Kamis, 30 Desember 2010

Jangan Sia-Siakan

Ada yang menarik perhatian benak saya pagi tadi. OB yang akrab dengan saya dikantor bertanya; abis jogging ato senam mas? Saya jawab; ya jogging dong, kan dah ga boleh senam lagi. Loh memang kenapa ga boleh? Bertanya mas OB itu terheran-heran. Kan sudah haji, sudah ga boleh lihat yang macam-macam, jaga mata jaga hati, jawab saya sambil tertawa kecil. Maklum senam dikantor saya selain instrukturnya wanita, kebanyakan pesertanya juga wanita, jadi agak riskan bagi saya. Mendengar jawaban saya mas OB tertawa lepas sambil mengangguk-angguk.

Setelah percakapan singkat itu, saya tercenung memikirkan kembali jawaban saya. Hmmm.. beda tipis ya antara syiar dan sombong. Terus terang jawaban saya tadi lebih saya khususkan untuk diri sendiri, agar selalu ingat pada komitmen haji dan tidak menyia-nyiakan prosesi suci yang saya sudah jalani di tanah Haram beberapa waktu yang lalu.

Harus ada sesuatu yang berbeda, harus ada sesuatu yang berubah, dan perbedaan ataupun perubahan diri saya sepatutnya adalah perbedaan atau perubahan yang lebih baik. Haji harus membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. Haji menuntut dan bahkan sudah merubah standar-standar amal kebaikan. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban saya untuk patuh dan menghormati kemuliaan Tuhan yang Beliau sudah sempatkan pada saya.

Meski sebenarnya hingga saat ini saya masih penasaran, gelar haji yang melekat pada setiap jamaah yang selesai menunaikan prosesi haji itu sejarahnya seperti apa, dalilnya apa (jika ada). Pada dasarnya saya memaklumi gelar itu bagaikan sebuah penghormatan bagi mereka yang sudah dipernahkan oleh Allah SWT menjadi tamunya di tanah suci. Menjadi tanda bagi manusia-manusia yang memiliki kesempatan untuk menjadi penghuni syurga, karena haji merupakan salah satu ibadah utama yang jika mendapatkan kemabruran haji tidak ada imbalan yang pantas kecuali syurga bagi manusia pelaksananya.

Tetapi tidak jarang saat ini gelar haji tidak lagi bermakna sakral bagi nurani para alumninya, tetapi ia menjadi gelar yang tak lebih dari sekedar gelar saja, sama seperti gelar keilmuan yang kurang lebih untuk menunjukkan kelebihan dunia bagi pemiliknya, seperti gelar lulus menempuh pendidikan pada jenjang-jenjang tertentu. Saya sendiri masih terus berusaha mendapatkan kesimpulan dari hakikat haji. Oleh sebab itu, saya akan terus mengingatkan diri ini pada setiap kesempatan bahwa diri ini pernah menjadi tamu Tuhan di tanah Haram, jangan sia-siakan semua itu.

Rabu, 29 Desember 2010

Kini saatnya...

Kini waktunya pembuktian janji-janji setia. Janji yang digumam dan dibisikkan di depan multazam dan hijr ismail, di raudhah dan disetiap kesadaran ketika di kedua tanah haram. Apakah janji-janji itu akan menjadi ikrar yang mulia atau sekedar menjadi omong kosong yang sia-sia. Saatnya komitmen diuji, dan saatnya harus tegas untuk setia dengan janji-janji setia.

Saya sendiri sadar kalau saya akan sampai pada masa sulit untuk lulus dalam ujian-ujian komitmen. Tetapi saya yakin Tuhan bersama saya, dan kali ini Beliau lebih dekat dengan saya, meski semua ujian ini adalah kehendak-Nya. Sungguh, siap atau tidak siap, ujian ini akan datang pada waktunya. Akankah ujian ini memuliakan saya atau malah menghinakan, itu semua tergantung pada saya.

Ingat ali, bukit dan gunung tanah haram yang baru kau ziarahi itu jauh dari pemandangan hijau yang menyedapkan mata, ia tandus, namun ketika kau pandangi lamat-lamat hamparannya, nikmati susunannya dan renungkan kesyahduannya dalam selimut kabut pagi dan senja, bukit dan gunung yang tandus itu menyuguhkan keindahan yang berbeda. Maknanya, dibalik ujian yang kau rasakan kering itu, dibaliknya ada keindahan yang tidak kalah nikmatnya.

Bangga...

Pagi ini dimulai dengan perasaan bangga, bangga menjadi seorang Indonesia. Tadi malam Indonesia jadi bangsa pemenang. Tim Nasional menang lawan Malaysia, dan seluruh warga bangsa yang menjadi suporter menang karena sportifitas yang mereka pertontonkan pada dunia. Bangsa yang besar ini betul-betul memiliki jiwa yang besar. Dengan begitu baiknya bangsa ini memberikan contoh dan ketauladanan pada Malaysia, bagaimana sepatutnya berprilaku santun dan sportif.

Ala kulli hal, saya menangkap pula semangat dan kesadaran yang kini secara perlahan terbangun dalam jiwa bangsa ini. Apa itu? Semangat dan kesadaran untuk keluar dari kemapanan keterpurukan. Bangsa ini secara tidak langsung menunjukkan keletihannya dengan kerusuhan, jenuh dengan perpecahan, muak dengan kecurangan. Bangsa ini tengah bersemangat untuk menjadi bangsa yang baik dan berprestasi dengan bersih.

Mari terjemahkan semangat dan kesadaran ini tidak hanya ada dalam batas-batas teritori sepak bola. Mari refleksikan dalam semua aspek kehidupan berbangsa; hukum, ekonomi, sosial budaya dan politik. Bangsa ini begitu merindukan sistem hukum yang bersih, yang mengayomi dan melindungi sekaligus memelihara hak-hak seluruh warga bangsa. Oleh sebab itu, please, kepada semua penggawa hukum negara, kasihanilah bangsa ini, bersemangatlah menjadi aparat hukum yang bersih, bersemangatlah menjadi ksatria hukum yang berada di front terdepan menegakkannya. Kepada saudara polisi, jaksa dan hakim atau siapa saja yang memiliki kuasa hukum di tangan dan lisannya amanahlah dengan tugas-tugas anda. Berikan bangsa ini kebanggaan memiliki anda sekalian.

Kepada para pelaku ekonomi, bangsa ini sudah sekian lama tidak menikmati apa yang menjadi anugerah Tuhan pada mereka. Bangsa ini ditakdirkan menempati negara terindah dan terkaya di dunia. Tetapi selama memiliki itu semua, selama itu juga kemakmuran belum dirasakan kenikmatannya. Padahal keadaan itu mudah dan sederhana sekali untuk diwujudkan. Boleh jadi hanya mensyaratkan agar semua pelaku ekonominya jujur dalam aktifitasnya. Para orang kaya bersahaja dengan kelebihannya, orang miskin menjaga kehormatannya dengan tidak mengambil apa yang bukan menjadi haknya, sementara para pemimpinnya menjalankan sistem dengan benar dan terus memelihara atau bahkan meningkatkan prilaku ekonomi terpuji dari warganya. Dan dengan itu semua, seluruh bangsa akan mampu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu ketentraman lahir dan bathin.

Semangat dan kesadaran pada prilaku-prilaku terpuji juga diharapkan membentuk interaksi sosial budaya yang baik. Yang merefleksikan prilaku bersyukur pada Tuhan. Kesantunan dan kesahajaan, kebersamaan dan sepenanggungan menjadi warna dominan dari setiap bentuk interaksi sosial bangsa ini. Dan akhirnya muncullah di permukaan kehidupan bangsa ini budaya-budaya luhur yang penuh dengan nilai-nilai moral dan etika, yang tidak kosong dari prinsip-prinsip keTuhanan, yang kemudian mampu memelihara ketentraman, keharmonisan dan kesejahteraan dalam berbangsa. Ketika itu terwujud, maka tidak ada yang mampu menyanggah bahwa bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya tinggi.

Sementara itu, dengan semangat dan kesadaran yang sama, dunia politik akan memperoleh bahan bakar baru dalam bergerak dan menjalankan fungsi-fungsinya. Bahkan dengan semangat dan kesadaran ini, dunia politik memperoleh arah baru, visi baru atau paradigma baru dalam berpolitik. Konsep melayani menjadi panglima berpolitik, pemimpin yang adil menjadi puncak pencapaian politik, dan upah tertinggi dari kerja-kerja politik adalah gelar manusia terbaik karena berhasil menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Ya, melayani bangsa pada semua kebutuhannya, merupakan sebuah pekerjaan termulia di muka bumi. Dan manusia-manusia yang memiliki semangat dan kesadaran seperti inilah yang kami harapkan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang besar ini. Oleh karenanya, kami serukan pada semua politisi dan siapa saja yang ingin berpolitik, amanahlah dengan kewajiban anda, bawalah bangsa ini sampai pada apa-apa yang menjadi haknya. Tidak jenuhkah kita dengan prilaku kotor; korupsi, kolusi atau sekedar lari dari amanah-amanah yang ada?

