Selasa, 14 Juni 2011

Rutinitas...

Keluar dari rumah pagi ini, apa yang anda perhatikan? Rutinitas biasa mungkin. Ada yang sedang mempersiapkan motor atau mobilnya, ada pembantu yang sedang mencuci kendaraan majikannya di depan rumah, ada supir yang masih iseng utak-utik telepon genggam sambil menunggu tuannya, ada tukang ojek yang sudah bersiap di mulut-mulut gang siap beraksi untuk setiap panggilan pelanggan, ada pemilik toko yang baru saja menyibak tirai dari gerainya, ada penjaja bensin oplosan yang sibuk menakar-nakar dagangannya dalam botol-botol bekas, atau ada penjual nasi uduk yang duduk bengong terkantuk-kantuk.

Suasana biasa, atmosfir yang selalu hadir setiap pagi, setiap hari. Aktifitas pagi yang terkesan monoton, kerena berulang-ulang tanpa kejutan-kejutan yang berarti. Saya pun mengamati itu setiap pagi, sambil juga menjalankan rutinitas saya sendiri. Rutinitas saya pada pagi hari dimulai dengan membangunkan keluarga terutama anak sulung saya untuk shalat subuh berjamaah di masjid. Namun dari pengamatan rutinitas itu, adakah pelajaran yang berhasil diselami?

Pertama kali pertanyaan itu diajukan, mungkin saya belum memiliki jawaban apapun, saya hanya ingin menulis saja aktifitas-aktifitas biasa itu. Menarik karena setiap pagi selalu disuguhkan oleh peristiwa yang hampir selalu sama. Melihat orang yang sama melakukan kegiatan yang sama setiap paginya. Sampai kapan mereka melakukan itu? Sampai kapan pula saya melakukan rutinitas saya?

Mungkin sampai saat dimana ada perubahan dramatis dari kehidupan sehingga rutinitas pagi menjadi berganti, berganti bentuk dan teknisnya. Atau sampai saat semua itu memang harus dihentikan karena ketidaksanggupan, baik karena sakit atau MATI.

mmmm... kesitu juga akhirnya aliran fikir ini bermuara. Masing-masing anda mungkin memiliki alur fikirnya sendiri-sendiri, tetapi untuk yag satu ini alur fikiran saya tidak bisa mengabaikan akhir dari rutinitas manusia, yaitu mati. Kematianlah yang menjadi sebab dari berhentinya banyak rutinitas manusia. Hampir setiap hari kematian menjadi objek fikir saya, bagaimana saya nanti mati, apa sebab saya mati, kapan saya mati, dimana saya mati, dan lain sebagainya.

Kalau nanti kematian itu sampai, bermaknakah rutinitas yang sudah saya ulang-ulang setiap hari itu? Adakah kaitannya rutinitasku dengan kematian yang pasti saya hadapi? Sampai sini saya terdiam belum mampu berfikir lebih banyak.

Saya hanya memikirkan, kalau manusia-manusia yang saya amati setiap pagi dengan rutinitasnya masing-masing itu, pada hakikatnya sedang mengisi waktu menunggu mati...

Tidak ada komentar: