Lama saya tidak menulis di blog ini, saya buka kembali dengan memposting tulisan lama "Peradaban Kapitalisme" yang saya tulis tahun 2008. Saya merasa kondisi saat ini sesuai dengan apa yang saya maksud dengan kehancuran peradaban kapitalisme. Bahwa kehancuran kapitalisme secara ekonomi akan berlangsung sempurna jika semua perangkat pendukung terutama politik juga ikut hancur. Kondisi dunia saat ini saya yakini menuju ke kondisi tersebut, dimana perang menjadi medium kehancurannya.Lebih lengkapnya silakan kembali baca tulisan Peradaban Kapitalisme ini. semoga bermanfaat.
sakti
13/9/2017
Rabu, 13 September 2017
Peradaban Kapitalisme
Banyak yang telah menunjukkan euphoria kemenangan, dengan
mengatakan bahwa saatnyalah kehancuran ekonomi kapitalis, sampai-sampai,
gringo-gringgo dan kamerad-kamerad ekonomi sosialis di Amerika Latin dan
sisa-sisanya di Eropa Timur, turun kejalan merayakan euphoria itu. Hugo Chaves
Presiden Venezuela memimpin langsung perayaan itu di jalan-jalan ibukota
Venezuela, bahkan khabarnya menetapkan hari kehancuran keuangan
Amerika/Kapitalis yang ditandai dengan likuidasi Lehman Brothers sebagai hari
libur nasional.
Betulkah kapitalisme segera menutup usianya? Sejauh mana sih
kehancurannya? Pertanyaan ini yang tidak sedikit membuat perdebatan baru
dikalangan oponen Kapitalisme. Mereka terbagi menjadi dua golongan ekstrem;
golongan realistic dan golongan militant. Golongan realistic merasa bahwa
kapitalisme terlalu raksasa untuk tumbang, yang akan terjadi akhirnya hanyalah
restrukturisasi kapitalisme, dimana at the end of the day kapitalisme tetap
akan berdiri tegak tapi wajah dan aromanya telah berganti. Sementara golongan
militant yakin bahwa ekonomi kapitalisme akan hancur-sehancur-hancurnya,
seperti hancurnya hegemoni golongan gereja dalam bernegara sebelum revolusi
industry di Eropa.
Saya mungkin
terlalu lama merenung dan
memikirkan ini, sebelum
secara jelas mengambil posisi ada dimana; realistic atau militant. Saya mulai
percaya bahwa kapitalisme saat ini tidak sekedar hanya sebagai system ekonomi,
tetapi ia telah menjelma menjadi raksasa yang sangat besar. Kapitalisme telah
menjadi peradaban bagi manusia modern saat ini. Karena perannya sudah melintas
batas, bukan hanya ada di ranah ekonomi. Tetapi kapitalisme eksis dan membumi
di wilayah politik, hukum,
budaya dan pendidikan. Tidak salah memang jika ekonomi digelari sebagai Queen
of Science.
Kapitalisme
merubah wajah politik monarki dan musyawarah menjadi politik pasar yang kita
sebut demokrasi. Pemimpin dipilih melalui mekanisme pasar berdasarkan pertemuan
kekuatan demand rakyat dan supply politikus partai politik. Betul-betul wilayah
politik berubah menjadi pasar atau sektor “ekonomi” jenis baru dalam imperium
ideologi kapitalisme. Politik tidak menjadi alat pelayanan terhadap rakyat,
politik berubah menjadi lahan mencari nafkah, bahkan pembukaan jurusan di
perguruan tinggi terkesan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan laborforce di
wilayah ini.
Pada wilayah
hukum, ayat-ayat hukum dirumuskan dan dikembangkan menggunakan patern yang sama
dengan apa yang sudah kapitalisme lakukan pada wilayah politik. Ayat-ayat hukum
terformulakan berdasarkan kebutuhan pasar dan kecenderungan pasar.
Sampai-sampai proses hukum mutakhir terkesan hanya berfungsi bagi mereka yang
secara ekonomi terpinggirkan. Bagi mereka yang berdiri gagah memegang kendali
pasar, para konglomerat dan politikus, hukum tidak memiliki taring.
Bagaimana dengan
budaya? Lihatlah, budaya yang bertahan di semua belahan dunia adalah budaya
yang diterima dan masuk dalam mekanisme pasar. Budaya yang memiliki nilai jual,
memiliki demand di pasar, itulah yang budaya yang bertahan. Budaya pada lagu
menjadi industri yang cukup besar, tapi hampir semuanya bukanlah lagu-lagu pada
ajakan kebajikan. Budaya pakaian, industrinya yang berkembang adalah industri
yang bersandar pada mekanisme pasar, dimana pasar cenderung meminta
pakaian-pakaian berbahan baku terbatas alias pakaian umbar aurat.
Kapitalisme juga
jelas terlihat jejaknya di dunia pendidikan. Lihat kurikulum pendidikan, lihat
disiplin ilmu dan jurusan-jurusan yang ditawarkan. Lihat dunia pendidikan yang
kini perlahan-lahan berubah menjadi industri. Sekolah pada semua jenjang
berubah menjadi pabrik untuk mengeluarkan manusia-manusia robot atau buruh yang
diminta pasar. Paradigma orang tua terhadap kesuksesan anaknya mengacu pada
standard-standard kesuksesan materi kapitalisme, sehingga jurusan-jurusan
terkemuka/terpandang di perguruan tinggi
adalah jurusan-jurusan yang menjanjikan kesuksesan kapitalisme.
Jadi, lengkaplah
kapitalisme menguasai semua subsistem peradaban manusia. Atau lebih tepatnya
kapitalisme itulah peradaban modern ummat manusia saat ini. Dengan pemahaman
seperti ini, mungkin keruntuhan ekonomi Amerika dan Eropa yang saat ini tengah
berlangsung, sangatlah prematur untuk dijadikan landasan argumen bahwa
kapitalisme akan runtuh. Kalaupun keruntuhan
ekonomi betul terjadi, kapitalisme akan mampu membangun lagi, karena
kapitalisme telah menjadi worldview dalam diri manusia, telah berubah menjadi
norma masyarakat, telah melebur dalam kurikulum-kurikulum pendidikan. Artinya
kehancuran kapitalisme secara utuh harus juga diikuti dengan kehancuran
generasi dan sistem penopang peradaban kapitalisme.
Dengan demikian,
prediksi yang paling logis dari skenario kehancuran kapitalisme salah satunya
adalah peperangan. Tetapi sebelum itu terjadi, jikapun peradaban kapitalisme
harus hancur, sepatutnya telah ada benih generasi dan sistem peradaban
penggantinya. Saat ini yang sangat kuat menjadi kandidat itu adalah Islam.
Sehingga hipotesanya jika peperangan itu terjadi, adalah peperangan peradaban
kapitalisme dan peradaban Islam. Perseteruannya telah nampak saat ini, tetapi
entah kapan pertempuran final akan terjadi.
Buat rekan-rekan
aktifis dakwah, mujahid ekonomi syariah dan para pemerhati, saya yakin terlibat
atau tidak terlibat anda dalam “pertarungan” itu, gerbong peradaban Islam ini
tetap akan melaju menuju pada tujuannya yaitu mengambil alih kuasa peradaban
manusia. Akan muncul nanti generasi “genuine” Islam yang memiliki kapasitas
minimal dan menanggung amanah itu. Generasi inilah sebenarnya yang pula menjadi
prerequisite eksistensi ekonomi Islam.
Jalan menuju
terbentuknya generasi itu sudah terlihat, lihatlah kebangkitan golongan
menengah muslim di banyak negara muslim, semangat keislaman tergambar dalam
prilaku konsumsi dan produksi serta bentukan industri-industri ekonomi,
buku-buku Islam menjadi buku terlaris, budaya Islam mengkristal pada setiap
aspeknya, politik Islam mulai memunculkan kesadaran kebersamaan Islam (ukhuwwah
Islamiyah) seiring dengan tumbangnya pemimpin-pemimpin muslim yang otoriter.
Dalam ekonomi negeri-negeri Islam mulai berposisi kuat dan punya bargaining
power. Lebih detil lagi, keluarga-keluarga muslim mulai mengenalkan Islam
kepada anak-anak mereka sejak dini, mengenalkan baca tulis Al Qur’an, adab
Islam, menggunakan nama-nama Islam dan lain sebagainya.
Ya, generasi
Islam mulai tumbuh. Sudah dekat masanya bagi putra-putra Islam akhir zaman
untuk menunjukkan keberadaannya. Bersiaplah rekan-rekan, jika anda sudah
bersedia maju dalam gerbong peradaban ini, jangan malu-malu, jangan
setengah-setengah, wakafkan semua yang kita punya. Islam tidak akan tegak
dengan piknik dan senda-gurau. Mulailah kita berhitung, lebih banyak kita
gunakan untuk apa harta, waktu, tenaga dan pikiran kita? Kita bukan hanya
sekedar ingin menegakkan ekonomi Islam, yang kita ingin kibarkan adalah panji-panji
peradaban Islam. Oleh sebab itu ia butuh ketekunan dan disiplin, butuh waktu
dan konsentrasi, butuh perjuangan dan pengorbanan. Above all, ia butuh
kebersamaan, butuh jamaah yang satu langkah dan satu tujuan. Dan yakinlah itu
semua bukanlah beban, itu semua adalah kemuliaan dan kehormatan, yang telah
juga diusung oleh generasi Islam mulia terdahulu. Wallahu a’lam.
Ali Sakti
Langganan:
Postingan (Atom)