Senin, 22 September 2008

Global Financial Crisis: menuju sejarah baru

Akhirnya Morgan Stanley dan Goldman Sach merasakan juga beban badai krisis keuangan Amerika. Keduanya merubah status operasionalnya investment bank menjadi commercial banks, hal ini dilakukan agar mampu mengatasi kesulitan likuiditas mereka. Artinya dengan perubahan ini Morgan Stanley dan Goldman Sach membuka diri untuk menerima deposits dari masyarakat umum.

Sementara itu, ternyata pasar merespon negative rencana pemulihan sector keuangan Amerika dengan program bailout yang anggarannya mencapai USD 700 billion, dimana rencana tersebut tengah dimohonkan persetujuannya kepada Kongres Amerika. Sebagai parameter dari respon tersebut, beberapa pasar modal mengalami penurunan indeks yang cukup signifikan. Khusus pasar modal Amerika, ditunjukkan oleh turunnya indeks Dow Jones 372 poin atau lebih dari 3%. Sementara itu, anggaran penanggulangan sebesar USD 700 billion yang diajukan pemerintahan George W Bush ini adalah anggaran bailout terbesar dalam sejarah keuangan Amerika bahkan dunia dalam merespon krisis yanga pernah ada. David Rosenberg economist Merrill Lynch mengatakan dibutuhkan waktu satu tahun bagi pasar modal untuk mencapai dasar akibat krisis, setelah program pemulihan dijalankan. Sementara pasar perumahan membutuhkan waktu 3 tahun dan perekonomian membutuhkan waktu 2 tahun. Dengan program yang dilakukan saat ini, administrasi pemerintahan Amerika sudah memproyeksikan deficit tahun depan akan mencapai rekor terbaru yaitu USD 482 billion.

Pagi ini dalam pidatonya menteri keuangan Inggris mengatakan bahwa tak ada lembaga keuangan nasional maupun international yang mampu menghadapi badai krisis ini sendirian begitu juga negara, sehingga perlu dipertimbangkan sebuah global supervision. Menarik, komentar sinis dari pernyataan ini adalah ketika banyak Negara berkembang mengalami krisis, Negara maju melalui lembaga keuangan internasional (IMF, WB, ADB) meminta Negara-negara berkembang untuk lebih menahan diri tidak ikut campur dalam krisis dengan melakukan likuidasi lembaga-lembaga keuangan yang terpuruk. Kini ketika krisis itu mengguncang mereka, apa yang mereka lakukan? Dengan dalih bahwa guncangan ini mengancam keuangan mancanegara mereka melakukan bailout! Bahkan meminta otoritas global bergandengan tangan “gotong royong” mengatasi krisis. Krisis siapa? Krisis mereka! Krisis yang muncul atas kecerobohan mereka.

Di dalam negeri Negara maju saja, isu ketidakadilan ini juga mengemuka. Krisis ini ternyata harus mengorbankan dana pajak yang notabene berasal dari masyarakat umum sebagai dana penanggulangan krisis. Sungguh tidak adil ketika kekacauan ini muncul disebabkan oleh segelintir banker yang lalai dan kebijakan yang sembrono, masyarakat umum harus membayar beban penanggulangannya. Padalal sgelintir banker itu sudah begitu tinggi mendapatkan gaji dan bonus (ini pun menjadi focus isu media-media barat).
Beberapa sumber, diantaranya More anxiety on Wall St.: Stocks dive, oil soars By PATRICK RIZZO, AP Business Writer

Tidak ada komentar: