Tersenyum-senyum aku melihat sisi lain dinamika pemilu negaraku tercinta ini. Begitu banyak ternyata putra-putra terbaik bangsa yang bersemangat menjadi pemimpin negeri ini. Aku berhusnudzan dengan keinginan mereka. Mereka semua berharap mampu mempersembahkan pengabdian yang terbaik, pelayanan politik yang prima hingga negara ini menjadi negara besar yang sesungguhnya, yang setara dengan potensi yang dimilikinya.
Baik politisi veteran maupun baru telah menggenapkan warna pelangi politik di langit Indonesia. Masing-masing memiliki visinya tentang Indonesia masa depan. Ada yang bervisi kebesaran nasionalisme, perekonomian rakyat, kejujuran dan keutamaan moral bangsa, serta nafas relijius dalam berbangsa. Tetapi aku melihat satu warna yang dominan, yaitu antusiasme membangun bangsa.
Pak SBY merasa pengabdiannya belum maksimal memakmurkan negeri, setelah 5 tahun memberikan apa yang beliau mampu, beliau merasa kerja kerasnya akan maksimal jika dilanjutkan beberapa waktu lagi, sehingga beliau minta restu untuk mengabdi satu masa tugas lagi. Pak JK pun tak mau kalah dalam upaya “berlomba-lomba dalam berbuat baik” ini. Tidak puas melayani rakyat sebagai wakil presiden, beliau secara santun menyampaikan niatnya untuk juga mengabdi secara maksimal bagi negeri, yaitu mencalonkan diri sebagai presiden.
Ibu Megawati, yang telah merasakan susah-payahnya mengabdi pada bangsa, pun tidak ingin ketinggalan menawarkan pengabdiannya secara maksimal sebagai anak negeri. Pengalaman dan semangat telah memberikan keyakinan bahwa beliau mampu memberikan kondisi bangsa yang lebih baik. Sementara itu Pak Wiranto, semangat pengabdian tidak padam hanya karena lima tahun lalu gagal dalam perlombaan amal shaleh yang sama. Bahkan kini peluang melayani bangsa sebagai wakil presiden pun bagi beliau bukanlah sebuah kemunduran. Pengabdian tetap pengabdian, dan beliau betul-betul menunjukkan semangat untuk mengabdi.
Sedangkan Pak Prabowo menjadi pelaku baru yang berapi-api menunjukkan kepeduliannya pada negeri yang beliau sangat sayangi. Beliau tak rela negaranya yang kaya harus terhina dipentas dunia, beliau tak tega melihat bangsanya yang ramah harus selalu menderita. Beliau maju ke gelanggang meminta restu kepada semua elemen bangsa, menawarkan diri bahwa beliau sanggup melayani kebutuhan negeri ini.
Sederet lagi nama putra-putra terbaik negeri ini bersedia maju di barisan terdepan untuk mengabdi kepada bangsa ini. Pak Hidayat Nur Wahid, Pak Budiono, Pak Sutrisno Bachir dan lain-lain sudah bersedia pada posisinya, jika sewaktu-waktu negeri ini membutuhkan pengabdian maksimal mereka.
Aku bertanya dalam hati, kenapa perlombaan ini tidak dirubah saja menjadi rembukan bangsa, seperti musyawarah RT-ku yang hasilnya maksimal dengan melibatkan semua warga yang ada. Kenapa Pak SBY, Pak JK, Bu Mega, Pak Wiranto, Pak Prabowo, Pak Budiono dan Pak sutrisno Bachir serta siapapun anak bangsa unggul lainnya, duduk satu meja merumuskan upaya-upaya apa yang dapat membesarkan bangsa dan negara ini.
Terbayang olehku SBY menjadi panglima tertinggi yang mengarahkan bahtera hendak kemana, dengan gaya kesantunannya keputusan majunya negara ada ditangannya. Hidayat Nur Wahid mendampinginya sebagai penjaga moral bangsa. Wiranto menjadi panglima pertahanan yang sedia mengembalikan wibawa bangsa. Pak JK menjadi panglima ekonomi yang memastikan negara mendapatkan haknya dari tanah air yang kaya raya. Pak Prabowo dengan semangat progresifnya selalu menjaga kepentingan masyarakat kelas bawah untuk mendapatkan kebutuhannya dan hak untuk juga maju. Ibu Mega menjadi pengemong layaknya seorang ibu kepada anak-anaknya, seperti kakak perempuan yang welas asih, menyokong serta mengingatkan pada adik-adiknya yang tengah berjuang. Begitu seterusnya...
Aku tak ingin ada orang yang kecewa dalam usaha amal shaleh yang disebut politik ini...
Yang seharusnya terjaga adalah semangat, berbuat, berbuat dan berbuat, hingga Tuhan ridha atas kemakmuran bagi bangsa dan negara besar ini. Terbayang olehku Indonesia mampu memimpin dunia; dengan semangatnya yang membara, dengan senyumnya yang ramah, dengan sikapnya yang santun, dan kerja-kerasnya yang tak putus-putus...
Plak! Wake up! Tugas kantor dah selesai belum?!? Bosku sudah berdiri disampingku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar