ada arogansi yang coba membendung kemuakan rakyat terhadap praktek kotor hukum juga terhadap praktek menjijikkan korupsi di negeri ini. arogansi yang kini dipertontonkan dengan sangat vulgar (jika tidak mau dikatakan primitif dan brutal) oleh garda penjaga hukum terdepan yaitu polisi.
perseteruan polri dan KPK sudah memposisikan polri sebagai pihak antagonis dalam drama yang sedang berlangsung. selain rakyat sudah cukup cerdas mencerna logika kejanggalan dan ketidak-rasionalan langkah-langah polri terhadap kasus korupsi yang membelit pimpinan-pimpinan mereka, rakyat juga dari sejak lama mengetahui "kelakuan" aparatur negara yang satu ini dari berbagai macam kesempatan ketika rakyat berinteraksi dengan mereka.
muaknya rakyat ini boleh jadi merupakan suatu proses akumulasi kegeraman terhadap tingkah laku penegak hukum pada banyak aspek. dari pedagang kaki lima yang harus di bayar upeti kepada preman yang dibeckingi oleh polisi, masyarakat berkasus yang harus mengeluarkan biaya-biaya siluman jika tidak mau berhadapan dengan konsekwensi hukum yang lebih besar, rekayasa kasus dan kriminalisasi demi kepentingan segelintir orang yang berkuasa dan kaya, kongkalikong aparatur dalam binkai mafia hukum yang sudah menjadi rahasia umum, sampai dengan pengendara motor dan mobil yang kerap "dikerjai" polisi di jalanan.
alih-alih polisi melakukan pembenahan diri dalam rangka memenuhi tuntutan rakyat pada kebersihan aparat dan keprofesionalan pelayanan serta menyikapi gelombang semangat perbaikan negeri, polisi malah melakukan langkah-langkah konyol yang mempertontonkan kearogansian, langkah yang memposisikan mereka sebagai musuh bersama (common enemy) dari rakyat.
tapi apapun itu, inilah momentum!!! inilah saat yang tepat rakyat menuntut perubahan dramatis ditubuh penegak hukum yang satu ini. SAATNYA MENYELAMATKAN DAN MEMUNCULKAN APARAT-APARAT BERSIH YANG JUGA MUAK DENGAN KEBOBROKAN SISTEM DAN PELAYANAN HUKUM BAGI RAKYAT. SAATNYA MENYELAMATKAN INDONESIA!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar