Kamis, 30 September 2010

CALL FOR PAPERS: FORUM RISET PERBANKAN SYARIAH II - 2010



FORUM RISET PERBANKAN SYARIAH II - 2010
Kamis, 9 Desember 2010, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

“Menuju Sistem Perbankan Syariah yang Sehat, Kuat dan Konsisten terhadap Prinsip Syariah”

TOPIK UNTUK CALL FOR PAPER:
1. Optimalisasi peran bank syariah dalam pengentasan kemiskinan, mencakup a.l.:
a. Inovasi program pemberdayaan sektor mikro melalui kerjasama bank syariah dengan lembaga keuangan mikro atau lembaga pengelola dana sosial
b. Produk atau program bersama bank syariah dengan lembaga terkait, (swasta maupun pemerintah, lembaga keuangan maupun lembaga sosial) dalam pemberdayaan masyarakat dhuafa.
c. Efektifitas produk atau program pemberdayaan masyarakat dhuafa oleh bank syariah selama ini.
d. Dan isu-isu terkait dalam ruang lingkup pengentasan kemiskinan melalui bank syariah

2. Efisiensi dan efektifitas pengawasan serta Inovasi produk pembiayaan Bank Syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat usaha (bisnis), seperti:
a. Bentuk pengukuran tingkat kesehatan bank syariah berdasarkan perspektif syariah.
b. Bentuk dan mekanisme pengawasan real time bagi industri perbankan syariah.
c. Urgensi perbankan syariah mengikuti ketentuan Basel II dan Basel III dari BIS.
d. Urgensi penerapan PSAK 50/55 dalam industri perbankan syariah nasional.
e. Efektifitas pembiayaan bank syariah yang ada selama ini dalam mendukung perekonomian nasional.
f. Optimalisasi atau pemberdayaan sektor ekonomi yang selama ini minim digarap sektor perbankan, seperti sektor pertanian, transportasi, manufaktur, elektrik dan pertambangan.
g. Inovasi produk-produk pembiayaan berbasis bagi-hasil sesuai dengan kebutuhan masyarakat usaha (bisnis).
h. Produk bersama bank syariah dengan lembaga non-bank dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong integrasi pasar keuangan syariah.
i. Dan isu-isu terkait inovasi produk yang praktis dan profitable dilakukan oleh bank syariah nasional.

3. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia Bank Syariah dalam rangka menuju industri perbankan syariah yang unggul dan bermanfaat maksimal bagi perekonomian nasional, seperti:
a. Efektifitas pembelajaran formal perbankan syariah di perguruan tinggi selama ini dalam memenuhi kebutuhan industri.
b. Inovasi program pendidikan dan pelatihan dalam memenuhi kebutuhan (demand) industri yang lebih banyak dari supply dari sistem pendidikan formal.
c. Dan isu-isu terkait lainnya.

KUALIFIKASI PAPER
1. Paper perbankan syariah tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tulisan sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan dengan menggunakan format dan kaidah penulisan ilmiah yang lazim dan dengan elaborasi sumber-sumber pustaka yang memadai; yaitu minimal memiliki ruang lingkup pembahasan:
i. Abstrak
ii. Latar Belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian
iii. Literatur Review (jurnal dan buku mutakhir)
iv. Metode Penelitian
v. Analisa
vi. Kesimpulan dan Rekomendasi
vii. Daftar Pustaka
b. Ditulis dalam kertas ukuran A4, 1,5 spasi, font 12 Times New Roman dan minimal 20 halaman (tidak termasuk tabel atau grafik dan daftar pustaka). Penjelasan tambahan (note) ditulis dalam bentuk footnote (bukan endnote).

2. Tulisan dan softfile-nya paling lambat kami terima paling lambat tanggal 25 November 2010, dan dikirimkan ke Kantor Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah, Jl Setiabudi Tengah No. 29, Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan - 10220, E-mail: sekretariat@ekonomisyariah.org.

3. FRPS 2010 dibuka untuk para peneliti dengan kategori:
a. Peneliti Pemula (Mahasiswa S1, Sarjana (S1), Mahasiswa S2 atau setingkat)
b. Peneliti Madya/Utama (Master (S2), Mahasiswa Doktoral, PhD/Dr. (S3) atau setingkat)

4. Paper yang disampaikan oleh akademisi dan peneliti akan dipilih 6 paper terbaik (3 paper peneliti pemula dan 3 peneliti madya/utama) yang harus dipresentasikan oleh penulis pada FRPS II 2010. 6 paper tersebut adalah paper terbaik untuk masing-masing topik, dengan rincian 2 paper terbaik dari masing-masing klasifikasi peneliti (peneliti pemula dan peneliti madya/utama) untuk satu topik.

5. Kepada penulis diberikan kompensasi masing-masing sebesar:
a. Rp. 6.500.000,00 (termasuk pajak) untuk Peneliti Pemula.
b. Rp. 10.000.000,00 (termasuk pajak) untuk peneliti madya.

6. DPbS-BI akan menanggung biaya akomodasi dan transportasi untuk penulis yang berasal dari luar Yogyakarta (penerbangan langsung/perjalanan domestik kelas ekonomi, termasuk dari Malaysia dan Singapura) .

7. Kompensasi finansial pemenang paper terbaik akan ditransfer ke rekening penulis pada Bank Syariah yang ditunjuk, setelah diterima hasil tulisan yang terpilih untuk dipresentasikan pada FRPS 2010.

8. Paper yang terpilih akan menjadi hak Bank Indonesia untuk keperluan apapun dalam bentuk apapun.

PELAKSANAAN TEKNIS FRPS
1. Session Pleno:
a. Generale Lecture atau Studium Generale dari Prominent Scholar (Alternatif scholar Prof. Dr. Volker Nienhaus* atau Dr. M. Nejatullah Siddiqi * tema : “Islamic banking and finance: where to go?”
b. Professorship Lecture oleh Pakar Ekonomi Syariah Nasional dengan tema: “Upaya mewujudkan idealisme perbankan syariah yang memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas dan berkontribusi optimal dalam pembangunan nasional”

2. Parallel Session:
a. Dibagi menjadi 3 parallel session berdasarkan topik-topik yang telah ditentukan;
i. Komisi Poverty Alleviation
ii. Komisi Product Innovation/Engineering
iii. Komisi Human Capital
b. Dalam parallel session akan dipaparkan hasil riset dari paper terpilih dan kajian DPbS tahun 2010.

Selasa, 28 September 2010

FORUM RISET PERBANKAN SYARIAH II - 2010: CALL FOR PAPERS

Siap-siap untuk FRPS II tahun 2010, yang menurut rencana akan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember 2010. Sambil menunggu pengumuman resmi, segera siapkan paper anda yang memenuhi beberapa tentative kriteria dibawah ini.

TEMA“Menuju Sistem Perbankan Syariah yang Sehat, Kuat dan Konsisten terhadap Prinsip Syariah”

TOPIK UNTUK CALL FOR PAPER:
1. Optimalisasi peran bank syariah dalam pengentasan kemiskinan, mencakup a.l.:
a. Inovasi program pemberdayaan sektor mikro melalui kerjasama bank syariah dengan lembaga keuangan mikro atau lembaga pengelola dana sosial
b. Produk atau program bersama bank syariah dengan lembaga terkait, (swasta maupun pemerintah, lembaga keuangan maupun lembaga sosial) dalam pemberdayaan masyarakat dhuafa.
c. Efektifitas produk atau program pemberdayaan masyarakat dhuafa oleh bank syariah selama ini.
d. Dan isu-isu terkait dalam ruang lingkup pengentasan kemiskinan melalui bank syariah

2. Inovasi produk pembiayaan Bank Syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat usaha (bisnis), seperti:
a. Efektifitas pembiayaan bank syariah yang ada selama ini dalam mendukung perekonomian nasional.
b. Optimalisasi atau pemberdayaan sektor ekonomi yang selama ini minim digarap sektor perbankan, seperti sektor pertanian, transportasi, manufaktur, elektrik dan pertambangan.
c. Inovasi produk-produk pembiayaan berbasis bagi-hasil sesuai dengan kebutuhan masyarakat usaha (bisnis).
d. Produk bersama bank syariah dengan lembaga non-bank dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong integrasi pasar keuangan syariah.
e. Dan isu-isu terkait inovasi produk yang praktis dan profitable dilakukan oleh bank syariah nasional.

3. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia Bank Syariah dalam rangka menuju industri perbankan syariah yang unggul dan bermanfaat maksimal bagi perekonomian nasional, seperti:
a. Efektifitas pembelajaran formal perbankan syariah di perguruan tinggi selama ini dalam memenuhi kebutuhan industri.
b. Inovasi program pendidikan dan pelatihan dalam memenuhi kebutuhan (demand) industri yang lebih banyak dari supply dari sistem pendidikan formal.
c. Dan isu-isu terkait lainnya.

KUALIFIKASI PAPER
1. Paper perbankan syariah tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tulisan sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan dengan menggunakan format dan kaidah penulisan ilmiah yang lazim dan dengan elaborasi sumber-sumber pustaka yang memadai; yaitu minimal memiliki ruang lingkup pembahasan:
i. Latar Belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian
ii. Literatur Review (jurnal dan buku mutakhir)
iii. Metode Penelitian
iv. Analisa
v. Kesimpulan dan Rekomendasi
vi. Daftar Pustaka
b. Ditulis dalam kertas ukuran A4, 1,5 spasi, font 12 Times New Roman dan minimal 20 halaman (tidak termasuk tabel atau grafik dan daftar pustaka).

2. Tulisan dan softfile-nya paling lambat kami terima paling lambat 14 hari sebelum Forum Riset diselenggarakan.

3. FRPS 2010 dibuka untuk para peneliti dengan kategori:
a. Peneliti Pemula (Mahasiswa S1, Sarjana (S1), Mahasiswa S2 atau setingkat)
b. Peneliti Madya/Utama (Master (S2), Mahasiswa Doktoral, PhD/Dr. (S3) atau setingkat)

4. Paper yang terpilih akan menjadi hak Bank Indonesia untuk keperluan apapun dalam bentuk apapun.

Secepatnya akan segera diumumkan secara resmi oleh panitia; Bank Indonesia bekerjasama dengan MES & IAEI. Siap-siap ya...

Senin, 27 September 2010

Adakah Tersisa Rindu...

Sudah 19 hari Ramadhan meninggalkan kita. Adakah masih tersisa jejaknya pada hari-hari yang kita lewati ini? Seberapa turun tilawah Qur'an kita dibandingkan hari-hari Ramadhan? Seberapa jarang sedekah kita kini? Seberapa sensitif kini kita dengan dosa dan kemaksiatan? Atau kini sudah kembali "normal" seperti waktu sebelum Ramadhan.

Adakah tersisa rindu kita dengan Ramadhan? Rindu pada fajar dan paginya yang sejuk dengan semangat dan ketulusan ibadah. Rindu pada siang dan petangnya dengan amal-amal shaleh yang kian hari kian membanyak. Rindu pada senja dan malamnya dengan kekhusyukan dan munajat-munajat...

Ramadhan sudah pergi, tapi masih ada manusia Ramadhan sebagai warisan bulan suci itu. Masih ada anda, saya dan kita, yang mampu merubah bulan-bulan setelahnya menjadi Ramadhan selanjutnya, mari kita pastikan 11 bulan selanjutnya adalah Ramadhan-Ramadhan yang kita rindui itu...

Prasangka

Masalah utama dari banyak orang mungkin adalah prasangka buruk. Mengapa? Boleh jadi karena fitrah manusia yang selalu memiliki dzon (prasangka). Meski prasangka bukan dosa besar, tetapi mereka yang mampu menjaga fikiran dan hatinya dari prasangka buruk, ternyata ganjarannya Syurga. Masih ingat cerita Nabi, yang menunjuk dengan sengaja seorang sahabat dan memberitahukan kalau beliau itu bakal penghuni syurga. Nabi mengungkapkan hal itu di sebuah majelis (Jum'at), di depan sahabat-sahabat yang lain. Sementara sahabat yang ditunjuk itu tidak menyadari karena sedang tertidur (tertidur di majelis nasehat Rasulullah, tega ya?).

Singkat cerita ada sahabat lain yang penasaran menyelidiki, ternyata keistimewaan sahabat tersebut bukanlah ibadahnya yang banyak, dzikirnya yang tekun, amal shalehnya yang melimpah, atau tilawah dan hafalannya yang berjuz-juz, tetapi hanya karena sahabat itu tidak memiliki prasangka buruk terhadap orang lain. Bayangkan prasangka saja bisa menghantarkan pemiliknya memasuki kebahagiaan yang maha dahsyat.

saya juga jadi teringat bacaan saya beberapa tahun yang lalu, tentang hadits Nabi yang mengatakan kurang lebih seperti ini; jika engkau berprasangka jangan lisankan, jika engkau kecewa jangan dipendam, jika engkau marah jangan diumbar. Maaf ya saya belum kaji lagi riwayat hadits ini. Tetapi saya ingin mengambil hikmah dari nasehat Nabi ini.

Pelajaran yang saya pahami berdasarkan hadits ini khususnya untuk prasangka adalah bahwa prasangka itu fitrah, semua orang pasti berprasangka. Hanya saja ia akan dinilai menjadi buruk ketika ia terlontar pada lisan. Karena memang tidak mungkin orang tidak berprasangka. Manusia selalu memiliki lintasan fikiran dalam benaknya itulah yang selama ini saya yakini sebagai prasangka, prasangka pada manusia, peristiwa, alam semesta. Khusus pada manusia, Nabi memberikan pedoman kode etiknya. Nah, yang kini menjadi kunci adalah sejauh mana kita mampu menahan diri untuk tidak melisankan prasangka-prasangka itu, khususnya prasangka buruk terhadap orang lain. Dicoba yuk?!

Kamis, 23 September 2010

Kemiskinan yang Memelihara Kesadaran

Kemiskinan seperti apa yang mampu menjaga akal sehat? Kemiskinan bagaimana yang mampu memelihara kesadaran pada Tuhan? Pertanyaan ini menggoda, karena kemiskinan identik dengan keterdesakan, dan keterdesakan biasanya membuat manusianya sulit untuk berfikir jernih atau sekedar menjaga konsentrasi (pada apa saja), apalagi harus fokus pada kesadaran kebaikan dan ketuhanan. Nah inilah titik perhatian tulisan ini, yaitu spesialnya kondisi paradok ini jika wujud dalam sebuah pribadi, sesosok manusia, dimana manusia memiliki kecenderungan pada keduanya, yaitu kekhilafan dan kebaikan.

Memang harus ditegaskan terlebih dahulu, bahwa bukanlah kemiskinan yang menjadi kata kunci tetapi manusianya. Bagaimana manusia mampu membuat kemiskinan menjadi indah untuk dijalani. Atau bahkan menarik untuk dipilih sebagai jalan hidup, gaya hidup. Ya kemiskinan menjadi kesengajaan. Naïf memang kesannya kalimat-kalimat dalam tulisan ini. Tapi saya tidak ingin terjebak oleh kesan dan kelaziman kehidupan itu. Saya ingin menyampaikan sebuah keyakinan yang mampu memberikan warna hidup yang lebih baik, memberikan alternative gaya hidup lain yang mungkin lebih menentramkan, atau membantu meminimalkan (bahkan menghilangkan) kecemasan jika memang kemiskinan itu melekat pada kita tanpa kita harapkan.

Sekali lagi kata kunci bukanlah kemiskinan, sehingga tidak penting mendefinisikan seberapa jauh kemiskinan yang mampu menjaga kesadaran. Atau mengindentifikasi bentuk-bentuk kemiskinan yang baik. Atau batas minimum kemiskinan yang mampu menawarkan ketentraman. Kemiskinan tetaplah kemiskinan, kondisi dimana manusia kesulitan secara harta (konsep miskin secraa materi), kondisi keterbatasan. Oleh sebab itu yang menjadi penting adalah paradigma berfikir manusianya menyikapi kemiskinan tersebut. Dan paradigma berfikir manusia tentu sangat terkait dengan keyakinan-keyakinan pada Tuhan yang berkuasa memiskinkan atau mengkayakan manusia.

Manusia yang memiliki criteria seperti ini dan mampu menjadikan kemiskinan sebagai kondisi yang tidak kalah nikmat dari kondisi kaya adalah manusia yang shaleh. Manusia yang dekat dengan Tuhannya, manusia yang melakukan penghambaan pada Tuhan secara total dan menyeluruh. Manusia yang telah meletakkan penghambaan pada Tuhan sebagai perkara diatas perkara, yang harus dijunjung tinggi dan memuarakan semua urusan pada perkara penghambaan ini. Manusia seperti ini akan memasuki kemiskinan dengan keikhlasan, menjalaninya dengan kesabaran dan syukur tanpa henti, serta melewatinya dengan kesahajaan.

Pesan-pesan terpuji tentang kemuliaan yang melekat pada kemiskinan membuat manusia shaleh tidak mencemaskan kemiskinan, bahkan pada tingkat keshalehan tertentu, kemiskinan bahkan dipilih sebagai sebuah gaya hidup dan dinikmati sama lezatnya dengan kekayaan. Bahkan kelezatan kemiskinan mampu memabukkan manusia, sehingga mereka dengan sengaja dan sekuat tenaga menjaga agar kemiskinan itu selalu menjadi kondisi mereka.

Mari kita renungkan hakikat-hakikat kemiskinan yang ternyata di dalamnya penuh dengan kemuliaan jika disikapi dengan benar dan baik. Orang miskin hidupnya penuh dengan keterbatasan, tetapi keterbatasan itu hakikatnya adalah kemuliaan-kemuliaan. Jika kita dapatkan situasi lapar, bukankah puasa merupakan ibadah yang penuh dengan keberkahan. Jika tidak memiliki uang/harta, bukankah memperbanyak infak, sedekah menyediakan kehormatan berupa gerbang tersendiri menuju syurga. Jika tidak memiliki kuasa dan jabatan, bukankah menghindari kezaliman dan kesewenangan akan membuat kita tidak merugi pada hari pembalasan nanti.

Merenungkan hakikat-hakikat ini berikut hikmah-hikmahnya serta dilengkapi dengan keyakinan bahwa Tuhan saying sekali dengan kita, maka tentu takdir-takdir Tuhan yang hadir pada kita, khususnya dalam hal ini kemiskinan, tidak akan mencemaskan dan menggelisahkan kita. Kemiskinan tidak akan mengganggu, bahkan mungkin lebih menentramkan. Inilah kemiskinan yang mampu menjaga kesadaran.

Belajar dari Manusia Biasa

Saya ingin cerita tentang orang-orang istimewa disekitar saya, yang saya banyak mengambil pelajaran dari mereka. Saya tidak akan sebutkan namanya dan detil tentang mereka, biar kemuliaan mereka tidak terusik atau bahkan terkontaminasi oleh saya. Saya hanya ingin sampaikan pelita-pelita yang hidup dari manusia-manusia yang sangat biasa. Ya sangat biasa, tidak luar biasa. Yang istimewa adalah dalam kesangat-biasaannya, mereka mampu memberikan sesuatu yang dikenang, dipegang dan disayang-sayang oleh manusia lain disekitarnya, manusia lain yang mengenalnya.

Satu kawan saya, seorang anak guru agama yang selalu bersemangat dengan semua kegiatan sekolah. Sepertinya ia memiliki semangat untuk masing-masing kegiatan sekolah, baik di kelas, di lapangan olah raga, laboratoriummaupun di pengajian rutin. Sampai-sampai saya tidak pernah ingat atau bahkan tidak pernah tahu bagaimana rupanya kalau ia dalam keadaan sedih. Suasana sedih, gelisah, putus asanya tidak pernah nampak di hadapan saya, sejak pertama kali saya mengenalnya sampai kami tidak dapat lagi berjumpa.

Semangat itulah pelajaran pertama yang saya ambil darinya. Tapi sampai saat ini pun saya tidak dapat menyamai beliau. Satu pelajaran lain adalah ringan tangannya membantu siapa saja yang membutuhkan, masalah orang lain yang ia ketahui seakan-akan menjadi masalahnya, bahkan mungkin ia lebih sibuk menyelesaikan masalah orang lain daripada masalah dirinya sendiri. Dan pelajaran selanjutnya adalah pelajaran utama yang saya betul-betul pelajari darinya hingga kini terlihat jejaknya pada diri saya, adalah pelajaran membaca Qur’an. Dari beliaulah kemampuan baca Qur’an saya dapatkan.

Kalau saya diminta Tuhan untuk bersaksi atas kawan saya ini, maka saya tidak akan berfikir lama untuk mengatakan beliau adalam manusia baik yang layak mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Dan inilah yang saya lirihkan di samping jenazah beliau ketika saya dampingi janazahnya di mobil ambulance menuju pemakaman. Mungkin balas jasa yang saya berikan untuk pelajaran-pelajaran yang beliau berikan hanyalah memanggul jasadnya dan ikut meletakkannya di liang lahat.

Pada waktu yang berbeda saya juga mengenal beberapa kawan yang keistimewaannya identik, yaitu sigap sekali membantu, ia korbankan kepentingan pribadinya; waktu, tenaga dan harta. Ringan bagi mereka untuk memberikan apa saja yang dimilikinya untuk siapa saja yang membutuhkan. Seorang kawan dengan tulusnya membantu saya pada semua masalah saya di kuliah, meski pada saat yang berbeda kami selalu berseteru dalam diskusi-diskusi ekonomi, politik atau agama sekalipun. Tetapi dialektika atau konflik diskusi tidak membuat beliau mengurangi semangatnya untuk membantu saya atau lawan diskusinya. Kekaguman pada mereka intinya terletak pada tingginya kepekaan terhadap masalah orang lain, kelembutan yang membuat dirinya tidak tahan melihat manusia lain susah, kegelisahan hati jika tidak mampu merubah sedih dan suram menjadi senyum dan ceria, atau jeli melihat peluang-peluang amal shaleh dimanapun dan kapanpun. Duh cerita ini semakin membuat saya mengasihani diri sendiri, karena saya sendiri masih jauh dari sikap istimewa seperti itu. Sikap istimewa manusia-manusia biasa, mereka yang dekat dengan saya, mereka yang penuh dengan keistimewaan.

Tapi satu pelajaran lain yang saya ambil dari suguhan-suguhan seperti ini, yaitu belajar dari semua orang adalah satu usaha yang tak ada ruginya. Setiap manusia memiliki keistimewaannya sendiri-sendiri. Dan itu merupakan bagian-bagian puzzle dari rahasia hidup dan kehidupan. Sehingga, padan rasanya usaha belajar itu dengan hikmah yang kita dapatkan nanti.

Rabu, 22 September 2010

Kuta - Bali

Baru kali ini saya dapat mengunjungi Kuta dan tinggal beberapa hari disini. Suasana Kuta, gaya hidup orang dan pengunjungnya, hiruk-pikuknya, interaksi, menggambarkan komunitas modern yang mungkin membuat sebagian orang merasa nyaman atau sebaliknya. bagi mereka penikmat gaya hidup, petualang kuliner dan sensasi traveling atau para pencari ketenangan dari kerja-kerja yang monoton, Kuta menawarkan apa-apa yang mereka cari. Harus diakui Kuta memiliki segudang kemanfaatan.

Saya sendiri masih terus merenungkan apa hikmah yang bisa diambil. sambil terus merenung dan sesekali juga terus berusaha menikmati apa yang memang harus dijalani disini, saya masih merasa tidak nyaman karena harus terus bertanya-tanya apakah makanan yang saya makan ini halal (karena ketidak-tahuan saya pada lingkungan Kuta dan persepsi miring yang ada di memori saya tentang Kuta, baik dari cerita, informasi audio maupun visual), pemandangan lingkungan yang sampai-sampai untuk bebas darinya, hanyalah memejamkan mata sepanjang waktu, atau tidak keluar kamar.

Tetapi diluar itu semua Kuta, Bali memang memiliki pesona. Dan fikiran saya terus membedah apa gerangan pesona itu. Ups, rapat harus mulai...

Minggu, 19 September 2010

Pilihan


Mari berfikir sejenak sebelum anda termasuk saya memulai kerja-kerja pagi hari ini. Apa yang menjadi kerja rutin kita tahun-tahun terakhir ini? Akuntan, pengajar, konsultan, peneliti, teller, satpam, pedagang, ibu rumah tangga, ustadz, pengusaha? Apa itu pilihan kita atau sekedar menjalankan peluang yang ada saja? Apa itu sudah sesuai dengan cita-cita kecil kita? Atau sama sekali tidak pernah terlintas di fikiran bahkan hati?

Mungkin ada yang diantara kita merasa yakin bahwa kerja-kerja saat ini adalah sebuah pilihan sadar berdasarkan kemampuan, tetapi ada juga yang merasa semua itu sekedar pencapaian dari kesempatan yang dimiliki, bukan pilihan tapi sekedar menjalani hidup dan peluang-peluangnya. Tapi apapun itu, saya sangat yakin itu pada hakikatnya adalah pilihan, jika bukan pilihan kita setidaknya itu pilihan Tuhan. Ya skenario Tuhan bekerja atas kehendak-Nya dan berlaku pada kita semua.

Bagi kita yang mendapat kerja-kerja halal dan penuh dengan kebaikan pula, yakinlah Tuhan berkehendak baik pada kita. Sementara bagi kita yang tidak berada di kerja-kerja seperti itu, mungkin itu ujian komitmen keimanan, dan jika kemudian kita beralih serta meninggalkan kerja-kerja buruk, maka kemuliaan yang lebih istimewalah bagi kita. Namun hati-hati dengan kita yang merasa nyaman dengan kerja-kerja buruk, karena boleh jadi Tuhan memang berkehendak buruk pada kita.

Terlepas dari diskusi ini pilihan kita atau bukan, saya meletakkan rasa hormat saya yang amat tinggi bagi mereka yang telah memilih dan ikhlas dalam kerja-kerja dakwah. Mewakafkan dirinya secara sadar, baik kebetulan maupun sengaja, pada kerja-kerja mengajak manusia lain menuju dan memelihara kebaikan, menghamba secara maksimal kepada Tuhan, merupakan kerja termulia dimuka bumi ini. Untuk merekalah saya sengajakan tulis artikel ini.

Saya dedikasikan tulisan ini bagi mereka yang ada dipelosok negeri, dipedalaman rimba dan hutan, di bukit dan lembah atau bahkan ada di negeri sebrang nun jauh disana, yang saat ini tengah melakukan pelayanan dakwah kepada mereka, yang belum sampai ditelinga dan hati mereka kebenaran-kebenaran Allah SWT. Hormat takzim saya pada Ustadz-Ustadz pembawa amanah Islam di pedalaman Sorong – Papua, para Penjaga akidah dan akhlak di tempat-tempat pengungsian di lokasi bencana, di sumatera, jawa, nusa tenggara dan pojok negeri lainnya, para Pendamping pekerja migran sekaligus Pembimbing agama di Malaysia, Hong Kong, Korea, Arab Saudi, dan di penjuru bumi. May Allah Bless and Keep You Brother and Sister.

Mereka yang ada diposisi itu jauh dari hiruk-pikuk prestise profesi, kebanggaan satu-satunya yang mereka punya hanya dipamerkan pada Pemberi Amanah, yaitu Allah SWT. Dengan segala tantangan yang ada pada kerja-kerja seperti ini, maka mereka yang menjalankan amanah ini pastilah penuh dengan komitmen yang tinggi, integritas, keikhlasan dan tentu kesabaran. Oleh karena itu, tidak ada penghargaan yang pantas bagi mereka kecuali kemuliaan dari Allah SWT.

Kamis, 16 September 2010

Kalau Anda Jijik Dengan Babi Kenapa Anda Tidak Jijik Dengan Riba?

Provokatif ya judul di atas? Biarin ah, ga ada yang salah kan dari judul itu? Bukankah tingkatan dosa riba lebih besar dari makan daging babi, bukankah skala kerusakan akibat riba juga lebih besar dan luas dibandingkan babi, dan bukankah riba kini lebih dekat dengan keseharian kita, “kandang”-nya bertebaran dimana-mana sementara kandang babi tidak setiap tahun kita lihat. Kalau sudah begitu, maka pertanyaan selanjutnya adalah, kalau anda super sensitif dengan babi, sampai-sampai pakai sepatu kulit babi saja anda ga rela (padahal bukan untuk dimakan), kenapa anda tidak sensitif dengan riba?

Kegundahan ini sebenarnya saya sudah ungkapkan pada beberapa tulisan, hanya saja saya kurang puas. Maaf ya, kalau saya terkesan sangat cerewet. Tapi tidak ada motif saya kecuali amar ma’ruf nahi munkar sebatas kemampuan saya. Lewat tulisanlah saya bisa ungkapkan apa yang menjadi kegelisahan saya melihat ketidakpantasan-ketidakpantasan dalam berekonomi. Salah satunya adalah praktek riba ini.

Banyak ketidak-konsistenan yang saya perhatikan dari mereka yang secara hati berpihak pada aplikasi ekonomi Islam, tetapi praktek mereka tidak menunjukkan keberpihakan itu. Mereka yang bahkan dalam diskusi begitu retorik dan heroik membela ekonomi Islam tetapi dalam memenuhi kebutuhan pribadi, mereka dengan segala justifikasi yang mereka punya melakukan praktek riba.

Haram,haram, haram, dosa besar! Masih tidak cukupkah peringatan-peringatan itu. Tidakkah peringatan itu membangun derajad kejijikan pada riba yang sama atau bahkan melebihi dengan jijik anda kepada babi, atau alkohol sekalipun. Tulisan ini hanya ingin menyinggung komitmen anda, saya, kita. Komitmen yang menghidupkan perjuangan ekonomi Islam. Jika ternyata ada yang meremehkan komitmennya dengan melanggar keyakinan utama ini, maka sama saja anda berkhianat pada perjuangan ekonomi Islam ini. maaf kalau saya harus ucapkan ini; jika anda terus berkhianat, andalah beban dari perjuangan, yang telam membuat perjuangan menjadi lebih berat, yang membuat kemajuan perjuangan menjadi lebih lambat, karena anda! Dan kalau sayapun melakukan hal yang sama, saya pun bergelar pengkhianat pula.

Senin, 13 September 2010

Kalau Tidak Begini Bukan Akhir Zaman Namanya


Ada yang mau bakar Qur’an di Florida – Amerika Serikat, ada yang merobek Qur’an dan menjadikannya rokok di Queensland – Australia, ada yang menghina dan mengolok-olok Islam di jalan-jalan Amerika atau Eropa, ada yang membunuhi muslim hampir setiap hari di Gaza dan Tepi Barat – Palestina, ada berkonspirasi memeranginya dengan dalih terorisme di Irak, Afghanistan, Pakistan, Chechnya (Chenchen) dan Somalia, tetapi pada saat yang sama kaum muslimin di negeri-negeri mereka lebih banyak yang asyik di bar-bar, club-club malam, nongkrong di jalan bersama komunitas-komunitas materialisme, ribut sendiri diantara mereka untuk hal-hal yang sepele dan tidak penting, malah ada yang tega-teganya mengaku-aku nabi, inilah wajah kita ummat Islam. Ummat yang oleh Tuhan sudah dilabeli sebagai ummat terbaik (khairu ummah). Ummat yang akan menjadi saksi bagi ummat lain; kafir, nashrani, yahudi, majusi dan lain-lain, dan mendapat kehormatan karena Nabi yang akan menjadi saksi bagi mereka. Tuhan juga pernah menghibur; “janganlah kamu merasa lemah, jangan pula kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajadnya, jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).

Intinya, di luar negeri muslim, ummat ini di zalimi, dianiaya, dilecehkan sampai-sampai sudah tidak memiliki harga. Di dalam negeri mereka sendiri, mereka tidak memiliki pegangan sehingga yang ada hanya kebingungan, perseteruan, pecah-belah, kemaksiatan, saling intimidasi dan berujung pada kehinaan kolektif. Betul-betul menyedihkan. Tapi sepertinya kondisi ini baru pembukaan, baru mukaddimah dari kondisi yang jauh lebih buruk.

Saat ini ummat jauh dari tuntunan Islam, mereka lebih banyak yang berbondong-bondong meninggalkan kewajiban-kewajiban ibadah, apalagi kebiasaan sunnah. Malah kemaksiatan lambat laun menjadi benar dimata mereka, hilang rasa bersalah setelah melakukannya apalagi menyesal. Ironisnya ibadah-ibadah yang masih terpelihara lebih sebagai sebuah ritual simbolik untuk status sosial, bahkan ada yang memperlakukannya sebagai paket hiburan dan industri.

