Kamis, 09 Agustus 2012

Sedang Tak Bertabir Antara Bumi Dan Langit


10 hari terakhir Ramadan sedang berlangsung, 1o hari paling sakral di dalam bulan yang paling suci. Didalamnya ada fenomena fisik dan metafisik antara bumi dan langit. Keduanya ada pada jarak yang paling dekat. Bahkan ada satu malam diantara 10 malam pada masa-masa itu, penghuni langit turun memenuhi bumi, berjaga disetiap jengkal dan sudutnya. Mereka berjaga sepanjang malam untuk menebarkan kasih sayang Tuhan.

Dan ada sekelompok manusia yang “mengasingkan” diri untuk memanfaatkan kedekatan itu. mereka yang tidak ingin kehilangan momen sedetikpun dari periode tersuci itu. mereka ingin meneguk habis semua “hidangan” kasih sayang Tuhan yang mencurah-curah digelar oleh para pelayan langit, sampai pada cahaya terakhir dari mentari Ramadan.

Ada satu momen spesial yang disiapkan oleh Tuhan bagi manusia, momen itu berupa malam yang teristimewa. Jikalau Dzulhijjah memiliki siang hari yang spesial maka Ramadan memiliki malam yang spesial. Perbedaannya, Dzulhijjah hanya diperuntukkan bagi tamu Allah saja, ditempat dan waktu yang telah di tentukan, yaitu di Arafah dan pada hari kesembilan Dzulhijjah. Sedangkan Ramadan waktu spesial itu diperuntukkan bagi semua manusia yang beriman, tempatnya dimana saja diatas bumi ini, namun waktu malamnya itu tersembunyi di 10 malam rekahir Ramadan.

Inilah yang menjadi keunikan Ramadan. Keistimewaan 10 malam terakhir bersama 1 malam spesialnya menjadi daya tarik yang (seharusnya) membuat semua manusia beriman exited menunggu dan menjalani Ramadan hingga detik terakhir. Semakin bergulir semakin rakus mereka memakan semua hidangan yang disediakan Ramadan.

Pertanyaannya, sadarkah kita akan “pesta” yang sedang berlangsung ini? Menikmatikah kita atas siang dan malam dari detik-detik yang mendebarkan ini? Tahukah kita pada menu puncak berupa hidangan-hidangan ampunan semua dosa, kasih sayang tak terhingga, atau segudang kebaikan yang jumlahnya berkali-kali ganda dari usia yang kita punya? Kalau jawabannya “ya” mengapa masjid sebagai gelanggang resmi dari gegap gempita Ramadan semakin sepi?

Tidak ada komentar: