Sabtu, 26 Desember 2009

Ekonomi Islam dan Hijrah

Seorang Ustadz dalam satu pengajian ba’da isya di masjid saya memberikan penjelasan dan pelajaran makna hijrah dalam Islam. Dan dari pemaparannya saya mengambil banyak hikmah dari perspektif ekonomi Islam. Beliau mengawalinya dengan satu ayat dalam surat An Nisaa dalam Al Qur’an, dimana Tuhan mengabarkan:

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisaa: 100)

Dari ayat ini secara eksplisit disebutkan pula bahwa fungsi hijrah salah satunya adalah memperbaiki kondisi ekonomi. Keluasan tempat dan rizki untuk hijrah sudah dijanjikan Allah bagi mereka yang melakukannya dengan niat karena Allah SWT. Niat yang paling mulia dimana tujuan utama dari hijrah adalah menegakkan din-Nya setinggi mungkin dan menyebarkannya seluas mungkin.

Secara bahasa hijrah bermakna berubah, tetapi dalam hal ini makna hijrah ada dalam ruang lingkup hijrah yang karena Allah. Perubahan dari satu status ke status yang lain dapat saja dikatakan hijrah namun yang dinginkan Islam adalah perubahan pada keadaan atau kondisi yang lebih baik atas niat karena Allah SWT.

Dalam perspektif lain, pelajaran yang sangat jelas dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW beserta keluarga dan Sahabat beliau bagi kita penggerak ekonomi Islam, adalah pelajaran keyakinan bahwa rizki, harta, kekayaan itu adalah kekuasaan Allah SWT. Contoh-contoh prilaku sahabat yang meninggalkan kemewahan harta, status social, pekerjaan dan kemapanan lainnya di kota Makkah, tidak kemudian mengendorkan idealismenya dalam perjuangan Islam.

Jadi, inti pelajaran dari hijrah ini adalah, jika memang sebuah kebaikan itu bisa dilakukan dengan melakukan perubahan (hijrah), baik kebaikan bagi diri maupun keluarga,, jangan kemudian kekhawatiran pada kesempitan harta, nafkah, kerja atau kesulitan fasilitas dunia lainnya menghalangi kita menuju pada kebaikan itu. Bismillah saja.

Bukankah menuju sesuatu yang lebih baik dan lebih diridhai Allah, tentu akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sehingga kekhawatiran pada apa-apa yang tadi disebutkan sangatlah tidak beralasan. Bahkan sebaliknya janji Allah pada mereka yang berhijrah berupa keluasan tempat dan rizki, sepatutnya menjadi semangat dan modal dalam menjalani kehidupan. Dengan begitu, keyakinan pada janji-janji Allah menjadi kekuatan bagi manusia beriman, terlebih lagi bagi punggawa dakwah dalam menjalani amanah Allah dari sebagai seorang pribadi, penyampai risalah Islam hingga sebagai khalifah di muka bumi.

Oleh sebab itu, semangat perubahan perlu selalu dijaga, kapan saja dimana saja. Anjuran Nabi yang mengatakan hari ini harus baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini pada semua aspek kehidupan dan dimensinya, menjadi sebuah pesan yang tidak terlepas dari semangat hijrah. Semangat berubah menuju pada kondisi yang lebih baik hakikatnya adalah perubahan agar status kita semakin baik dihadapan Allah SWT. Dan perlu diingat janji-janji Allah tersebut berlaku sepanjang tujuan hijrah tetap terpelihara pada sasaran perubahan dijalan Allah, agar semakin mulia dipandangan Allah.

Tidak ada komentar: