkembangan fisik yang terlihat ini, diharapkan pada tahun-tahun mendatang perkembangan industri perbankan syariah nasional juga semakin memperlihatkan keberkahannya berupa kemanfaatan bagi masyarakat dhuafa. Oleh karena itu, mungkin sebaiknya diperkenalkan pula variabel atau angka perkembangan berupa derajat kemanfaatan ini sebagai parameter kemanfaatan perbankan syariah nasional bagi masyarakat yang selama ini tidak terjangkau oleh industri perbankan yang terbilang mapan. Semoga uasaha-usaha pengembangan industri ini oleh pihak-pihak terkait, semakin dimudahkan oleh Allah SWT, sehingga perbankan syariah nasional mampu berperan signifikan dalam perkembangan perbankan nasional dan lebih luas lagi dalam mendukung perekonomian nasional.

Kamis, 06 Januari 2011

Idealisme


Pernah bertanya pada diri atau mungkin siapa saja yang anda kenal; sejauh mana idealisme yang dimiliki mempengaruhi atau bahkan membentuk jalan hidup? Pertanyaan selanjutnya yang mungkin lebih dalam; keputusan-keputusan hidup penting apa saja yang anda sudah sandarkan pada sebuah idealisme? atau selanjutnya sampai pada pertanyaan yang lebih mendasar; idealisme seperti apa yang layak mempengaruhi atau membentuk jalan hidup seseorang?

Diskursus seperti ini menarik saya fikirkan, karena baru saja seorang kolega dikantor atau lebih tepatnya salah-satu atasan saya, memberikan contoh yang begitu mendalam pada kami semua di kantor. Beliau mengambil keputusan yang begitu “asing” dalam karir kerjanya, yaitu pensiun dini. Padahal sepengetahuan saya beliau merupakan salah satu pegawai terbaik yang dimiliki institusi tempat kami bekerja. Beliau dengan ringan menyampaikan alasan bahwa seorang wanita sepatutnya tidak keluar rumah tanpa mahramnya kecuali dalam keadaan yang mendesak. Dan beliau berargumen bahwa wanita tidak wajib mencari nafkah, sehingga sepatutnya wanita memaksimalkan perannya sebagai seorang istri yang mengambil posisi dan fungsi yang tidak diisi oleh suami di rumah.

Beliau meninggalkan jabatan yang cukup tinggi termasuk semua peluang yang cukup terbuka bagi jabatan yang lebih tinggi. Disamping pastinya beliau meninggalkan sumber penghasilan yang tergolong tidak rendah. Namun idealisme mendominasi diri beliau, sehingga keputusan diatas akhirnya Allah izinkan terjadi. betul-betul keputusan yang “asing”. Tentu saja asing dilingkungan atau situasi masyarakat akhir zaman seperti ini, namun itu menjadi keputusan yang sangat patut, jika parameter-parameter Islam dijadikan cermin bersikap. Semoga kemuliaan dan keberkahan Allah SWT sampai pada beliau atas keputusan yang berniat mulia ini.

Nah, kini pertanyaannya sampai pada kita, saya dan anda, sejauh mana idealisme sudah mewarnai hidup kita. Keputusan-keputusan penting dari hidup apa saja yang telah kita ambil berdasarkan idealisme? Dan apa idealisme yang kita jadikan pegangan? Saya sendiri tidak memiliki pilihan lain kecuali mengambil Islam sebagai idealisme hidup dan kehidupan. Dengan Islam, keputusan konsumsi, memperlakukan harta, gaya hidup, prioritas hidup dan lain sebagainya menjadi jelas arahnya kemana.

Ada beberapa kawan, mahasiswa dan beberapa orang yang saya kenal mengambil keputusan-keputusan hidup yang memberikan ketauladanan idealisme Islam. Ada yang keluar dari tempat kerja karena kerjanya tidak sesuai dengan syariah, tidak pernah mengambil kredit atau bahkan soft loan kantor karena tidak mau berhutang. Dengan alasan yang sama ada yang tidak pernah mau menggunakan kartu kredit bank. Ada yang tidak mau membeli asuransi karena yakin Allah akan selalu menjaga dirinya, musibah dipandang sebagai sebentuk anugerah lain karena menggugurkan dosa, dan musibah tidak akan sampai pada seseorang yang tidak mampu menanggungnya. Sehingga dari pada beli premi asuransi lebih baik gunakan dananya untuk mereka yang lebih membutuhkan. Masih banyak lagi idealisme-idealisme semisal ini mewarnai hidup mereka yang mencoba menjadi mulia di mata Tuhan. Semoga semakin banyak tauladan lain, sehingga idealisme Islam hidup kembali menjadi amal, menjadi kebiasaan, menjadi budaya, dan akhirnya menjadi peradaban!

Senin, 03 Januari 2011

geram!

6 anggota keluarga mati karena makan tiwul! seorang ibu terkapar sekarat karena mencoba bunuh diri akibat kesulitan ekonomi! seorang kakek pensiunan PNS terancam penjara 5 tahun karena memungut biji sawit yang busuk untuk ekonomi keluarga! TKI yang dianiaya, diperkosa, atau bahkan dibunuh di tanah seberang karena mencoba mencari sesuap nasi bagi keluarganya di tanah air!!!

tidakkah ini menampar para pemimpin-pemimpin bangsa ini? tidakkah ini cukup menjadi refleksi kinerja mereka? geram lihat berita-berita itu di media.. aku sendiri masih terus mencoba menemukan apa yang mampu aku lakukan untuk merubah itu semua...

Angkuh...

Saya tidak begitu banyak tahu tentang sombong. Karena sejauh ini saya selalu memelihara diri ini dari sifat tidak terpuji itu. Dari tahu saya yang sedikit itu, salah satunya setahu saya sombong itu pakaian Tuhan. Tetapi belakangan saya merasa bahwa saya mulai sombong. Arogan pada kata-kata dan angkuh pada sikap-sikap.

Kemarin lusa saya diminta menyampaikan materi keuangan Islam pada forum kuliah umum di STEI Tazkia. Setelah menjelaskan konsep tabungan dalam Islam, merespon pertanyaan seorang mahasiswa, seorang mahasiswi bertanya, salah satu pertanyaannya; berapa jumlah tabungan bapak? Sepintas pertanyaan ini sederhana bahkan terkesan remeh. Tetapi kok perasaan saya mengatakan bahwa pertanyaan ini cukup dalam untuk diri saya.

Ketika menjelaskan konsep tabungan dalam Islam, saya menjelaskan filosofi preferensi tabungan dalam Islam menggunakan prilaku sejarah dari sahabat-sahabat Nabi yang mulia. Dimana para sahabat itu kebanyakan tidak begitu concern dengan tabungan, mereka lebih mengoptimalkan menyebarkan kemanfaatan harta mereka daripada menimbun-nimbunnya, sekalipun dengan alasan berjaga-jaga. Jawaban mereka terkesan seragam ketika ditanya; bagaimana untuk anak-istrimu, bagaimana dengan kebutuhan 3 hari lagi, dan pertanyaan sejenis itu, jawabannya; bukankan masih ada Allah yang telah menetapkan rizki bagi hamba-Nya?

Sehingga tabungan dalam Islam sebenarnya bukan masalah boleh tidak boleh tetapi masalah sebanyak apa seseorang mau menimbun harta dengan dalih tabungan. Preferensi berjaga-jaga dengan harta pada dasarnya tergantung kebutuhan, dan kebutuhan relatif nominalnya tetap, sehingga menabung sepatutnya memiliki batas maksimal atau given subject to time. Atau bahkan bisa saja tidak ada karena memperhitungkan tingkat kebergantungan (keimanan) manusia kepada Tuhannya. Dia yakin bahwa Tuhannya akan memberikan apa-apa yg dibutuhkannya. Hartanya tidak akan negatif oleh bencana yang tiba-tiba, karena dia yakin Tuhan tidak akan pernah memberikan ujian diluar kemampuan dirinya, termasuk kemampuan hartanya.

Oleh karena jawaban seperti di atas itu (mungkin), mahasiswi tadi ingin mengkonfirmasi prilaku menabung saya dengan pesan-pesan kebaikan Islam dalam menabung yang saya sampaikan. Konfirmasi, apakah lisan saya sejalan dengan amal saya. Tersenyum lebar saya setelah menyadari itu. Tetapi yang saya khawatirkan adalah pertanyaan itu muncul dari kesan orang diluar saya yang melihat saya arogan atau angkuh dengan pesan-pesan yang saya sampaikan. Kalau anda juga mau tahu jawaban saya untuk pertanyaan mahasiswi itu, jawaban saya: saya punya sekian rupiah yang cukup untuk perpanjangan kontrak rumah saya pada bulan januari ini dan kebutuhan sekolah anak-anak yang juga mulai harus dikeluarkan januari ini.

Saya beberapa kali mulai menyadari, beberapa kali menyampaikan contoh atau penjelasan menggunakan diri sendiri sebagai studi kasus. Boleh jadi ada sebagian menangkap kesan bahwa saya sudah begitu bagusnya menerapkan prilaku ekonomi Islam. Duh, kesadaran ini cukup mengganggu renungan saya. Makanya artikel ini saya tulis. Saya ingin mengingatkan diri sendiri, berhati-hatilah dengan lisan, kesombongan itu begitu mudahnya tergelincir melalui kata-kata. Maafkan saya.