Rabu, 31 Desember 2008

RESOLUSI 2009: Outlook Kemanfaatan Anda

2008 baru beberapa jam berlalu di belakang kita, 2009 sudah ada di tangan, mau kemana? Hampir semua ekonom memperkirakan tahun ini merupakan tahun terberat dalam 10 tahun pertama abad 21, merujuk pada kondisi perekonomian dunia. Gelombang krisis ekonomi yang bermula di US akan "menampar" negara-negara lain dengan lebih sakit. Triwulan pertama 2009 merupakan ujian terberat bagi negara manapun. Indonesiapun masuk dalam perkiraan ini.

Dalam menatap 2009, banyak yang ingin kita ketahui, boleh jadi diantaranya perekonomian nasional dan kondisi perekonomian pribadi. Seperti apa kondisi ekonomi Indonesia pada masa mendatang, setidaknya satu tahun kedepan. Berdasarkan perkiraan beberapa ekonom, perekonomian Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan. perlambatan terjadi di sisi ekspor, konsumsi dan investasi. Oleh sebab itu, beberapa analis meminta insentif kebijakan dari pemerintah dalam meningkatkan sektor riil domestik, seperti berupa kebijakan pajak yang kondusif dan projek-projek infrastruktur yang mampu meredam penurunan investasi dan konsumsi.

Ukuran Kemanfaatan

Tetapi menggunakan kaca mata ekonomi syariah, pemandangan apa yang sepatutnya ada di depan kita mungkin tidak seperti yang telah diperkirakan. Pertama-tama mungkin ukuran kesuksesan ekonomi dulu yang kita ganti. Jangan gunakan standard yang selama ini anda gunakan dalam menilai ekonomi konvensional. Jangan gunkaan ukuran-ukuran bersifat fisik yang dimiliki ekonomi modern. Gunakan standard yang bersandar pada ukuran kemanfaatan.

Jika anda menggunakan standard konvensional, boleh jadi anda merasa bahwa tahun lalu mengalami kemajuan dalam hal kekayaan, pencapaian pribadi dan lain sebagainya. Tetapi menggunakan standard kemanfaatan (syariah), mungkin saja anda tidak maju kemana-mana, atau bahkan sebenarnya anda mundur terus kebelakang.

Seperti yang telah disebutkan di atas ukuran yang akan digunakan disini adalah "kemanfaatan", merujuk pada prinsip "manusia terbaik diantara kalian adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain" (Rasulullah Muhammad SAW). Prinsip ini tentu akan mengilhami penilaian dan pengukuran ekonomi baik pribadi maupun kolektif kita sebagai bangsa.

Kemanfaatan Ekonomi Individual

Dalam konteks pribadi, yang kemudian kita ingin perkirakan adalah seberapa manfaat anda secara ekonomi pada tahun 2009 ini. Dari kekayaan berupa uang tunai, ukurlah seberapa banyak pengeluaran anda berupa Zakat, infak, sedekah atau wakaf. Pada aspek sejenis, seberapa banyak hadiah yang anda keluarkan dalam meningkatkan jalinan ukhuwwah. Seberapa banyak pinjaman yang anda sudah keluarkan untuk membantu mereka yang tengah kesulitan, atau seberapa banyak utang anda akan berkurang pada tahun ini.

Dari kekayaan tetap yang anda miliki, berapa banyak mobil anda telah digunakan untuk membantu orang lain, seperti mengantar tetangga yang sakit, mengunjungi keluarga atau teman untuk silaturrahim, atau bentuk kemanfaatan lainnya. Jika anda punya tanah, rumah, motor, HP, Laptop, dan lain sebagainya, ukurlah kemanfaatannya bagi orang lain.

Sebagai lawan dari variabel-variabel positif itu, anda juga bisa mengukur, berapa tingkat utang anda, ketergantungan anda pada infak atau sedekah orang lain, atau bahkan dari zakat para muzakki. Selanjutnya anda juga bisa mengukur-ukur, berapa banyak harta atau kekayaan anda yang bertumpuk tanpa pernah digunakan, perhiasan, baju, kerudung, sajadah dan lain-lain.

Menggunakan standard konvensional seperti pendapatan (disposable income), boleh jadi posisi anda semakin membaik karena pendapatan anda semakin meningkat, tetapi dari sisi kemanfaatan mungkin anda "jalan di tempat", atau bahkan mengalami kemunduran, karena zakat, infak, sedekah anda semakin menurun atau karena utang anda semakin menggunung, sementara kekayaan menganggur anda semakin menumpuk.

Tahun 2009 ini seperti seperti apa rencana peningkatan kemanfaatan ekonomi diri anda? Sudahkan pengeluaran-pengeluaran berupa zakat, infak sedekah dan lain sebagainya telah masuk dalam resolusi anda, agenda dan pembukuan pribadi anda tahun ini? Meskipun mengukur kemanfaatan diri tidak sebatas ekonomi, tapi dapat saja diukur berdasarkan waktu, pikiran dan tenaga anda. Namun tulisan ini khusus membahas kemanfaatan ekonomi saja.

Kemanfaatan Ekonomi Kolektif

Kemanfaatan ekonomi kolektif pada dasarnya berangkat dari prilaku-prilaku individual yang mengedepankan ukuran kemanfaatan ekonomi. Dan prilaku-prilaku individual akan terakumulasi dalam prilaku kolektif, sehingga pengukuran kemanfaatan ekonomi kolektif mungkin dapat dilihat dari seberapa jauh efek prilaku individual tersebut. Misalnya seberapa jauh zakat, infak, sedekah mampu menurunkan angka-angka masalah sosial seperti kriminalitas, pelacuran, pengemis dan gelandangan.

Dengan demikian, kini lihat saja angka-angka kriminalitas, pelacuran, pengemis dan gelandangan, bagaimana perkiraan angkanya tahun 2009. Disamping itu, dapat saja ukurannya kemudian dispesifikkan dengan melihat data-data rasio dana sosial terutama zakat (karena bersifat wajib). Misalnya rasio zakat dengan muzzaki, rasio distribusi zakat dengan mustahik, rasio infak-sedekah dengan masyarakat golongan kaya, rasio wakaf dengan biaya sosial dan lain sebagainya.

Pada rasio akumulasi zakat dengan jumlah mustahik (masyarakat miskin), jika angka rasionya dibawah angka kebutuhan dasar rakyat (yang sepatutnya sama dengan Upah Minimum Regional), maka kemanfaatan ekonomi kolektif masih rendah, karena ekonomi belum memberikan jaminan pasti bagi setiap masyarakat agar terbebas dari permasalah dasar ekonomi. Sementara pada rasio zakat dengan muzakki, sepatutnya diketahui seberapa jauh masyarakat kaya menunaikan kewajiban ekonomi mereka

Akhirnya saya mengajak kepada saudara-saudara semua, juga diri saya khususnya, untuk meningkatkan kemanfaatan diri di tahun 2009 ini. Kalaupun anda tidak memiliki sumber daya ekonomi untuk dimanfaatkan orang lain, setidaknya anda punya waktu, pikiran dan tenaga.

Selasa, 30 Desember 2008

Catatan Akhir Tahun

bertambah tua satu tahun lagi dunia ini. kemana ia ingin pergi? bagaimana manusia penghuninya hidup, semakin baikkah? dunia sama sekali tidak menunjukkan wajah yang teduh sepanjang tahun 2008. wajahnya bahkan semakin runyam, krisis pangan, keuangan, ekonomi, wabah penyakit, kerusuhan, konflik sosial dan konflik antar bangsa, terjadi sampai detik-detik terakhir peralihan tahun.

peradaban manusia semakin tidak memberikan tempat yang pantas bagi manusia. moral, norma dan prilaku-prilaku terpuji jauh dari tindak-tanduk mereka. peristiwa-peristiwa dunia yang kemudian menjadi sejarah, menggambarkan kenyataan itu.

berefleksi pada kondisi terakhir, dimana nilai-nilai kemanusiaan tengah disembelih oleh Israel di ladang-ladang Gaza Palestina, sepertinya kekacauan tahun 2008 menjadi semakin "sempurna". baik tahun baru hijriah maupun masehi tidak menandai perbaikan manusia dan kehidupannya.

teman-teman sekalian, saudara-saudara yang Tuhan kumpulkan hati kita dalam syahadah, mari sedikit menerawang. apa sebenarnya Tuhan inginkan dari anda, dari saya, dari kita? seolah-olah kini di langit terendah telah berjajar para Nabi, malaikat dan ruh-ruh manusia shaleh terdahulu, menatap kita semua dengan pandangan yang amat sangat tajam. tatapan mereka seakan meminta pertanggungjawaban, dan meminta aksi nyata terhadap amanah yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita manusia Islam.

saudaraku, alam semesta telah ikhlas menerima kita sebagai khalifahnya, bukankah kini waktunya kita tampil membenahi dunia. menunjukkan pada manusia lain apa itu kebaikan dan kebenaran. kita ajari mereka tentang tujuan hidup dan hakikatnya. saat inilah waktunya, kita benahi barisan kita, fokuskan pandangan, konsentrasi pada cita-cita tunggal kehidupan, dan berjuang bersama, bekerja tanpa jeda, berkorban hingga bertaruh nyawa, sampai Tuhan putuskan apa yang memang kita dambakan.

jika itu sudah terjadi yakinlah, dunia dan seisinya akan melihat peristiwa-peristiwa yang istimewa yang telah lama ia rindukan. dunia melihat kemakmuran yang sejati, kehidupan manusia yang hakiki. dunia akan semakin paham mengapa manusia menjadi makhluk paling mulia diantara makhluk yang pernah Tuhan ciptakan.

saudaraku, menuju kesana, syaratnya adalah kedekatan dengan Tuhan. serahkan semua yang kita punya pada-Nya. berikan semuanya saudaraku. berikan apa yang kita sayang-sayang dipelukan kita, bahkan berikan masa depan dengan semua keinginan kita.

demi Allah saudaraku, aku sudah muak dengan ketidakberdayaan Islam ini akibat lemahnya kita sebagai manusia Islam. ujian dan cobaan juga godaan syetan semakin bergelombang, kita hanya akan tahan jika kita bersama, saling menguatkan.

mari saudaraku, hadiri shalat-shalat wajibmu di masjid-masjid. makmurkan majelis-majelis ilmu dan ukhuwah dimana saja ia ada. berikan sebanyak mungkin sedekahmu bagi mereka yang membutuhkan, pastikan orang lain disekitarmu memiliki semangat yang sama dan berjuang bersama. setelah itu bersabarlah, sebentar lagi Allah SWT pasti akan memberikan keputusannya... akhir zaman adalah milik kita saudaraku!!!

untuk itu semua, pastikan tahun ini adalah tahun terakhir kita bermaksiat dihadapan Allah. pastikan tahun depan adalah tahun-tahun keemasan bagi kehidupan kita. tahun depan adalah tahun dimana kita mulai mengibarkan panji-panji Islam diatas segalanya. tahun depan adalah tahun yang kita tidak sibuk dengan hal-hal yang tidak penting. tahun-tahun kedepan adalah tahun kita bersama Allah SWT, hingga kematian menjemput dan menghantarkan kita pada istana-istana syurga yang telah dipersiapkan.

Ya Allah mudahkan jalan ini, hadapkan selalu hati ini pada-Mu.

wallahu a'lam

Transaksi Jual Beli yang Tertinggi dan Suci

Transaksi jual beli yang memiliki kasta tertinggi dalam Islam adalah transaksi jual beli antara Tuhan dengan manusia beriman. Apa yang menjadi objek jual beli dan berapa harganya? Yang menjadi objek jual beli disini adalah harta dan jiwa manusia. Objek ini dibeli dengan harga yang sangat pantas yaitu seharga SYURGA!

Transaksi mulia dan suci ini tidak membutuhkan negosiasi harga. Manusia beriman memberikan apa-apa yang paling berharga miliknya, yaitu harta dan jiwanya. Sementara Tuhan memberikan apa yang selama ini diidam-idamkan oleh manusia yaitu syurga. Kondisi pasar dari transaksi ini dapat dikatakan monopsoni, dimana pembeli harta dan jiwa hanya Tuhan. Tuhan tidak memiliki pesaing, karena hanya Beliau yang memiliki syurga. Dan manusia beriman tidak memiliki pilihan harus menjual kepada siapa harta dan jiwanya, karena konsumen dari “output” yang dimilikinya hanya Tuhan.

Manusia tidak juga berani menawar harga selain syurga, karena tidak ada lagi diluar harga itu yang mampu melayani “utility” mereka dengan maksimal. Oleh sebab itu, jika pilihan utility itu syurga dan neraka, sudah dapat dipastikan kepuasan maksimal manusia beriman adalah “corner solution” pada syurga.

Menjual harta dan jiwa bermakna menjual semua keinginan dan masa depan kita kepada Tuhan. Yang tersisa pada kita hanyalah harapan bahwa transaksi jual-beli itu sah rukun-rukunnya dan diterima oleh Tuhan. Artinya yang tersisa pada kita hanya harapan tunggal, yaitu mendapatkan syurga pengganti harta dan jiwa yang kita punya.

Saudaraku, padahal harta dan jiwa kita ini sebenarnya berasal dan amanah Tuhan. Tak ada motif beliau dengan membeli kembali semua itu kecuali memang kasih sayang Beliau yang teramat sangat kepada kita. Wallahu a’lam.

Referensi Utama: Al Qur'an, Surat At Taubah, Ayat 111

Senin, 29 Desember 2008

Kita yang Memalukan

Menyedihkan sekali kami ini, kami yang oleh Tuhan sudah di nisbahkan sebaik-baik ummat diantara seluruh golongan ummat manusia, ternyata hidup begitu memalukan dan menyedihkan. Kami adalah manusia Islam, yang dianugrahi sebagai ummat terbaik di sisi-Nya. Tapi lihat kami...

Saat ini Gaza menjadi ladang pembantaian oleh pengkhianat para Nabi, kami tak mampu berbuat apa-apa. Sampai-sampai sekedar ingin mengkampanyekan boikot terhadap produk-produk manusia laknat itu, ternyata kami takut miskin dan lebih sengsara...

Duhai Allah yang maha perkasa dan kaya, ternyata moral, harga diri dan kehormatan Islam pun, kami sudah tak punya... logika bahwa Engkaulah pemberi kekayaan, Engkaulah tempat kami bergantung, sudah tidak ada di hati kami, atau mungkin sudah tak ada di bumi ini...

Kalau seperti ini, tragedi lebig dahsyat dari Gaza sekalipun mungkin sangat pantas menjadi harga yang kami harus bayar...

Diskusi Seputar Boikot & Ekonomi

Pak Turnad:
Saya sangat sependapat dengan pemikiran uni Rahma mengenai persoalan di Timur tengah jika di kaitkan dengan situasi perekonomian tanah air. Memboikot beberapa produk manufaktur, makanan dan minuman, restoran, dll, yang berafiliasi ke sumber dana dari Israel and or US keliatannya memang harus di cermati hati2, karena sebagian besar juga, tenaga kerja yg bekerja di restoran2, supermarket, atau pabrik2 produk tersebut adalah umat muslim sendiri.

Saya,sebagai orang seorang dosen yang mendidik sarjana teknik, tentu prihatin sekarang ini karena banyak sekali pabrik2, industri, yang berbasis teknologi mengalami situasi suram, menyebabkan daya serap tenaga kerja menjadi anjlok, dan tingkat pengangguran meningkat tajam. Memboikot produk2 industri tadi keliatannya menjadi hal yang membuat situasi semakin runyam.

Mudah2n situasi global sekarang, dan kejadian terakhir di Palestina tidak membawa dampak yang semakin buruk bagi kehidupan dan kesejahteraan umat Islam.

Salam,

Mbak Rahmatina:
Kita sangat terkejut dan berduka cita atas tragedi kemanusiaan yang baru2 ini terjadi kembali di Palestina. Setelah beberapa saat saudara2 kita disana hidup dalam kondisi 'cukup tenang', tiba2 terjadi kembali kejadian yang memilukan ini.

Sebagai umat islam dan warga negara 'internasional' , tentunya tindakan Israel ini harus kita kutuk. Jika kita memiliki kuasa yang lebih, seyogyanyalah kita berbuat lebih pula untuk mendukung perjuangan saudara/i kita di Palestina. Dan akan lebih baik pula jika dukungan yang kita berikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing.

Kita saat ini sama2 mengetahui bahwa Indonesia saat ini juga tengah didera berbagai permasalahan, antara lain meningkatnya pengangguran dan kemiskinan di tanah air tercinta. Dalam konstelasi ekonomi global saat ini, krisis di negara lain - apalagi negara yang punya hubungan ekonomi kuat dengan kita - mau tidak mau akan berimbas kepada kehidupan kita di Indonesia. Walau krisis keuangan global berawal di Amerika, sebagaimana yang sama2 kita saksikan, Indonesia (bahkan WNI di LN seperti Malaysia) turut menanggung akibatnya. Ribuan pengrajin kehilangan pekerjaan krn sepinya order, ratusan perusahaan manufaktur yang padat karya terancam di PHK krn ekonomi melambat. Mudah2an resesi tidak sampai pula ke kita.

Negara2 lain, seperti negara Timur Tengah, mungkin lain lagi masalahnya. Mungkin pengangguran dan kemiskinan tidak terlalu banyak, kesejahteraan (materi) cukup baik sehingga mereka bisa konsumtif dengan berbagai barang termasuk barang impor dari negara2 seperti AS. Mengurangi konsumsi, terutama 'bad consumption' sepertinya salah satu langkah yang sangat relevan disana.

Sudah seyogyanya lah dalam mendukung saudara2 kita di Palestina kita sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi kita. Jangan sampai perbuatan baik kita justru memberi efek2 yang tidak diinginkan bagi saudara2 kita yang lain, karena kita hanya melihat pada satu sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya...

Kita patut belajar dari Al-Jazeera misalnya. Ketika CNN seringkali berlaku bias dalam pemberitaannya, Al-Jazeera tampil sebagai alternatif pemberitaan yang lebih imbang dan 'adil' dalam pemberitaannya. Alhamdulillah sekarang mata dunia lebih terbuka lagi, mendapatkan pemberitaan yang lebih fair, dan kemudian menilai dan bertindak lebih baik dan bijaksana...

Karena itu, mari kita dukung perjuangan saudara2 kita di Palestina sekaligus kita majukan ekonomi nasional sebagai bagian dari jihad ekonomi kita. Bisa jadi dengan mendukung produk2 dalam negeri, 'shift' dari produk2 yang 'nilai tambah'nya untuk ekonomi nasional dan global rendah, perjuangan di parlemen dan di parlemen jalanan, dll. Akan sangat baik kalau semua upaya tersebut bisa 'disatukan' dan diarahkan agar dunia internasional, khususnya PBB dan negara2 Arab, bisa bertindak lebih tegas. Bentuk misi perdamaian, berikan sanksi yang lebih tegas dan formal pada Israel. Teman2 yang di HI mungkin lebih paham mengenai hal ini.

Akhir kata, mohon maaf jika kurang berkenan.
Wallahu alam bis sawwab...

Ali Sakti:
terima kasih atas respon yang spesifik membahas efek dan transmisi ekonomi sebagai akibat dari tindakan boikot. tapi apakah seperti itu logikanya? bukankah struktur usaha indonesia lebih berada di UMKM (98%) dengan pelaku pasar yang tentu dominan domestik. boikot secara jangka pendek di bidang ekonomi betul akan menghantam industri mapan multinasional, dan harapannya ada konversi pada konsumsi produk subtitusi domestik. pada skala makro, pendekatan flying geese formation akan terbentuk dalam waktu yang lebih cepat memanfaatkan agenda boikot (who knows). disamping secara politik akan membangun kepercayaan diri dan harga diri agama dan bangsa.

terlebih lagi kondisi krisis saat ini memang memaksa perekonomian masing-masing negara berkonsentrasi pada perekonomian domestiknya. dan lebih jauh dari itu, negara-negara harus melakukan effort yang lebih dalam mengeksplorasi perekonomian domestiknya. dengan populasi yang besar, Indonesia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki negara lain di kawasan Asia Tenggara.

pada tingkat tertentu ekonomi Islam harus menghantarkan ummat pada kemandirian. perekonomian harus dibangun dalam bingkai kehormatan disamping kesejahteraan fisik ekonomi. sehingga tentu dialektika dua kepentingan ini akan semakin jelas pada masa mendatang mengingat ekonomi yang hendak dibangun dipastikan akan melibatkan moral dalam pembangunannya.

dengan demikian, dalam jangka panjang boikot menjadi salah satu elemen (mungkin juga waktunya memang tepat untuk melakukan boikot) menuju kemandirian ekonomi dan ummat.

wallahu a'lam

Minggu, 28 Desember 2008

Geram

Sayup-sayup aku dengar satu syair dari satu kelompok nasyid...

Gaza, Gaza, Gaza semuanya bermula...
Gaza, Gaza, Gaza, tanah para syuhada...
Gaza, Gaza, Gaza, kemenangan kan nyata...
Gaza, Gaza, Gaza, Palestina merdeka...

Duhai Rabbi, masih adakah Engkau disana? dua hari ini memuncak kegeraman dan amarah, sampai-sampai ingin ku pertanyaakan keadilan-Mu. tapi aku pahamkan diriku, kalau saat ini mungkin aku saja yang belum mampu mengintip hakikat keadilan-Mu pada pembantaian saudaraku di Gaza.

Cermin Gaza

Tragedi Gaza dalam perspektif ekonomi ternyata memberikan kejelasan wajah manusia-manusia yang katanya baik. Manusia yahudi pertama yang dicoreng oleh tragedi ini. Prilaku mereka yang selalu dibungkus manis oleh diplomasi, hancur oleh data pembantaian mereka 5 menit di Gaza yang sama dengan usaha pembalasan Hamas dalam 5 tahun. Keserakahan dunia dalam bentuk terburuknya kini anda dapat lihat pada diri yahudi.

Keserakahan dan ketidakpedulian itu pula yang saat ini dan dalam beberapa waktu mendatang akan dipertontonkan oleh politisi dan calon politisi negeri ini. Ditengah kemiskinan dan kesengsaraan rakyat, mereka menghambur-hamburkan uang pada spanduk, digital printing, bendera, kaos, iklan dan lain sebagainya, hanya untuk mengabarkan bahwa mereka "orang baik", bahwa mereka calon pemimpin yang pantas, bahwa mereka siap menghentikan kesengsaraan kita.

Jangankan kepedulian pada Gaza, pada tetangga sekitarnya yang membutuhkan mungkin juga pengeluaran sosial calon-calon politisi ini jauh lebih kecil dari belanja iklan mereka. Lihatlah bagaimana politik sudah berubah menjadi industri. Politik sudah menjadi ajang profesi baru untuk mencari nafkah. Keserakahan sudah merubah setiap aktifitas menjadi tempat untuk men-generating income/profit.

Padahal yang saya tahu dan paham dari majelis-majelis pengajian, politik itu pelayanan. politik itu tempat para pemimpin yang memang mewakafkan dirinya untuk menjadi pelayan ummat. Disana wilayah orang-orang yang telah memiliki rasa keadilan tinggi, dimana prinsip yang mereka pegang adalah "pertama yang merasakan penderitaan dan terakhir yang merasakan kenikmatan". Dengan berbondong-bondongnya orang-orang kaya yang saat ini ingin menjadi politisi, pertanyaan yang menggelitik kemudian adalah: "apa mereka kenal dengan penderitaan?" Jangan-jangan kerja mereka nanti cari setinggi-tingginya kenikmatan dan serahkan penderitaan kepada rakyat.

Sedikit mengingkari anjuran Nabi untuk tidak berandai-andai, terbersit di benakku: kalau saja aku punya kuasa ingin ku tukar politisi itu dengan saudaraku di palestina, biar mereka kemari, dan politisi itu pindah ke Gaza.

Sabtu, 27 Desember 2008

SERUAN KEPADA DUNIA

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Luapan hati yang sudah tak terbendung pagi ini, harus saya tuangkan dalam tulisan meskipun inginnya ia keluar dalam teriakan-teriakan aksi atau amal-amal yang pasti. Palestinaku harus mempersembahkan darahnya kembali, 220 syahid baru dari Gaza harus bersama-sama menghadap Penciptanya karena serangan biadab Yahudi hari ini (28 Desember 2008). Meskipun sebelumnya kutahu tidak ada hari tanpa syahid di tanah yang suci itu. Tak ada hari bagi Yahudi itu tanpa pembantaian saudara-sadaraku di sana.

Kepada semua saudaraku seiman! tolong luangkan satu kalimat saja dalam doa-doa anda disetiap sujud terakhir shalat, permohonan tolong kepada Allah SWT bagi saudara-saudara kita di Gaza. gunakan semua kemampuan untuk menolong mereka, donasi, tulisan, internet, apa saja. Geram ini harus punya nilai di mata Allah SWT. Mari saudara-saudaraku, batas negara dalam Islam adalah akidah, jadi jika Yahudi menyerang Gaza, itu sama saja mereka membantai anak, istri, suami, orang tua, adik, kakak, atau siapa saja yang ada di dalam rumah-rumah kita. Bom pesawat tempur mereka yang mereka muntahkan di Gaza sama saja dengan bom yang diledakkan dipekarangan rumah kita. Lawan! Tidak ada kalimat diplomasi yang pantas kecuali Lawan!!!

Saya berlindung dari kalimat-kalimat manis yang sebenarnya menjadi pembenaran terhadap prilaku saya yang malas untuk berjuang dengan cara apapun. Saya berlindung dari prilaku munafik yang gagah menyampaikan kepedulian namun setelahnya kembali asik duduk-duduk santai di kedai-kedai minuman atau dengan piknik-piknik yang melenakan. Mari saudara-saudaraku, jadikan Palestina sebagai obsesi, jadi cita-cita dunia. Palestina harus kita bebaskan dengan cara yang kita sanggupi.

Kepada saudara-saudara di luar Islam, kami kabarkan kepada Anda bahwa Palestina milik Allah SWT, kesuciannya diwakili oleh hadirnya Nabi-Nabi di sana. Tetapi hampir semua nabi yang ada di sana dibunuh secara keji oleh Yahudi, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya yang di Gergaji dan disembelih. Saudara, kedudukan anda melindungi, mendukung atau membiarkan Yahudi melakukan kebiadaban itu hingga kini, membuat posisi anda tidak beda dengan mereka. Pesan kami sejak dulu tetap sama, kami mengajak anda untuk kembali kepada kefitrahan anda sebagai manusia, yaitu kembali menjadi hamba Allah Yang Maha Mulia.

Saudara-saudara Nasrani, Budha, Hindu atau apapun agama anda selain Islam, mari kembali kepada Islam. Lihatlah dengan pandangan dan hati yang jernih kebenaran-kebenaran Tuhan pada diri anda, pada alam semesta, pada semua peristiwa, Islam meminta anda kembali pada Islam, pada agama yang sepatutnya menjadi pedoman anda. Jangan katakan ketika hari akhirat datang pada anda, bahwa anda tidak pernah diingatkan tentang Islam, tentang Allah dan kewajiban anda. Saya mengatakan ini, dengan rasa kasih sayang yang sama pada kemanusiaan, sebagai makhluk Tuhan yang diberikan pengetahuan tentang anda. Karena Tuhan kami mengatakan, bahwa kami akan menjadi saksi bagi anda diakhirat nanti dan Rasul kami akan menjadi saksi atas kami.

Kepada Yahudi di seluruh dunia, akhirmu segera datang. Keputusan Tuhan atasmu sebentar lagi akan ditunaikan. Kezalimanmu akan segera dihentikan. Meskipun begitu seruan kami pun tetap sama, kembalilah kepada Islam, karena ke-Yahudian-mu akan mengantarkanmu pada takdir penistaan Tuhan, baik di dunia maupun di akhirat. Ingat Yahudi! ingat perang khaibar yang terjadi pada pendahulu kamu, mereka dihancur dan diusir oleh pasukan Muhammad. Sebentar lagi pasukan itu akan kembali dan melakukan hal yang sama padamu di tanah Palestina. Berkumpullah kalian di Palestina karena memang pengadilan menunggu kalian semua di sana.

Kepada seluruh saudaraku muslimiin dimana saja, air mata kita yang mengalir melihat Gaza hari ini harus berubah menjadi tekad kuat, untuk menyiapkan diri, menyiapkan anak-anak kita, menyiapkan generasi selanjutnya, agar bersedia merebut kembali Palestina. Kenalkan anak-anak kita dengan tanah mereka di sana, warisan Al Faruq yang sejengkalpun kita haramkan bagi Yahudi durjana. Penuhi doa-doa kita dengan harapan kepada Tuhan, agar Beliau berkenan mengantarkan diri kita menjadi salah satu tentara-Nya yang berdiri di barisan terdepan untuk membebaskan tanah suci itu.Berdoa agar anak-anak kita bisa menjadi pasukan masa depan, panglima-panglima bagi putra-putra Islam akhir zaman, yang mampu memakmurkan Masjidil Aqsa tercinta. Menunjukkan kemuliaan Islam dalam bentuk yang sebenarnya. Mereka menjadi harapan kita yang akan mengharumkan nama kita dan melapangkan rumah kita di Barzakh.

Kepada muslimah dimana saja anda, persiapkanlah rahim-rahim anda untuk lahirnya generasi Islam yang mulia, generasi yang cinta pada Allah dan Allah cinta pada mereka. Siapkan rahim-rahim anda untuk hadirnya calon-calon syuhada bagi negeri Islam dimana saja. Generasi yang rindu pada kampung halaman mereka yang sejati yaitu Syurga yang suci. Dan karenanya kematian menjadi puncak kerinduan, kesyahidan dihadapi dengan senyuman dan perjuangan sepenuh hati.

Duhai Allah Yang Maha Agung, pemilik segala kuasa, ringankanlah beban hamba-Mu yang tengah berjuang. Mudahkan jalan mereka. Ampuni dosa-dosa mereka. Ampuni dosa hamba. Maafkan kami jika kami tak pantas melantunkan doa-doa seperti ini, doa yang berharap mampu mengguncang langit-Mu, padahal disela-sela hidup kami, kami masih asik dengan kemaksiatan. Semoga kami engkau masukkan kepada golongan yang Kau sayangi, ampuni, Kau terima taubatnya.

Wahai Allah yang Maha Perkasa, tunjukkan keperkasaan-Mu. hancurkan Yahudi sehancur-hancurnya, dan jika Engkau berkenan, perkenankan kehancuran mereka itu malalui tangan-tangan kami. Ya Allah, berikan kami kesabaran, kesabaran yang mampu memelihara diri kami dari begitu banyaknya fitnah dan cobaan.

wallahu a'lam

Diskusi Seputar Pasar Derivatif

Tanya: Ass...Ustad tolong bantusaya donk untukmenjelaskan relasitransaksi derivatif denganpertumbuhan ekonomi.transaksi derivatif kanjuga mulai dikenal tuh didunia islam. Timur Tengahsama Malaisya apalagi.thanks before

Jawab: Akhi Emqy, transaksi derivatif nerupakan transaksi atas derivasi produk pasar keuangan, misalnya produk options; call dan put options. Saya yakin hubungan transaksi ini dengan pertumbuhan ekonomi adalah negatif. Karena pada dasarnya semakin dinamis dan bertambahnya volume transaksi derivatif semakin mengurangi volume transaksi riil ekonomi, akibat arus uang beredar semakin banyak dilingkungan keuangan. Semakin banyak outlet keuangan modern hakikatnya hanya menambah panjang labirin arus uang, dan pada saat yang sama akan menyedot uang yang seharusnya berpotensi memproduksi barang dan jasa (sektor riil).

Perlu diingat investasi sektor keuangan (baik di pasar uang, modal maupun derivatif) tidak dimasukkan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi. Lihat bagaimana kinerja indeks pasar modal kita yang naik ratusan persen tetapi hampir tidak ada efeknya kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Pasar-pasar seperti ini biasanya hanya mencerminkan tingkat kepercayaan dunia internasional terhadap perekonomian domestik. Yang menjadi variabel kontributor dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi, dimana selalunya dicerminkan oleh pertumbuhan GNP/GDP, adalah investasi riil seperti (foreign/domestic) direct investment.

Bagaiman dengan derivatif yang dijalankan oleh Malaysia? Mereka menggunakan basis akad yang diharamkan oleh banyak negara Muslim yaitu jual-beli utang (Bay al Dayn). Jadi bagi saya tidak bisa digeneralkan pada semua negara dan dianggap Islam memiliki definisi yang sama terhadap transaksi derivatif. Sampai sejauh ini berdasarkan definisi yang konvensional punya dan analisis efek makronya, saya meyakini transaksi derivatif tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Lebih lengkapnya anda bisa baca tulisan Dr. Mohammad Obaidullah (peneliti IRTI-IDB) tentang derivatif dalam Islam. Silakan cari di google. Beliau dosen saya dulu di Malaysia. Terakhir saya ketemu sepertinya paradigma beliau terhadap keuangan syariah sudah bergeser. Beliau kini lebih percaya bahwa perekonomian harus bertumpu pada aktifitas produktif. Riset beliau terakhir bahkan jauh dari bidang yang beliau dulu geluti (Financial engineering), yaitu riset tentang Islamic Microfinance. Beliau memiliki website yang terkenal dikalangan para pakar ekonomi dan keuangan Islam, yaitu www.islamic-finance.net. Silakan melayari website itu.

Pembantaian Gaza, Bertambah Jadi 230 Syahid

[ 28/12/2008 - 12:36 ]



Gaza – infopalestina: -Hari kelam dan berdarah yang belum pernah terjadi di Palestina sejak 41 tahun terakhir akibat serangan militer Zionis Israel yang tak berhenti hingga berita ini ditulis. Selama sehari itu, Sabtu (27/12) ada 230 orang Palestina gugur syahid dan sekitar 750 lainnya luka-luka, 200 diantaranya terluka serius.

Lebih dari seratus pesawat tempur jenis F16 milik Israel, Sabtu siang terus melakukan serangan udara ke seluruh wilayah Jalur Gaza dengan target 50 sasaran. Serangan ini bersamaan dengan terputusnya aliran listrik ke Jalur Gaza, berbagai jenis obat-obatan langka di rumah-rumah sakit, bahan bakar habis dan suplai makanan juga mengalami kelangkaan.

Direktur Umum ambulans dan emergensi di Gaza, Muawiyah Husnin, menegaskan bahwa jumlah syahid mencapai 230 orang dan sekitar 750 lainnya terluka, 200 diantaranya terluka serius. Ia menjelaskan bahwa mayoritas korban adalah dari kalangan sipil, wanita dan anak-anak. Namun sumber-sumber lain memperkirakan jumlah syahid bisa mencapai 350 orang.

Muawiyah mengatakan disana masih ada 15 syahid yang tidak dikenali identitasnya yang disebar di sejumlah klinik di Gaza. Ada 80 syahid, tambah Muawiyah, tiba di rumah sakit dalam keadaan tak utuh. Sementara puluhan korban lainnya masih berada dibawah reruntuhan bangunan yang roboh akibat gempuran jahat Zionis Israel.

Masih lanjut Muawiyah, jumlah syahid ini bertambah akibat korban yang tertimpah reruntuhan bangunan mulai ditemukan. Ia menegaskan serangan udara Zionis Israel, masih berlangsung hingga pagi dini hari ini waktu setempat, Ahad (28/12).

Kepala emergensi ini mengisyaratkan langkanya obat-obatan dan pertolongan pertama bagi korban berikut bahan-bahan operasi bagi korban yang memerlukan operasi cepat juga langka. Untuk itu, ia menghimbau negara-negara Arab dan persatuan-persatuan dokter untuk mengirim obat-obatan langsung ke Jalur Gaza. (AMRais)

Breaking News: Tragedi Gaza

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Luapan hati yang sudah tak terbendung pagi ini, harus saya tuangkan dalam tulisan meskipun inginnya ia keluar dalam teriakan-teriakan aksi atau amal-amal yang pasti. Palestinaku harus mempersembahkan darahnya kembali, 220 syahid baru dari Gaza harus bersama-sama menghadap Penciptanya karena serangan biadab Yahudi hari ini (28 Desember 2008). Meskipun sebelumnya kutahu tidak ada hari tanpa syahid di tanah yang suci itu. Tak ada hari bagi Yahudi itu tanpa pembantaian saudara-sadaraku di sana.

Kepada semua saudaraku seiman! tolong luangkan satu kalimat saja dalam doa-doa anda disetiap sujud terakhir shalat, permohonan tolong kepada Allah SWT bagi saudara-saudara kita di Gaza. gunakan semua kemampuan untuk menolong mereka, donasi, tulisan, internet, apa saja. Geram ini harus punya nilai di mata Allah SWT. Mari saudara-saudaraku, batas negara dalam Islam adalah akidah, jadi jika Yahudi menyerang Gaza, itu sama saja mereka membantai anak, istri, suami, orang tua, adik, kakak, atau siapa saja yang ada di dalam rumah-rumah kita. Bom pesawat tempur mereka yang mereka muntahkan di Gaza sama saja dengan bom yang diledakkan dipekarangan rumah kita. Lawan! Tidak ada kalimat diplomasi yang pantas kecuali Lawan!!!

Saya berlindung dari kalimat-kalimat manis yang sebenarnya menjadi pembenaran terhadap prilaku saya yang malas untuk berjuang dengan cara apapun. Saya berlindung dari prilaku munafik yang gagah menyampaikan kepedulian namun setelahnya kembali asik duduk-duduk santai di kedai-kedai minuman atau dengan piknik-piknik yang melenakan. Mari saudara-saudaraku, jadikan Palestina sebagai obsesi, jadi cita-cita dunia. Palestina harus kita bebaskan dengan cara yang kita sanggupi.

Kepada saudara-saudara di luar Islam, kami kabarkan kepada Anda bahwa Palestina milik Allah SWT, kesuciannya diwakili oleh hadirnya Nabi-Nabi di sana. Tetapi hampir semua nabi yang ada di sana dibunuh secara keji oleh Yahudi, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya yang di Gergaji dan disembelih. Saudara, kedudukan anda melindungi, mendukung atau membiarkan Yahudi melakukan kebiadaban itu hingga kini, membuat posisi anda tidak beda dengan mereka. Pesan kami sejak dulu tetap sama, kami mengajak anda untuk kembali kepada kefitrahan anda sebagai manusia, yaitu kembali menjadi hamba Allah Yang Maha Mulia.

Saudara-saudara Nasrani, Budha, Hindu atau apapun agama anda selain Islam, mari kembali kepada Islam. Lihatlah dengan pandangan dan hati yang jernih kebenaran-kebenaran Tuhan pada diri anda, pada alam semesta, pada semua peristiwa, Islam meminta anda kembali pada Islam, pada agama yang sepatutnya menjadi pedoman anda. Jangan katakan ketika hari akhirat datang pada anda, bahwa anda tidak pernah diingatkan tentang Islam, tentang Allah dan kewajiban anda. Saya mengatakan ini, dengan rasa kasih sayang yang sama pada kemanusiaan, sebagai makhluk Tuhan yang diberikan pengetahuan tentang anda. Karena Tuhan kami mengatakan, bahwa kami akan menjadi saksi bagi anda diakhirat nanti dan Rasul kami akan menjadi saksi atas kami.

Kepada Yahudi di seluruh dunia, akhirmu segera datang. Keputusan Tuhan atasmu sebentar lagi akan ditunaikan. Kezalimanmu akan segera dihentikan. Meskipun begitu seruan kami pun tetap sama, kembalilah kepada Islam, karena ke-Yahudian-mu akan mengantarkanmu pada takdir penistaan Tuhan, baik di dunia maupun di akhirat. Ingat Yahudi! ingat perang khaibar yang terjadi pada pendahulu kamu, mereka dihancur dan diusir oleh pasukan Muhammad. Sebentar lagi pasukan itu akan kembali dan melakukan hal yang sama padamu di tanah Palestina. Berkumpullah kalian di Palestina karena memang pengadilan menunggu kalian semua di sana.

Kepada seluruh saudaraku muslimiin dimana saja, air mata kita yang mengalir melihat Gaza hari ini harus berubah menjadi tekad kuat, untuk menyiapkan diri, menyiapkan anak-anak kita, menyiapkan generasi selanjutnya, agar bersedia merebut kembali Palestina. Kenalkan anak-anak kita dengan tanah mereka di sana, warisan Al Faruq yang sejengkalpun kita haramkan bagi Yahudi durjana. Penuhi doa-doa kita dengan harapan kepada Tuhan, agar Beliau berkenan mengantarkan diri kita menjadi salah satu tentara-Nya yang berdiri di barisan terdepan untuk membebaskan tanah suci itu.

Berdoa agar anak-anak kita bisa menjadi pasukan masa depan, panglima-panglima bagi putra-putra Islam akhir zaman, yang mampu memakmurkan Masjidil Aqsa tercinta. Menunjukkan kemuliaan Islam dalam bentuk yang sebenarnya. Mereka menjadi harapan kita yang akan mengharumkan nama kita dan melapangkan rumah kita di Barzakh.

Kepada muslimah dimana saja anda, persiapkanlah rahim-rahim anda untuk lahirnya generasi Islam yang mulia, generasi yang cinta pada Allah dan Allah cinta pada mereka. Siapkan rahim-rahim anda untuk hadirnya calon-calon syuhada bagi negeri Islam dimana saja. Generasi yang rindu pada kampung halaman mereka yang sejati yaitu Syurga yang suci. Dan karenanya kematian menjadi puncak kerinduan, kesyahidan dihadapi dengan senyuman dan perjuangan sepenuh hati.

Duhai Allah Yang Maha Agung, pemilik segala kuasa, ringankanlah beban hamba-Mu yang tengah berjuang. Mudahkan jalan mereka. Ampuni dosa-dosa mereka. Ampuni dosa hamba. Maafkan kami jika kami tak pantas melantunkan doa-doa seperti ini, doa yang berharap mampu mengguncang langit-Mu, padahal disela-sela hidup kami, kami masih asik dengan kemaksiatan. Semoga kami engkau masukkan kepada golongan yang Kau sayangi, ampuni, Kau terima taubatnya.

Wahai Allah yang Maha Perkasa, tunjukkan keperkasaan-Mu. hancurkan Yahudi sehancur-hancurnya, dan jika Engkau berkenan, perkenankan kehancuran mereka itu malalui tangan-tangan kami. Ya Allah, berikan kami kesabaran, kesabaran yang mampu memelihara diri kami dari begitu banyaknya fitnah dan cobaan.

wallahu a'lam

Selasa, 23 Desember 2008

Islamic Finance News: Silver Lining Emerges for Islamic Finance

Dear Ali Sakti,

Financier Bernard Madoff’s alleged US$50 billion fraud raises the obvious question: How many more worms will emerge from the rapidly multiplying woes of the conventional financial system? The list of losers is headlined by stars of the system — HSBC, Banco Santander, Royal Bank of Scotland and Nomura.

One report said the affair has called into question the business model of hedge funds after many of the largest failed to spot warning signs. Some experts and Wall Street traders had raised concerns over the internal controls, business model and suspiciously consistent good performance of Madoff’s firm, but little attention was paid to this.

A prime concern is that most of the “victims” are also active in all other aspects of conventional finance, so are their decisions equally “faulty” in these areas as well? Is this why the financial crisis is so extensive?

Madoff was the darling of Wall Street. A former chairman of the Nasdaq stock exchange, the 70-year-old New Yorker ran one of the most exclusive, well-resourced and sought-after hedge funds in the world. He had claimed an “unblemished record of value, fair-dealing and high ethical standards”. He dealt with clients personally and only the wealthiest were allowed to join the rarefied atmosphere of his clique. He never outlined his trading methods or how he generated the healthy returns on his investors’ money. Anyone who queried him was shut out of his investors’ club.

For the best part of 50 years, he grew his business into one of the best-known, and most lucrative, investment vehicles in the world. In banking, reputation is everything. Little wonder, therefore, that hardly anyone questioned him. But the fact is that Madoff’s performance as an investment manager was too good to be true. That alone should have raised a red flag for the regulators. It was reported that his firm was inspected twice but nothing untoward was uncovered. How come?

This and other episodes show that conventional finance ought to adapt the practice in Islamic finance of having built-in parameters in terms of compulsory oversight (such as Shariah panels) and rigid limits on the scope of investments. The current weaker performance of the Islamic finance sector is only because of the fallout from the financial crisis in the conventional sector, such as a collapsing real estate market, squeeze on capital, a rapidly weakening real economy and dwindling world trade.