Kalau sudah begini jangan dulu tanya kekhusyukan, jangan tanya kualitas, persaudaraan, ketawadhuan, kezuhudan, kesantunan dan kesederhanaan, esensi-esensi Islam itu semakin menjadi dongeng dan legenda. Itu mengapa sampai-sampai Nabi memberikan stimulus bagi ummatnya di akhir zaman; “barang siapa yang menghidupkan sunnahku ketika banyak manusia meninggalkannya, maka ganjarannya sama seperti pahala seratus kali mati syahid.”

Mungkin diam saja tidak melakukan amal shaleh apapun sudah sangat bermakna di mata Tuhan saat ini, karena disekeliling kita, kemaksiatan sudah mengepung dan mengurung, sehingga diam untuk tidak tergoda saja sudah sebuah prestasi. Bahkan boleh jadi kita yang menentang arus sudah dipinggirkan oleh kelaziman kehidupan atau mungkin sudah dianggap gila, karena memegang kebenaran. Apalagi jika nanti biang keburukan dan kemaksiatan, dajjal durjana muncul di muka bumi. Islam betul-betul akan asing dan manusia Islam yang shaleh akan terasing, tapi beruntunglah mereka yang asing.

Dengan alasan yang sama dan analogi yang seperti ini, saya ingin meyakinkan diri sendiri dan mengajak semua pejuang ekonomi syariah, bahwa semakin hari perjuangan ini tidaklah semakin ringan meski barisan kita semakin panjang. Tantangan bukan hanya ditujukan pada kita secara kolektif tetapi juga secara pribadi. Godaan kerja yang tidak jelas kehalalannya, desakan pendapatan untuk hidup mapan, status sosial yang menuntut juga pelayanan, gaya hidup materialistik yang makin lama-makin menggoda, dan semakin banyaknya justifikasi dan toleransi pada keburukan yang mampir ke otak kita. Yakinlah, semua itu bagian dari perjuangan. Artinya perjuangan bukan hanya berupa perjuangan mewujudkan Islam dalam ekonomi, tetapi juga perjuangan menjaga akal sehat dan idealisme di dalam hati dan jiwa.

Inilah akhir zaman saudara-saudara. Siapkanlah diri kita pada segudang keanehan dan gelombang kegilaan yang mampu memutar-balikkan logika. Kuncinya adalah berpegang teguh pada Islam, percaya pada janji Tuhan dan mari saling menguatkan barisan. Selain itu, bukankah kekacauan akhir zaman ini membuat kerja-kerja shaleh kita menjadi tinggi nilai dan derajadnya di mata Tuhan? Akhir zaman adalah puncak pengkhianatan manusia pada Tuhannya, inovasi maksiat tertinggi yang dilakukan manusia. Dan di sela-selanya jika ada manusia yang bertahan dengan kepatuhan pada Tuhan, maka tak ada yang pantas mengganjar mereka kecuali syurga. Jadi jangan menyerah, kalau tidak begini bukan akhir zaman namanya. Wallahu a’lam

Gaya Hidup “Malam 1000 Bulan”


Subuh tadi saya lihat langit sangat cerah, bintang-bintang bertaburan dengan cahayanya yang selalu mempesona. Teringat saya pada memori Ramadhan yang baru lalu. Kalau pemandangan seperti ini ada di Ramadhan pasti malam tadi sudah “dituduh” sebagai lailatul qadr. Mereka pemburu malam itu, memang selalu sensitive dengan fenomena malam , khususnya pada akhir-akhir Ramadhan. Seperti yang pernah saya sampaikan dalam tulisan lalu, yang kemudian menjadi kekhawatiran saya adalah beralihnya konsentrasi mereka dari focus bermunajah kepada Allah menjadi sekedar berjaga-jaga melihat situasi malam. Eh, saya berprasangka ya?! Maaf ya, semoga apapun niat kita mengunjungi malam Ramadhan, Allah dengan kebijakannya Yang Maha Bijaksana memberikan semua keberkahan yang kita harapkan.

Tapi kali ini ada sesuatu yang ingin saya sampaikan. Jika saja definisi malam qadr itu adalah malam dimana kita memperoleh keberkahan, hidayah, kesadaran pada Tuhan, maka pada dasarnya malam seperti itu kita bisa pungut pada malam-malam di semua malam di luar Ramadhan. Tinggal saja kita mau menyempatkan diri untuk menyendiri di pojok malam, menjumpai Tuhan, mengetuk pintu-Nya dengan shalat malam. Dan kemudian dalam sujud atau setelah shalat kita bisa lantunkan semua harapan dan permintaan. Begitulah mungkin prosesi menjumpai dan mendapatkan lailatul qadr.

Hal ini saya fikirkan untuk menentramkan kegelisahan saya, yang muncul karena kekhawatiran tidak menjumpai malam itu pada Ramadhan yang baru saja berlalu. Padahal para alim, para ustadz sudah sering mengingatkan berkali-kali, bahwa malam itu memang luar biasa tapi yang terpenting adalah mereka yang menjumpai malam itu, pada hari-hari selanjutnya menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi pribadi yang lebih bersahaja, beribadah lebih banyak dan konsentrasi yang konsisten sama baiknya pada kematian dan kehidupan. Dan boleh jadi, malam qadr yang dia sudah dapatkan, ia jaga dan pelihara disetiap malamnya, melalui pelaksanaan prosesi ibadah ketika mendapatkan malam itu pada setiap malam.

Menghidupkan malam, memakmurkan malam dengan shalat special, doa special dan air mata special, hadir hampir setiap malam. Saya jadi teringat kisah seorang sahabat yang matanya hamper-hampir buta karena seringnya matanya bengkak karena tangisan keharuan dan ketakutan pada Tuhan. Atau kisah seorang mulia yang dikisahkan sampai-sampai dipipinya seperti telah terdapat kerutan-kerutan khusus untuk aliran air matanya yang memang begitu seringnya menetes. Atau ada manusia mulia yang lain, yang demi menjaga konsentrasinya pada ibadah dan hari akhir, ia selalu membawa-bawa kain kafannya kemana saja ia pergi. Atau ada mereka yang tidak pernah lagi menyisakan uang di sakunya atau harta di rumahnya, karena uang dan hartanya sudah berada ditangan mereka yang lebih membutuhkan kecuali semua itu ada untuk makan secukupnya atau hidup sederhana.

Inilah gaya hidup baru yang mungkin harus saya atau anda hidupkan. Gaya hidup “malam 1000 bulan” mungkin begitu gaya hidup ini kita namakan. Gaya hidup yang akan merubah diri, merubah keluarga, merubah masyarakat, atau bahkan merubah bangsa, tergantung pada semasif apa manusia-manusia yang berubah. Tapi memang gaya hidup ini bukan gaya hidup yang efektif untuk dipamerkan, seperti gaya hidup trendy, populis, selebritis, materialis. Gaya hidup ini, ibadahnya saja afdhalnya disembunyikan dengan rapi, yang “dipamerkan” hanya kesahajaan, kesantunan, kesederhanaan, semua itu tidak menarik untuk dipamer-pamer. Bahkan beberapa orang akan merasa bersalah dan kotor hatinya, jika sampai ada orang lain melihat kesahajaan dirinya. Gaya hidup ini memang pantasnya hanya dipamerkan pada Tuhan.

Tertantang untuk melakukannya? Atau mengadopsinya menjadi gaya hidup untuk sisa usia kita? Mungkin ada baiknya kita list semua bentuk-bentuk amal shaleh yang mencerminkan gaya hidup itu. Dari sedekah pagi, tersenyum, mempersilakan kendaraan dibelakang mendahului, atau kendaraan di depan memotong, menolong mereka yang membutuhkan dengan semua kemampuan kita, meminjamkan pulpen, buku, uang atau kendaraan, menyisihkan pakaian layak pakai, sepeda yang tidak pernah terpakai, sebagian mainan anak yang semakin hari-semakin menggunung, atau sekedar menyebarkan email lowongan kerja pada siapa saja yang mungkin membutuhkan. Duh, anda pasti punya list yang lebih panjang. Gaya hidup “malam 1000 bulan”, menarik bukan? Apalagi kalau kita memang yakin ga dapat malam itu Ramadhan kemarin, tapi kita jalankan saja praktek-prakteknya menjadi gaya hidup. Siapa tahu, melihat kegigihan kita ini, Tuhan kasihan pada kita dan kemudian Beliau jumpakan kita dengan malam special ini pada Ramadhan nanti, meski saya tahu anda akan lebih lega jika kasihan Tuhan itu membuahkan bukan sekedar malam qadr, tapi syurga. Sssst saya juga gitu kok.

Bermimpi...


Mari bermimpi tentang Indonesia. Bermimpi tentang masa depannya. Mimpi masa depan tentang alamnya, tentang pemimpin-pemimpinnya, tentang masyarakatnya, dan tentang kedudukannya nanti di akherat. Bermimpi tentang masa depan sebenarnya adalah mencoba mendefinisikan tujuan dan arah hidup, mengidentifikasi cara dan strategi menuju kesana. Bermimpi bukanlah berangan-angan panjang dan kosong, karena inti kebaikannya ada pada semangat dan proses bermimpi, bukan pada apa yang diimpikan.

Mereka yang tak bosan-bosan dan selalu bermimpi, maknanya selalau memiliki semangat, selalu memiliki harapan yang kemudian membuat ia terjaga dari kondisi terburuk dari hidup, yaitu putus asa. Buat mereka yang telah memiliki kesadaran pada Tuhan, selalu bermimpi maknanya selalu berharap tak putus-putus pada Tuhan. Nah, ini yang menurut saya menjadi credit point di pandangan Tuhan. Mereka tidak pernah berputus asa sekalipun mereka pernah terbenam dalam lumpur dosa, menggunung dosa di punggungnya, karena ia tahu Tuhan selalu siap dengan samudera pengampunan. Bagi mereka yang belum memiliki kesadaran pada Tuhan, bermimpi menjadi media mereka untuk sampai pada hidayah dan kasih sayang Tuhan, siapa tahu nanti Tuhan akan mempertemukan hati dan mimpinya itu dengan cahaya yang lebih menentramkan lamunan dan tidurnya.

Sebagai sebuah subjek mimpi, maka Indonesia harus diberikan mimpi yang lebih baik. Dengan semangat bermimpi yang tinggi dari anak-anak bangsa. Indonesia telah ditakdirkan menjadi sebuah Negara di akhir zaman, dan Tuhan sudah takdirkan saya juga anda menjadi bagian dari takdir besar itu. Maka sudah sepantasnya kita bermimpi sesuatu yang terbaik bagi negeri ini. Saya sendiri bermimpi pada akhirnya bangsa yang dibanyakkan Tuhan manusia Islamnya di atas bumi ini menjadi kaum yang banyak pula di syurga. Bangsa ini memenuhi pojok-pojok syurga. Kalimat indahnya, memindahkan Indonesia ke syurga, itulah mimpinya.

Kini yang menjadi pertanyaan penting, bagaimana mewujudkan mimpi itu? Nah, sebelum anda atau saya sibuk berdiskusi, atau bahkan berdebat memaparkan argumentasi misi bangsa menuju syurga dengan segala dalil sekaligus trategi teknisnya. Tulisan saya ini mungkin cukup sampai disini, karena tulisan ini cuma ingin menyadarkan saya dan anda untuk bermimpi sesuatu yang baik bagi Indonesia. Jika anda merasa tidak cukup, maka tulislah bagaimana cara mewujudkan mimpi itu menurut versi yang anda punya, dan sharing dengan siapa saja yang pantas diajak berdiskusi, siapa saja yang asyik diajak bermimpi.

Indonesia Mubarak, Eid Ul Adha Mubarak, Dubai is Down


Hari-hari terakhir ini banyak peristiwa yang memberikan banyak pelajaran bagi saya. Mencerna pelajaran itu dalam rutinitas renungan yang selalu saya lakukan, memberikan banyak hikmah dengan hasil berupa; tambahan semangat, kepahaman, kemakluman dan rencana-rencana amal baru. Seperti apa yang saat ini tengah terjadi, Indonesia yang berprestasi ekonomi baik (memang belum luar biasa, tetapi harus diakui ini prestasi tidak biasa), Idul Adha datang membawa kehangatan bagi semua penghuni alam, dan kemegahan Dubai runtuh akibat keserakahan yang direpresentasikan oleh prilaku utang tak terkendali.

Apa benang merahnya? Benang merahnya bukan cuma satu. Ada benang merah hati, merah marun dan merah darah. Pertama, ketiga fenomena itu hanya sedikit dari banyak peristiwa yang menegaskan kehendak Tuhan atas semua hal, kapan saja di mana saja di himpunan semesta-Nya. Kedua, keserakahan adalah keserakahan, ia tidak sama dengan kesabaran. Keserakahan akan berakhir dengan kehancuran sementara kesabaran dan pengorbanan akan berujung pada keberkahan. Ketiga, pelajaran Tuhan itu bertebaran dimana-mana. Pelajaran selalu bersama setiap peristiwa. Itu mengapa Tuhan ulang-ulang anjuran-Nya; renungkan-renungkan.

Dengan judul diatas, saya tidak sedang membahas ketiga peristiwa itu. Saya sedang mengajak untuk merenung, bertafakur. Atau mungkin anda lebih suka menggunakan istilah melamun atau berkhayal, terserah apalah, asalkan hal itu membawa anda dan jiwa anda pada hikmah, pada hakikat hidup dan kehidupan. Jika anda sudah sering lakukan itu, saya cuma ingin beri tahu, bahwa anda tidak sendiri. Tapi bagi anda yang belum pernah atau belum serius menjadikan atau memasukkan renungan sebagai satu kegiatan dalam daftar program harian, pekanan atau bulanan, cobalah, dan anda akan mendapatkan dunia lain menggenapkan dunia yang saat ini anda sudah miliki.

November 2009

Jumat, 10 September 2010

BANK AMAL SHALEH

Pada Ramadhan kali ini saya mendapat ide amal shaleh yang mungkin berbeda dari biasanya. Saya ingin mencoba menjalankan BANK AMAL SHALEH. Konsepnya sederhana, atau bahkan similar dengan konsep bank pada umumnya, hanya saja landscape-nya bukan hanya pada aktifitas bisnis ekonomi tetapi lebih dominant pada aktifitas social ekonomi, sehingga pada tingkat operasional mirip dengan lembaga pengelola dana social. Oleh sebab itu Bank Amal Shaleh ini konsepnya mengawinkan konsep bank dengan lembaga social, yang intinya tetap sama, yaitu mengintermediasi dari surplus spending unit kepada deficit spending unit. Untuk lebih jelasnya inilah profil BANK AMAL SHALEH yang menjadi proposal saya:

Nama
BANK AMAL SHALEH

Prinsip dan Konsep Aplikasi
a. Bank memfasilitasi semua pihak yang membutuhkan bantuan baik dana, barang, keahlian atau tenaga dalam mengatasi segala bentuk musibah yang sedang dialami, seperti penyakit, bencana alam, kesulitan ekonomi, kebutuhan sekolah dan lain sebagainya.

b. Bank memfasilitasi semua pihak yang ingin membantu mereka yang sedang mengalami kesulitan akibat penyakit, bencana alam, kesulitan ekonomi, kebutuhan sekolah dan lain sebagainya.

c. Bank menggunakan konsep Allocation of Charity bukan Pooling of Charity, dimana setiap charity yang masuk akan secara definitive diperuntukkan bagi projek amal shaleh tertentu.

Operasional Bank
a. Bank akan menampung dan menginformasikan projek-projek amal shaleh berupa pasien yang membutuhkan biaya pengobatan, keluarga yang membutuhkan bantuan ekonomi, anak yang membutuhkan biaya sekolah, masjid yang membutuhkan biaya pembangunan, rumah yatim-piatu yang membutuhkan donor, TPQ yang membutuhkan buku bacaan, keluarga yang membutuhkan guru ngaji dan lain sebagainya.

b. Bank akan memfasilitasi pihak-pihak yang ingin membantu projek-projek amal shaleh tertentu yang diinginkan untuk dibantu, seperti memberikan informasi untuk bisa langsung membantu atau membantu menyalurkan bantuan kepada projek-projek amal shaleh yang diinginkan. Bantuan dapat berupa zakat, infak, sedekah, hadiah atau wakaf, tergantung pada projek amal shaleh yang ada.

c. Bank akan melaporkan secara rutin bantuan yang disalurkan dan perkembangan projek-projek amal shaleh.

d. Bank beroperasi berbasis website: www.bankamalshaleh.blogspot.com

Skema

..maaf lahir bathin ya..

..Ramadhan telah membuat kita memberikan sujud lebih banyak, tilawah lebih banyak, sedekah lebih banyak, doa lebih banyak, dan waktu untuk Allah lebih banyak. dan Syawal ini kami hanya minta 1 maaf dari Bapak, Ibu dan saudara, untuk semua salah-khilaf kami. Maafkan kami lahir dan bathin.

Keluarga Sakti

ali "ali" sakti
siti "oki" ruqoiyah
aqsa "aqso" hasan al barra
aisyah "aisy" jannat dzakia
hafsa "hafsa" lubna haiba
fathima "fathi" azamta aliya

Ramadhan Ditimang-Timang, Ditimbang-Timbang, Apakah Menang?

Ramadhan kali ini memberikan sesuatu yang lebih? Untuk menjawab pertanyaan ini mungkin sangat tepat kita betanya pada diri sendiri, apakah merasakan kenyamanan Ramadhan, apakah menikmati keteduhan malam-malamnya, apakah ada kesedihan sekaligus kerinduan meninggalkannya? Tetapi sebenarnya jika kita merasa Ramadhan hanya sekedar rutinitas tahunan, pertanyaan diatas itu rasanya ga penting untuk dijawab. Ini hanya sekedar mengukur-ukur posisi Ramadhan dalam satu tahun kesibukan kita.

Ingat loh, jika benar Ramadahn menguasai kita satu bulan kemarin, saat ini diawal syawal kita menjadi manusia baru, track record maksiat kita drop pada tingkat terendah, nihil! Tidakkah itu luar biasa? Kalau anda tidak merasakan keistimewaan itu, tetapi sadar anda sudah melewatkan sesuatu yang sangat berharga, maka berdoalah dengan penuh harap agar tahun depan Tuhan berikan kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan. Menuju kesana, berdoa jugalah agar anda dijaga lahir dan bathin oleh Tuhan.

Untuk anda yang tersenyum karena merasa sudah memberikan semua kemampuan untuk menjaring semua keberkahan Ramadadhan, sekaligus sedih kehilangan bulan yang telah menjaga diri dan jiwa anda, percaya deh, buku jurnal dosa anda kini putih bersih layaknya buku baru. Tapi ingat ini jasa Ramadhan, sadarlah ini rekayasa Tuhan yang selalu menyediakan Ramadhan bagi anda, membelenggu syetan, membuka semua gerbang syurga, menganugerahkan keberkahan langit sepanjang waktu Ramadhan, dan mengutus semua malaikan langit untuk bersatu majelis dengan anda di shaf-shaf shalat, dzikir, tilawah, atau bahkan mungkin berada disisi anda menjaga tidur anda selama Ramadhan. Dan kehendak Tuhan pula, anda disampaikan pada Ramadhan dengan sepenuh kesadaran dan semangat. Jadi semua ini hadiah Tuhan untuk kesekian kalinya. Hamdallah.

Terpaksa atau sukarela, Ramadhan sudah membuat kita memberikan waktu-waktu lapar lebih panjang, shalat berakaat-rakaat, sujud lebih berkali-kali, tilawah berjuz-juz, sedekah pada pagi dan petang, doa terpanjatkan siang dan malam, air mata-air mata yang membengkakkan mata, intinya Ramadhan telah membuat kita memberikan waktu bersama Allah lebih banyak. Sepadankah hasilnya? Jika hasilnya adalah sesosok kita yang baru, dimana puasa kini menjadi kebiasaan kita dalam mensucikan hati, akal dan jasad, shalat menjadi sedisiplin kehadiran kita pada tarawih di masjid-masjid, tilawah Qur’an menjadi biasa membuka dan menutup hari, hambar hari terlewati tanpa sedekah, dan air mata selalu ada ketika dosa terlakukan atau nikmat dianugerahkan sebagai tanda ketakutan pada Allah dan syukur, maka kesibukan Ramadhan anda sangat padan dengan hasilnya.

Ramadhan menjadi waktu pembelajaran dan pembiasaan Islam pada semua aspek kehidupan manusia. Ramadhan menjadi tempat training multidimensi untuk satu pedoman hidup, yaitu Islam. Siapapun anda, berlatar belakang dan berkepentingan apapun, Ramadhan memberikan dan membentuk anda menjadi pribadi Islam yang sama, pribadi yang memiliki irama gerak, lisan dan hati yang tidak berbeda, dimana intinya adalah irama penghambaan pada Tuhan. Prilaku politik, hukum, budaya atau bahkan ekonomi disatukan dalam lorong Ramadhan. Politikus, sepatutnya Ramadhan membuat anda semakin sadar bahwa posisi anda adalah pelayan masyarakat, maka lebih tekunlah melayani mereka. Para penegak hukum, bapak-ibu polisi, jaksa, hakim dan pemimpin Negara, anda adalah garda pelaksanaan hukum Tuhan, maka adillah. Anda akan menjadi penghuni neraka terdasar ketika amanah ini anda permainkan. Dan kepada seluruh rakyat sepatutnya Ramadhan membuat kita semakin santun dalam berbudaya, semakin bersahaja dalam berekonomi.

Kini menghadapi bulan-bulan selanjutnya, sambil menunggu Ramadhan berikutnya, jagalah diri, jagalah hati. Saya sendiri kali ini sadar tidak bisa sepenuhnya bersandar pada kemampuan sendiri untuk menjaga diri, kini saya lebih banyak lagi bersandar pada harapan agar Tuhan jaga saya, Tuhan tidak mempertemukan saya dengan kondisi dimana saya dapat menemui ujian, cobaan dan godaan yang selama ini selalu mengalahkan iman saya. Ramadhan kali ini lebih menyadarkan saya pada kelemahan saya. Oleh karenanya saya akan lebih bersandar pada belas kasihan Tuhan untuk menjaga saya.

Bagi masing-masing anda, mungkin Ramadhan menyadarkan sesuatu yang berbeda, rasa yang tidak sama, tapi saya berharap apapun itu, semuanya bermuara pada penghambaan yang lebih baik lagi kepada Tuhan kita.

Terakhir, kepada Engkau duhai Tuhan… terima kasih 

Senin, 06 September 2010

Tidak Butuh Lailatul Qadr


Melihat semakin ramainya orang memasuki masjid, ia beringsut perlahan-lahan menuju pelataran belakang masjid yang masih gelap. Cahaya yang ada disitu hanya semburat cahaya malam dari bulan yang terlihat tinggal sepenggal. Ia bermaksud berbicara secara pribadi dengan Tuhan, Dia turunkan kedua tangannya yang biasa menengadah mantap memanjatkan doa-doa harapan. Kali ini sepertinya ia terlihat malu-malu melantunkan doa.

Dengan lirih atau bahkan terkesan bergumam, ia mulai berkata, “Aku di rumah-Mu ini bukan mencari lailatul Qadr ya Rabbi, aku tidak butuh lailatul Qadr, yang aku cari adalah ampunan-Mu, yang aku butuhkan adalah belas kasihan-Mu. Yang aku mau adalah Engkau, yang aku harap-harap adalah Engkau ada di sini menjawab doaku, permohonanku dan permintaanku. Aku tidak peduli apakah ini malam 1000 bulan itu, aku tidak peduli seberapa banyak malaikat turun memenuhi jengkal-jengkal bumi, aku bahkan tak peduli apakah ini malam atau pagi. Yang aku peduli hanya “anggukan” dan “senyum”-Mu atau apapun itu, yang memberikan tanda bahwa dosaku sudah Kau ampuni. Aku telah tunggu Ramadhan ini, karena Banyak yang Kau janjikan pada kami yang memang telah tenggelam dengan dosa-dosa. Tunaikan janji itu pada kami ya Rabbi. Kemarilah ya Tuhanku, aku sudah di rumah-Mu, kemana lagi aku mencari-Mu kecuali di sini? Aku tahu, aku sudah pernah lisankan doa-doa semacam ini, tahun lalu, tahun sebelumnya, dan tahun sebelumnya, tetapi selalu pula diluar Ramadhan aku khianati itu semua. Duh Tuhan yang Maha suci, aku selalu gagal menjaga kesucian Ramadhan di luar Ramadhan, aku tidak punya alasan apapun untuk itu, kecuali aku cuma mau katakan, maafkan aku, ampuni aku…”

Hening memenuhi beranda masjid, lirihnya terhenti diujung permohonan ampun. Kedua tangannya yang terbuka terkulai lemas di kedua kakinya yang bersila. Kepalanya tertunduk tak mampu menahan rasa bersalah yang amat sangat. Kini terdengar suara nafas yang tersengal, air matanya menetes membasahi lantai dingin beranda masjid, sesekali ia merasakan hembusan angin malam menerpa punggungnya dengan lembut.

Tiba-tiba ia dengar langkah kaki mendekatinya, ia usap mata dan pipinya yang telah basah dengan air mata. Langkah itu berhenti di depannya, ia menengadah mencoba mengenali siapa yang mendekatinya di tengah gelapnya beranda. Ternyata marbot masjid, yang mengingatkannya, kalau sebentar lagi qiyamullail berjamaah akan segera dimulai. Ia mengangguk menyetujui untuk segera bergabung dengan jamaah lain di ruang utama masjid. Tak berapa lama ia kemudian larut dalam sembahyang malam bersama tetangga-tetangga rumahnya di masjid itu. Imam membacakan ayat-ayat doa yang dinukil dari Qur’an. Setiap kali sampai pada lantunan ayat permohonan ampun, ia tak kuasa untuk kembali meneteskan air mata dari sudut-sudt matanya. Ayat-ayat itu menjadi perwakilan harap dari hati dan jiwanya.

Teduh, rasa itu yang acap kali singgah dihatinya, ketika ia ada di rumah Tuhan itu. Dan kenyamanan yang tidak memiliki bandingan adalah rasa yang menjadi bekal baginya setiap meninggalkan Rumah Tuhan itu menuju peristiwa-peristiwa dunia yang menantinya. Perjalanan pulangnya terhenti sejenak di lorong samping rumah, ia menengadahkan wajahnya menatap langit. Ia lihat langit fajar yang gelap dengan beribu bintang yang berserakan. Bergumam dihatinya, “Tuhanku, jika Engkau terima aku, ampuni aku, sediakan belas kasihan bagiku, maka cukuplah itu bagiku. Aku tak peduli malam ini Lailatul Qadr. Yang kutunggu di Ramadhan ini adalah Engkau, bukan Lailatul Qadr. Aku tak ingin tukar malam bersama-Mu ini dengan apapun…” ia lanjutkan langkahnya menuju rumah, sementara langit dibelakangnya perlahan-lahan terang mengabarkan pagi segera menjelang.

Kesadaran pada Ramadhan

Apa yang anda akan lakukan ketika anda mendapat “bocoran” dari malaikat langit yang kebetulan mampir menemui anda di musholla tempat anda menghabiskan waktu itikaf di malam-malam ujung Ramadhan? Apa yang anda akan lakukan saat malaikat itu bilang, “Sssttt... jangan kasi tau siapa-siapa, nanti malam kami para malaikat langit diperintahkan Tuhan untuk memenuhi bumi dengan keberkahan bagi semua manusia yang bermunajat. Tapi ssstttt.. ini buat kamu saja, karena saya suka lihat kamu tulus menunggu dan menjalani Ramadhan tahun ini.”?

Begitu anda teryakinkan mungkin anda kemudian mempersiapkan dengan sedemikian rupa agar detik demi detik malam nanti tidak ada yang luput dari doa-doa permohonan ampun dan harap syurga, rakaat demi rakaat dari shalat-shalat malam, huruf demi huruf dari tilawah kitabullah. Anda ingin malam itu menjadi milik anda, anda ingin malam itu malam anda dengan semua penduduk langit. Anda ingin menjadi manusia yang namanya sudah disebut-sebut dan bergema dicakrawala langit, dikenal syurga dan akhirnya telah dipersiapkan sebidang taman dan istana disana.

Bermodalkan satu malam, anda ingin mendapatkan semuanya. Dengan satu malam anda ingin hapus semua sisa usia, baik yang berlalu maupun yang akan datang dan semua peristiwa di dalamnya. Malam yang kedahsyatannya melegenda sejak belasan abad yang lalu. Malam pesta keimanan para penduduk bumi, serta malam suka cita penduduk langit yang berbondong-bondong menyelimuti bumi. Ya malam special dimana manusia-manusia pilihan dijamu Tuhan melalui malaikat-malaikat-Nya.

Tidak heran, tidak sedikit mereka penanti ramadhan, pemburu malamnya, setia menunggu pesta itu. Menanti malam yang spesial itu. Uniknya jika seseorang mendapatkannya, pesta pora keimanan itu dijalani sendirian, dengan kekhusyukan, atau bahkan dengan linangan air mata kesadaran minta belas kasihan Tuhan.

Siapa yang dapatkan malam itu, itu kehendak-Nya. Malam itu memang spesial, tetapi siapa yang hadir dipesta itu juga atas izin Tuhan. Percayalah kita ini hanya diminta berusaha saja, Tuhan juga yang akhirnya memilih siapa yang layak. Meskipun menanti-nanti dengan semua kesiapan fasilitas dan rencana yang matang, jika memang Tuhan belum izinkan , maka tak ada kekuatan apapun yang mampu menjamin kita hadir untuk pesta dimalam itu. Misalnya dengan mudahnya Tuhan berikan rasa kantuk yang amat sangat, sampai-sampai kelopak mata sekecil dan setipis itu tak mampu ditahan jatuhnya, sehingga akhirnya kita lewati malam spesial itu dengan tidur sepanjang malam.

Menyadari ini, tentu sepatutnya titik perhatian kita jangan pula melulu tertuju pada malam-malam itu, yang kemudian membuat kita hanya bergairah di ujung Ramadhan. Perhatikan pula kesungguhan dan semangat menjalani seluruh Ramadhan, tunjukkan bahwa ramadhan itu telah kita nanti dengan penuh harap, dan sedang dijalani dengan sepenuh jiwa serta kemampuan. Sehingga jika malam itu tiba, kita memang dikehendaki oleh Tuhan untuk bisa hadir di dalamnya. Jangan sampai malam itu malah mengecilkan detik-detik waktu Ramadhan yang Tuhan telah sediakan sebulan penuh. Bersyukurlah Tuhan sudah jumpakan dengan Ramadhan untuk kesekian kalinya. Pungutlah keberkahan yang berserak di setiap sudut Ramadhan. Mari saudara-saudara, kita masih di bulan yang penuh berkah ini, ambillah ampunan Tuhan yang Tuhan telah sediakan, semudah anda memungut batu yang berserakan dijalan...

Rabu, 01 September 2010

Memungut Belas Kasihan di Ujung Ramadhan


Sudah 3 malam berlalu. Ya sudah 3 malam dari 10 malam terbaik berlalu dari malam-malam yang ada sepanjang tahun ini. Apa yang sudah kita pungut dari 3 malam ini? Tilawah sekian juz? Sekian jam itikaf di Masjid? Sekian rakaat shalat malam? Sekian tetes air mata untuk segunung dosa? Jika belum sekian, mari, Tuhan masih berikan kesempatan 7 malam lagi. Jangan malu, kejar 7 malam tersisa ini, kejar belas kasihan Tuhan untuk masing-masing kita. Percayalah jikapun yang tersisa hanya 1 jam Ramadhan, jika Tuhan berkehendak cukuplah itu kita gunakan untuk dapatkan kenikmatan yang seluas langit dan bumi. Keberkahan Ramadhan memenuhi ruang dan waktunya, kita bisa pungut itu dimana saja dan kapan saja. Tapi masalahnya kita tidak tahu dimana itu, itu mengapa nasehatnya adalah, penuhi saja ruang dan waktu Ramadhan dengan kebaikan, dalam rangka memungut keberkahan Tuhan. Boleh jadi kita pungut lewat sedekah pagi tadi, dzikir sore nanti, tilawah kita dzuhur ini atau shalat malam kita di tujuh malam tersisa ini.