Inilah semangat dan kesadaran yang terefleksi keluar dari teritori sepak bola, yang mungkin menjadi mimpi masa depan. Tetapi setidaknya saya sudah berbahagia, karena mengetahui bahwa bangsa ini semalam menunjukkan keinginan kuat menuju mimpi itu. Bangsa ini memiliki bakat sekaligus kemampuan untuk mewujudkannya. Menjadi bangsa besar dan menjadi tauladan dunia. Saya bangga menjadi bagian di dalamnya.

Senin, 27 Desember 2010

Pelamun berangkat haji... (3)


9 November 2010, saat saya tulis kata-kata ini saya sedang menikmati bangunan terindah dan tersuci di muka bumi, Ka’bah!! Dengan Maqam Ibrahimnya yang anggun, dengan Hijr Ismailnya yang tak pernah sepi, dengan Hajar Aswadnya yang menjadi magnet untuk siapa saja dan dengan Rukun Yamaninya yang tak bosan untuk disapa.

Saat ini saya sedang duduk di undakan anak tangga menghadap pelataran Ka’bah dari masjid teragung yang ada di muka bumi. Saya nikmati menaranya yang menjulang gagah, pilar-pilarnya yang berbaris padu bagaikan dinding, memandang manusia-manusia yang seakan-akan tidak ingin menyisakan setapakpun pelataran Ka’bah.

Saya tidak ingin bicara hikmah dibalik pemandangan ini, karena saya yakin tak ada hikmah yang lebih bermakna kecuali hadir di depan Ka’bah, di dalam Masjidil Haram dan menikmatinya!!

Kalau anda iri, berarti anda mengerti maksud saya, karena mau saya memang membuat iri siapapun yang tidak hadir disini. Puas!

Pelamun berangkat haji... (2)


Bagi saya ini pesta cinta oleh Tuhan, Yang Maha Penyayang untuk hamba-Nya yang terkenal bengal. Meski ini pesta, tetap saja haji adalah masalah pribadi antara saya dengan Tuhan. Hakikatnya saya “dipanggil” oleh Beliau, dipanggil menghadap, dan diberikan kesempatan untuk mendapat ampunan dan kasih sayangnya. Apalagi kesempatan itu diiringi dengan jamuan yang tiada henti.

Ingat, cinta tuhan itu tanpa syarat, terbukti tamu-Nya terdiri atas manusia yang memiliki beragam tabiat, bermacam status dunia dan akhirat, dari pendosa yang teramat jahat sampai manusia mulia yang sangat taat. Namun uniknya, pesta cinta ini tidak bebas untuk siapa saja, ia teristimewa untuk segolongan manusia, mereka yang hadir memang karena dipanggil. Meski nanti hasilnya ada yang akan membawa keberkahan atau ada yang malah menambah kehinaan.

Untuk kalian yang masih sibuk di seluruh penjuru dunia, terobsesilah untuk menjadi tamu dalam pesta cinta ini. pesta cinta tidak digelar tersembunyi seperti malam qadar, ia terbuka, ruang dan waktunya telah ditetapkan dan ditanda. Maka terobsesilah dengannya, seperti terobsesinya kita dengan karir dan jabatan, dengan rumah dan kendaraan, dengan dunia dan semua kenikmatan. Karena inilah pesta cinta yang membuka pintu syurga untuk semua, dan kita tahu pesta itu digelar kapan dan dimana. Tunggu apa lagi??

pelamun berangkat haji... (1)


bercampur baur rasa yang ada di hati, ketika pilot menginformasikan bahwa pesawat sebentar lagi memasuki kawasan yalamlam. sementara secara fisik kepala saya mulai sakit, kerongkongan dan tenggorokan terasa kering. tetapi sejenak kemudian saya lebih fokus pada dinamika yang sedang terjadi dalam hati saya.

kerinduan itu bercampur dengan rasa bersalah yang teramat sangat. kerinduan pada tanah Nabi, pada Baitullah, pada prosesi dan momen ibadah agung di pelataran tempat-tempat suci, harus bertarung dengan rasa bersalah akibat dosa yang menggunung, yang memang harus saya bawa dari kampung kehidupan saya. hal ini membuat kekhusyukan untuk bersiap menjalani prosesi haji terasa tidak begitu mendalam, membuat air mata tidak jelas merefleksikan apa, entah itu bahagia entah juga itu penyesalan.

kemudian berbisik saya pada hati saya sendiri; setelah ini, jika Tuhan sakitkan, susahkan atau letihkan, maka terimalah, itulah bentuk-bentuk anugerah yang memang pantas bagimu. bersyukur Tuhan tidak permalukan kamu dihadapan seluruh manusia yang menjadi tamunya nanti.

saya insyafi betul bisikan ini. saya maklumi dan coba fahamkan sedalam mungkin dalam sanubari agar jiwa sekaligus raga siap memulai perjalanan ibadah suci ini. tak lama, saya berbisik kembali, kali ini ingin menyemangati diri; jika sampai nanti di tanah haram, tataplah langitnya dalam-dalam, pandangi cakrawalanya dengan diam, renungi gunung dan lembahnya, karena sesungguhnya malaikat memenuhinya dengan senyum dan shalawat. sapalah mereka, berikan salam. bersuka-citalah, karena sebentar lagi pesta besar penduduk langit dan bumi akan segera digelar di tanah haram, di penjuru bukit, lembah dan gunung-gunung.

pesta akbar penduduk langit dan bumi. ya kini tiba saatnya tanah haram menjadi pusat perhatian alam semesta. sebentar lagi Tuhan akan membagi-bagikan syafaat, ampunan sekaligus bonus pahala yang tidak akan habis dimakan usia. itu mengapa beruntungnya manusia yang akan menjadi tamu Tuhan dalam pesta akbar ini, menjadi bagian dari gegap-gempita alam semesta. bahkan jikalau ada kata yang lebih tinggi dari bahagia maka akan saya gunakan, karena memang pesta ini digelar untuk manusia yang menjadi tamu-tamu itu. tidak pandang siapa manusia itu, mau dia beriman atau bajingan, mau dia suka atau tidak suka, tidak peduli ia mau atau tidak mau, diakhir pesta sepatutnya air mata menjadi refleksi kesadaran betapa beruntungnya mereka.

(bersambung)

Rabu, 22 Desember 2010

marhaban...

Assalamu'alaikum... Apa khabar? alhamdulillah saya baik, keluarga sehat. Maaf lahir bathin sebelumnya. Lama tidak bercengkrama dengan internet. Tidak sabar ingin berbagi rasa, pengalaman dan renungan selama saya berhaji kepada siapa saya yang berminat membaca dalam blog ini.

Banyak tulisan yang saya buat, baik bersifat pribadi maupun bersifat terbuka selama menempuh perjalanan haji kemarin, di Jeddah, Makkah, Arafah, Mina, Jabal Nur, atau di Madinah. Beberapa tulisan akan saya sharing dalam blog ini, tetapi tidak semuanya, karena beberapa tulisan memang sasarannya tunggal, hanya untuk saya.

Saya mulai dari yang paling akhir saja. Ini tulisan terakhir yang saya ingin sharing:

Haji betul-betul menyadarkan saya tentang hakikat dunia dan posisinya dalam hidup dan kehidupan. Saat ini tugas saya adalah menjaga kesadaran dari haji ini pada setiap detik sisa hidup saya.

ketika kesadaran dan semangat haji masih tinggi, mudah bagi saya untuk merasa kasihan pada diri sendiri atau manusia lain yang tertawa-tawa menikmati dunia dan kemegahannya atau mereka yang menangis tersedu-sedu karena tidak mendapatkannya. Dan saya sangat iri dengan mereka yang fokus pada akhirat, bersahaja di dunia, bergelimang amal shaleh serta disiplin pada setiap bentuk ibadah.

Semoga kesadaran dan semangat ini selalu terpelihara.

Itu tulisan singkat yang saya tulis begitu saya sudah berada di pesawat dari Madinah menuju Jakarta. Semoga Allah jaga saya dan saya tahu diri menjaga semua anugerah yang Beliau sudah limpahkan.

Pada tulisan-tulisan awal disana, saya merasa bahwa haji hakikatnya adalah jamuan Tuhan bagi hambanya. Menu jamuan itu tiada lain adalah pengampunan tanpa syarat bagi siapa yang meminta atas dosa-dosa mereka. Disana dibuka semua pintu langit untuk menerima dan melayani semua harapan, melalui gerbang-gerbangnya yang mulia, seperti Multazam, Hijir Ismail, Maqam Ibrahim dan Arafah.

Ya Haji adalah pesta besar bagi penduduk bumi dan langit, dimana tanah haram dipenuhi olah manusia dan malaikat. Dari lembah Haram yang berkah itu bergemalah talbiah, tahmid, takbir mengagungkan Allah yang Maha Agung. Berjuta-juta doa dikirimkan menuju langit tertinggi, ingin menggoyang singgasana arasy, diiringi oleh air mata dan pengharapan yang teramat sangat. Sementara malaikat memenuhi bukit dan lembah makkah membagi-bagikan ampunan dari Tuhan kepada siapa saja yang hadir. itulah sekelumit jamuan, interaksi pesta tanah haram.

Ayo tunggu apa lagi, segeralah berikhtiar untuk berhaji. Tidak tertarik untuk ikut dalam jamuan pesta Tuhan?!

Wassalam