Senin, 17 Oktober 2011

Seri Global Crisis: ramalan itu akhirnya terbukti?

Di kalangan ekonom Islam tercatat beberapa pakar yang melihat bahaya bunga termasuk debt culture sebagai motor perekonomian, seperti Muslehuddin (1974), Qureshi (1979), Kahf (dalam Khurshid, 1981), Siddiqi (1981), Chapra (1985 dan 1996), Allais (1993), Choudry dan Mirakhor (1997).[1] Sementara itu beberapa ekonom konvensional menyoroti bagaimana bunga memiliki andil yang sangat besa pada masalah perangkap hutang (debt trap) yang sudah membelenggu dunia, tidak hanya negara-negara ketiga tapi juga negara-negara maju. Ekonom-ekonom tersebut diantaranya; Rowbotham (1998)[2], Barberton dan Lane (1999)[3], Jeanne (2000)[4], Hahnel (2000)[5].



Barberton dan Lane berpendapat bahwa sistem finansial barat sejak awal 1970-an sudah sangat tergantung dengan utang (debt addiction). Ekspansi besar dari public debt tidak dapat selalu diasosiasikan dengan peningkatan pada kinerja ekonomi. Karena peningkatan utang tidak diikuti dengan peningkatan economic returns pada tahun-tahun setelahnya. Barberton dan Lane bahkan memprediksikan sebuah kisis yang akan memukul sistem keuangan barat.

“The credit and capital markets have grown too rapidly, with too little transparency and accountability. Prepare for an explosion that will rock the western financial system to its foundations.”



Sementara itu mantan direktur Bank of England, Lord Josiah Stamp, dalam pernyataannya (puluhan tahun yang lalu) di bawah ini menggambarkan bagaimana kekuasaan sebuah bank menggunakan bunga sebagai senjatanya.

“The modern banking system manufactures money out of nothing. The process is perhaps the most astounding piece of sleight of hand that was ever invented. Banking was conceived in inequity and born in sin. Bankers own the earth; take it away from them, but leave them with the power to create credit, and with the stroke of a pen they will create enough money to buy it back again. If you want to be slaves of the bankers, and pay the cost of your own slavery, then let the banks create money.”[6]


[2] Michael Rowbotham, “Excerpts from The Grip of death: A Study of Moden Money, Debt Slavery and Destructive Economics, Jon Carpente Publishing, Oxford, 1998.
[3] Peter Barberton & Allen Lane, “Excerpts from Debt and Delusion,” The Pinguin Press, 1999.
[4] Olivier Jeanne. “Foreign Currency Debt and The Global Financial Architecture, “ European Economic Review, No. 44, 2000, pp. 719-727.
[5] Robin Hahnel, “Capitalist Globalism In Crisis: Pat One: Boom and Bust,” www.zmag.og.
[6] Lord J. Stamp, Public Addess in Central Hall, Westminster, 1937.

Tulisan di atas ini saya cuplik dari buku saya Bab 6 tentang Riba dan Implikasinya dalam perekonomian. Tidak bermaksud mengatakan bahwa tulisan saya cukup relevan atau ingin menunjuk bahwa diri saya benar, tetapi sekedar ingin mengungkapkan keterkejutan, kalau betul inilah saat dimana gempa sekaligus tsunami maha dahsyat mengguncang ekonomi Eropa dan Amerika, saya tidak menyangka secepat ini.

Sekali lagi, seperti ajakan-ajakan saya sebelumnya, mari cermati dan tonton drama paling mahal di abad milenium ini, thriller yang sangat menegangkan dari episod ekonomi raksasa nan digdaya dari Eropa dan Amerika.

Lihat saja masa sudah bergerak dan telah menunjuk jari pada bank-bank dan bursa sebagai musuh publik paling utama, sebagai tertuduh biang kerok dari keterpurukan ekonomi mereka, duh ga sabar saya ingin melihat ending ini semua...

selamat menikmati..

Tidak ada komentar: