Rabu, 29 Agustus 2012

sedikit nostalgia

sudah 10 tahun sejak saya tinggalkan negeri ini setelah menyelesaikan study di International Islamic University Malaysia. dari sisi fisik kota Kuala Lumpur tentu banyak yang berubah khususnya daerah suburb. namun untuk pusat kota terkesan sama. dahulu daerah yang juga sering saya kunjungi adalah area Masid Jamek, saat ini sepertinya daerah itu masih sama. mengenang masa-masa lalu saya sempat membeli burger pinggir jalan yang yang ternyata rasanya masih sama seperti dulu, P Ramlee Burger.

ya, sampai jumat ini saya mendapat tugas dari kantor untuk menjadi narasumber di forum IFSB-BNM Seminar on Islamic Microfinance di Kuala Lumpur. semoga semuanya lancar.


disela-sela menikmati itu saya sedikit tersenyum mendengar dua kata yang kini di media khususnya televisi cukup ramai digunakan di Malaysia ini, yaitu kata "lebaran" dan "heboh". memang 10 tahun waktu yang cukup lama untuk perbauran budaya. dan pastinya akan terus berlangsung. semakin transparannya media dan terintegrasinya kawasan serumpun ASEAN, tentu tidak akan heran jika budaya akan juga semakin terintegrasi.

Rabu, 22 Agustus 2012

bukan saat Ramadhan tetapi setelah Ramadhan

Seperti yang sudah-sudah selama 4 tahun terakhir ini, setiap memasuki Ramadhan saya ikut mengurusi kegiatan Masjid komplek, dari peran sebagai pengurus, ketua DKM sampai ketua panitia Ramadhan. Ikut mengurusi kegiatan dari shalat tarawih, pengajian pekanan, pesantren kilat, i'tikaf, pengumpulan-penyaluran zakat sampai shalat Iedul Fitri, merupakan kesibukan yang sangat saya nikmati. Selain ikut dalam kerja-kerja amal shaleh, kegiatan itu menjadi tempat kami warga komplek untuk silaturahim dan memelihara kebersamaan.

Di penghujung Ramadhan, melewati shalat Iedul Fitri kali ini terasa sedikit berbeda, karena khutbah shalat Ied memberikan nasehat yang cukup berharga untuk diingat-ingat. Ustadz Manager Nasution yang menjadi khatib di lapangan komplek saya tinggal cukup sistematis menyampaikan khutbahnya. Khutbah belaiu begitu sederhana, namun bagi saya penting sekali. dibawah ini pokok nasehat beliau:

Pelajaran penting yang harus kita ambil dari Ramadhan yang lalu untuk menghadapi bulan-bulan selanjutnya adalah:
1. konsistensi untuk puasa, sehingga selalu mendapatkan keutamaan dan keistimewaan orang yang berpuasa


2. konsistensi tilawah Quran, sehingga senantiasa mendapatkan ketenangan jiwa

3. konsistensi qiyamullail, sehingga mampu memelihara serta meningkatkan derajad kemuliaan dan kewibawaan

4. konsistensi untuk bersedekah, sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik karena sedekah dapat menolak bala, menggugurkan dosa dan melipatgandakan rizki

5. konsistensi sholat berjamaah di masjid, sehingga mampu menjaga dan memposisikan diri dengan benar karena shalat berjamaah di masjid merupakan pembeda antara orang beriman dan munafik

6. konsistensi imsak, imsak memberikan pelajaran agar kita mampu menjaga diri dari keserakahan, menanamkan qonaah, memantapkan ihsan/wara dan memperkuat keimanan; sehingga kita dididik untuk menjadi manusia yang tidak lagi bergantung atau takut pada makhluk, dan sadar betul hanya ALLAH-lah yang berkuasa

7. konsistensi menjaga diri dari godaan dan bujukan syetan: syetan jin maupun syetan manusia

Dengan demikian, sukses Ramadhan bukan ditentukan pada saat Ramadhan tetapi setelah Ramadhan, dimana ukurannya adalah KONSISTENSI ibadah.

Jumat, 10 Agustus 2012

Proses Memuliakan Manusia

Ikhlas dengan semua peristiwa dunia,dengan semua bentuk takdir yang dikehendaki Tuhan, menjadi satu kunci agar hidup menjadi lebih “nyaman” untuk dijalani. Ini renungan yang muncul saat saya mengendarai motor saya menuju kantor pagi tadi. Saya yakin pola fikir dan cara pandang menjadi simpul yang krusial agar ikhlas itu ada dan selalu ada.

Dan pola fikir yang saya kira paling penting adalah keyakinan pada maksud baik Tuhan atas setiap diri manusia. Tuhan sebagai Dzat Agung yang menguasai dan mengendalikan semua hal yang Beliau ciptakan, bermaksud baik dan memberikan terbaik pada hal itu, termasuk pada semua hal yang terjadi pada diri manusia. Bahkan kalau difikirkan lebih dalam seiring dengan usia dan waktu, apa-apa yang terjadi pada diri manusia adalah sebuah proses pemuliaan manusia.

Proses memuliakan manusia, boleh jadi inilah inti motivasi Tuhan atas semua yang terjadi pada diri manusia. Entah itu peristiwa baik atau buruk, semuanya merupakan satu hakikat, yaitu anugerah dan kasih sayang Tuhan untuk kebaikan manusia. Dari satu ujian ke ujian selanjutnya, dari satu musibah ke musibah selanjutnya, atau dari satu nikmat ke nikmat yang lainnya, merupakan proses berkelanjutan yang bertujuan memuliakan manusia dari satu jenjang ke jenjang kebaikan yang lebih tinggi.

Coba perhatikan, bukankah Tuhan acap kali memberikan sinyal-sinyal motivasi dan proses pemuliaan itu. Tuhan bilang dalam firmannya tak akan dikatakan beriman seseorang jika ia belum menjalani ujian-ujian. Di lain kesempatan melalui Nabi-Nya, Tuhan memberikan pesan bahwa kesusahan, gelisah, sakit dan semua musibah sesungguhnya menggugurkan dosa.

Bahkan tidak jarang satu peristiwa musibah hakikatnya sekaligus merupakan peristiwa perlindungan Tuhan atas hamba-Nya terhadap kemaksiatan yang mungkin sekali dilakukan oleh hamba-Nya itu. Tuhan mungkin berikan musibah kecelakaan mobil, sehingga kita tidak jadi ke tempat hiburan yang boleh jadi di dalamnya tidak ada kecuali kemaksiatan.

Nah proses pemuliaan ini, berlangsung sejak kita sadar sebagai manusia yang berakal. Terus sampai kematian mengakhiri cerita hidup. Ujian silih berganti, kenikmatan juga begitu, tapi yakinlah Tuhan bermaksud baik karena ingin kita menjadi manusia baik. Begitu kita selesai dari satu ujian maka akan menyusul ujian selanjutnya, begitu seterusnya. Kualitas ujian semakin meningkat ditandai dengan semakin berat beban yang dirasakan oleh setiap manusia yang memikulnya. Dan tiap-tiap ujian bukan hanya sekedar menjadi pengalaman tetapi juga menjadi pelajaran untuk bersiap menyelesaikan ujian selanjutnya.

Atas cara pandang seperti inilah saya berkeyakinan bahwa proses kehidupan manusia, pada tingkat apapun, hakikatnya merupakan proses pemuliaan oleh Tuhan.

Kamis, 09 Agustus 2012

Sedang Tak Bertabir Antara Bumi Dan Langit


10 hari terakhir Ramadan sedang berlangsung, 1o hari paling sakral di dalam bulan yang paling suci. Didalamnya ada fenomena fisik dan metafisik antara bumi dan langit. Keduanya ada pada jarak yang paling dekat. Bahkan ada satu malam diantara 10 malam pada masa-masa itu, penghuni langit turun memenuhi bumi, berjaga disetiap jengkal dan sudutnya. Mereka berjaga sepanjang malam untuk menebarkan kasih sayang Tuhan.

