Sabtu, 30 Mei 2009

Usia, Jodoh dan Rizki

Sudah memang diketahui dari sabda Rasulullah sebuah ketetapan yang kemudian dimaklumi oleh kebanyakan manusia, bahwa Allah SWT telah menakdirkan bagi masing-masing manusia; usia, jodoh dan rizki mereka. Tapi malam ini tertarik saya untuk merenungkan takdir ini, dengan satu pertanyaan akhir, apakah kemudian saya akan berlaku pasif pada ketiga elemen penting dari hidup ini?

Usia sudah tertentu panjangnya, jodoh sudah pula tertentu siapa dia, dan rizki sudah tertentu takarannya, tetapi apakah cukup begitu saja. Apa peran dan posisi kita (sebagai manusia) kalau sudah seperti itu?

Aku teringat pelajaran Ibnu Khaldun tentang rizki padaku. Beliau katakan bahwa hakikat rizki itu adalah hartamu yang kau gunakan, kau pakai. Sehingga tersimpulkanlah di benakku, bahwa hakikat rizki yang baik itu diukur dari kemanfaatannya, bukan diukur dari berapa kenikmatan yang dapat diberikan olehnya. Sekali lagi, konsep kemanfaatan (kemashlahatan) membuat perspektifku tercerahkan tentang hakikat ekonomi dengan hartanya.

Maknanya, Allah sudah tetapkan takaran rizki bagi masing-masing manusia, tetapi manusialah kemudian yang menentukan seberapa besar kemanfaatan dapat diambil dari rizki yang mereka miliki. Ada orang yang melimpah jumlah rizkinya, tetapi ternyata kemanfaatan tidak ada dari semua kemegahan yang ia miliki, karena semua hartanya hanya ia nikmati sendiri, tak ada manfaatnya bagi orang lain, bagi agama dan bagi dirinya; harta tidak membuat dirinya semakin dekat dengan Allah SWT. Sementara itu, ada orang yang rizkinya sedikit saja, tapi hampir semuanya memiliki manfaat bagi dirinya, agama dan orang lain.

Usiapun begitu. Betul Allah sudah tentukan seberapa panjang usia masing-masing manusia, tetapi manusia itulah yang berkuasa untuk membuat seberapa panjang usianya penuh dengan keberkahan, bermanfaat bagi manusia lain dan seluruh makhluk juga alam.

Jodoh? Sama saja. Memang Allah sudah pilihkan dengan siapa kita menjalani hidup ini. Tetapi kita sebagai manusialah yang dapat memaknai perjodohan ini; apakah memang perjodohan ini semakin memberikan kemanfaatan bagi kita dan istri (suami), apakah perjodohan akan semakin menyempurnakan agama yang telah kita genggam, apakah perjodohan akan saling menguatkan keduanya dan mengantarkan kita ke taman-taman syurga.

Mari, saling nasehat-menasehati. Mari, kita isi usia, jodoh dan rizki yang sudah tertentu bilangannya ini, dengan sebanyak mungkin kemanfaatan. Semoga Allah SWT berikan kasih-sayang-Nya, mudahkan jalan kita dan ampunkan semua kesalahan juga kekhilafan yang telah menggunung dipundak kita ini. wallahu a'lam.

1 komentar:

Yan AA mengatakan...

Sejelek jeleknya manusia adalah yang tidak bisa bermanfaat bagi mahluk lainnya
(http://www.parakasak.blogspot.com)