Dan ada sekelompok manusia yang “mengasingkan” diri untuk memanfaatkan kedekatan itu. mereka yang tidak ingin kehilangan momen sedetikpun dari periode tersuci itu. mereka ingin meneguk habis semua “hidangan” kasih sayang Tuhan yang mencurah-curah digelar oleh para pelayan langit, sampai pada cahaya terakhir dari mentari Ramadan.

Ada satu momen spesial yang disiapkan oleh Tuhan bagi manusia, momen itu berupa malam yang teristimewa. Jikalau Dzulhijjah memiliki siang hari yang spesial maka Ramadan memiliki malam yang spesial. Perbedaannya, Dzulhijjah hanya diperuntukkan bagi tamu Allah saja, ditempat dan waktu yang telah di tentukan, yaitu di Arafah dan pada hari kesembilan Dzulhijjah. Sedangkan Ramadan waktu spesial itu diperuntukkan bagi semua manusia yang beriman, tempatnya dimana saja diatas bumi ini, namun waktu malamnya itu tersembunyi di 10 malam rekahir Ramadan.

Inilah yang menjadi keunikan Ramadan. Keistimewaan 10 malam terakhir bersama 1 malam spesialnya menjadi daya tarik yang (seharusnya) membuat semua manusia beriman exited menunggu dan menjalani Ramadan hingga detik terakhir. Semakin bergulir semakin rakus mereka memakan semua hidangan yang disediakan Ramadan.

Pertanyaannya, sadarkah kita akan “pesta” yang sedang berlangsung ini? Menikmatikah kita atas siang dan malam dari detik-detik yang mendebarkan ini? Tahukah kita pada menu puncak berupa hidangan-hidangan ampunan semua dosa, kasih sayang tak terhingga, atau segudang kebaikan yang jumlahnya berkali-kali ganda dari usia yang kita punya? Kalau jawabannya “ya” mengapa masjid sebagai gelanggang resmi dari gegap gempita Ramadan semakin sepi?

Selasa, 07 Agustus 2012

...masih Ramadhan

Assalamu’alaikum WR WB.

Bapak-Ibu yang dimuliakan Allah SWT,

Puji syukur pada Allah SWT, yang telah menganugerahkan kita berbagai macam kemampuan, shalawat serta salam kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan pengajaran dan ketauladanan tolong-menolong dalam bingkai persaudaraan Islam.

Bapak-Ibu sekalian dalam rangka berlomba-lomba untuk berbuat baik dan memanfaatkan bulan suci Ramadhan, kami sampaikan dibawah ini dua lembaga yang hemat kami membutuhkan bantuan kita dalam menjalankan amanah membina dan membangun masyarakat golongan tidak mampu. Kedua lembaga ini adalah:

1. Yayasan Yatim Piatu Al Ikhlas, yang bergerak dalam bidang pemeliharaan dan pembinaan anak-anak yatim-piatu dan janda-lansia. Saat ini Yayasan Al Ikhlas membina sekitar 105 anak yatim-piatu dan 61 janda-lansia. Ketua yayasan Bp. Abdullah merupakan mantan preman/residivis yang mendapatkan hidayah dan mengabdikan sisa hidupnya untuk membantu kelompok masyarakat dhuafa dengan mendirikan Yayasan Al Ikhlas ini pada tahun 2007. Adapun alamat yayasan tersebut adalah:

Yayasan Yatim Piatu Al Ikhlas
RW 007 RT 012, Kampung Muara Bahari
Tanjung Priok, Jakarta Utara, 14310
No. HP. 087888377480, 085283496150

Profil lembaga ini ada pada kami berupa profil anak-anak yatim-piatu dan janda-lansia.

2. Yayasan Darma Islam Rahmatan Lil Alamin (Yasadir Alam), yang bergerak dalam bidang pendidikan cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu, baik mengajarkan baca tulis, pengajaran informal bersertifikat (paket A-C) berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri maupun pengajaran setingkat sarjana dalam bentuk Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah Perbankan Syariah (STESYA) Yasadir Alam. Sekolah di lembaga ini biasa disebut “Sekolah Master” atau Sekolah Masjid Terminal. Berdasarkan laporan Kompas tanggal 6 Agustus 2012 halaman 1 & 15, 7 lulusan sekolah di Yasadir Alam alhamdlillah diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Lembaga ini di ketuai oleh Drs. Mgs. Heri Mulyana. Alamat lembaga ini:

Kampus A: Jl. Margonda Raya No. 58
Terminal Depok (Yabim Sekolah Master)
Depok, Jawa Barat
No Tlp. (021) 77211501
No. HP. 91075945

Demikian kami sampaikan, bagi Bapak-Ibu yang berkenan membantu kegiatan di lembaga tersebut silakan langsung menghubungi pengurus atau dapat menghubungi kami. Semoga Allah SWT mudahkan semua urusan kita. Amin.

Wassalam
Ali Sakti

Minggu, 05 Agustus 2012

ga penting...

ga usah ngambek sama hal-hal yang ga penting! ini tagline utama yang saya sampaikan pada adik-adik pelajar di SMA almamater saya, saat akhir pekan lalu mereka mengikuti kegiatan pesantren kilat (Studi Islam Ramadhan - SIR). saya mencoba mengingat-ingat masa SMP - SMA, apa yang dulu membuat saya banyak menghabiskan energi dan saya sesali. salah satunya ya tagline itu, terlalu banyak ngambek dengan hal-hal yang tidak penting.

ngambek dengan hasil ulangan yang tidak sesuai dengan harapan, padahal belajar sudah dilakukan siang-malam. ngambek karena uang saku selalu tidak sebanyak yang diinginkan, meski sudah berkali-kali meyakinkan diri tentang keikhlasan. atau sekedar ngambek karena orang tua tidak membelikan sepatu yang saya idam-idamkan, padahal sudah pesan berulang-ulang.

semua itu menghabiskan energi atau mengurangi motivasi untuk kerja-kerja yang lain. ngambek tidak akan pernah merubah keadaan. dengan ngambek nilai ulangan tidak kemudian membaik, uang saku bertambah atau sepatu berubah bentuk dan mereknya.

saya juga jadi teringan nasihat Ustadz Hilman Rosyad dalam sebuah prolog nasyid yang salah satu kalimatnya menyebutkan; "jangan sibuk dengan hal-hal yang tidak penting!" anda mungkin sangat memahami makna dari kalimat ini, dan kita mungkin setuju dengan kalimat itu. kita mungkin setuju juga bahwa hal-hal yang tidak penting itu cukup sulit untuk disadari bahwa dia tidak penting. dan biasanya hal itu sangat menggoda untuk diurus dan menyibukkan kita. sehingga yang lebih sangat menantang adalah bagaimana dapat mengenali bahwa satu kegiatan itu tidak penting serta menjaga diri untuk tidak tergoda dengan kegiatan itu.

saya tersenyum-senyum mengingat wajah-wajah pelajar yang ada dihadapan saya ketika itu. entah apakah mereka bisa menerima logika-logika Islam yang saya ucapkan atau tidak. namun setidaknya saya sudah menyampaikan apa-apa yang harus saya ucapkan. dan saya lihat mereka masih antusias mendengarkan ocehan saya. setelah lewat kurang lebih satu jam, tanpa menunggu mereka mulai mengantuk, saya sudahi penyampaian materi saya.

dan pagi ini di ruang kantor, saya jadi sensitif dengan hal-hal yang tidak penting, dan mungkin menulis tulisan ini juga termasuk hal yang tidak penting. selesaikan pekerjaan kantor itu yang lebih penting! bismillah.