Even in these circumstances, things are looking up for Islamic finance. The Japanese government has amended financial regulations allowing bank subsidiaries to handle Islamic finance operations. This is in addition to its Asia Gateway Initiative, which includes the promotion of Islamic finance as a medium to develop the Asian bond market.

Singapore is striving to ride a new wave of interest in Islamic finance by global investors who have been badly burnt by the Western financial system. Recently, the republic has stepped up efforts to develop an Islamic finance industry by drawing on its existing strengths in wealth management, trade financing and capital markets.

Islamic finance can indeed bank on the silver lining in the dark clouds over conventional finance.

Our next issue will be on the 9th January 2009. Season’s greetings to everyone!

Best regards,
IFN team

Minggu, 21 Desember 2008

Diskusi Seputar Opportunity Cost of Investment

Tanya: "What is the opportunity cost of investing in productive sector from Shariah point of view? If we look from Conventional point of view, it is really simple the opportunity cost of investing in the real sector (productive one) is the return from putting the money in government treasury bill."

Jawab: dalam ekonomi syariah, absensi bunga dan spekulasi di perekonomian membuat makroekonomi relatif menjadi "single sector" yaitu real sector saja. apa yang dimaksud Islamic monetary sector, tak lebih sekedar investment market, dimana keberadaannya sangat tergantung ada tidaknya real sector. Lihat saja akad-akad yang digunakan, jual beli (murabahah, salam, istishna, rahn dan ijarah) atau bagi hasil (mudharabah dan musyarakah).

dengan demikian, investor yang berinvestasi di sektor produktif (real sector) dalam rangka profit motives, pilihannya ada dua: investasi langsung dengan membuka usaha (buka warteg, warnet, wartel atau mini market) atau investasi tidak langsung di pasar investasi (melalui bank syariah, reksadana, saham atau sukuk). ada semacam dorongan tersendiri bagi pemilik dana untuk berinvestasi dalam ekonomi syariah, karena kalau ia keep financial wealth-nya maka ia akan terkena risiko berupa pengurangan jumlah financial wealth akibat pungutan zakat. jika ia tidak "ingin" terkena zakat, maka salah satu jalannya adalah di investasikan. betul, dalam berinvestasi ada dua kemungkinan: untung dan rugi, tinggal saja komparasi perhitungan besar kecil ekspektasi kerugian dengan pungutan zakat yang mengena pada financial wealth-nya.

tapi dalam ekonomi syariah asumsi prilaku ekonomi idealnya bukan cuma motivasi profit tetapi juga motivasi sosial. hal ini berpegang teguh pada prinsip "manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain" (Muhammad, 610-an). pemilik dana akan tetap berinvestasi jika ternyata dari investasinya dapat memberikan pekerjaan buat orang lain, meskipun returnnya = 0. kalau hitungan profit mungkin toleransi kerugian dari investasi bagi pemilik dana adalah < 2,5% yaitu besarnya persentase zakat yang mengena jika financial wealth-nya idle. kalau hitungan sosialnya, toleransi kerugiannya tentu 100% yaitu sebesar dananya, karena sepanjang uangnya mampu membuat orang bekerja, investasi bisa menjelma menjadi investasi "hereafter" diinfakkan, dihadiahkan, disedekahkan, diwakafkan. pada tingkat keyakinan tertentu pemilik dana akan teguh juga berpegang pada prinsip " barang siapa yang membelanjakan hartanya di jalan kebajikan, maka akan Tuhan lipatgandakan rizkinya (kekayaannya)" (Muhammad, 610-an).

integrasi motivasi profit dan sosial menjadi keunikan tersendiri dalam asumsi-asumsi ekonomi syariah. padahal dikotomi motivasi profit dan sosial juga terkadang kurang tepat mengingat motivasi profit pada dasarnya digerakkan oleh motivasi sosialnya, semakin banyak profit yang didapatkan, maka akan semakin banyak kemanfaatan financial wealthnya bagi orang lain (semangat untuk mencari profit adalah memberi bukan menikmati), sehingga predikat manusia terbaik sesuai prinsip pertama di atas menjadi besar kemungkinan ia dapatkan. itu mengapa Muhammad menggenapkan prinsip itu dengan mengatakan "harta yang baik itu ada di tangan orang shaleh". dengan demikian rasionalitas dan logika diatas akan semakin dapat terjadi jika prilaku ekonominya didasarkan pada "keshalehan" baik individu maupun kolektif.

salam
ali sakti

Selasa, 16 Desember 2008

American Financial Crisis: Memalukan!

Kekacauan sistem keuangan amerika memperlihatkan borok-borok mereka yang memalukan satu demi satu. Ternyata semakin hari bukan perbaikan yang nampak tetapi fakta-fakta industri keuangan yang semakin mencerminkan betapa dalamnya krisis keuangan kali ini. Amerika betul-betul menjadi "reality show" yang episod demi episod ditunggu oleh siapa saja, oleh kawan dan lawan.

Setelah kehancuran industri keuangan di semua sektornya; mortgage, investment bank, insurance, trustfund, Amerika digoyang dengan badai di sektor riilnya berupa kehancuran tiga perusahaan outomotif terbesar disana yaitu General Motors, Cryshler dan Ford. Hantu berupa masalah pengangguran semakin meluas, bencana selanjutnya telah mengintip; macetnya kartu kredit secara masif!

Sementara itu, Federal Reserve (Fedres) mencoba menenangkan keadaan dengan memotong tingkat suku bunga (Fed Rate) yang cenderung menuju 0%. Tingkat suku bunga ini merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah Amerika. Kebijakan ini cukup jelas sasarannya, yaitu menggerakkan kembali perekonomian. Dengan tingkat bunga serendah itu, masyarakat dihimbau untuk kembali berkonsumsi (akibat kecenderungan money supply yang meningkat), melakukan injeksi dan dorongan pada permintaan agregat nasional agar penawaran agregat atau sektor produksi terangsang untuk kembali menjalankan roda industri.

Kebijakan ini hakikatnya persis sama dengan kebijakan yang dianjurkan oleh Lord John Maynard Keynes ketika Great Depression melanda Amerika 80 tahun yang lalu. Bedanya kali ini pemerintah tidak melakukan injeksi demand melalui pencetakan uang, mungkin karena Amerika saat ini masih merasa cukup menggunakan budget mereka yang tersisa. Itu mengapa Barack Obama sudah mewanti-wanti bahwa program pertama yang akan menjadi perhatian dia adalah projek-projek infrastruktur yang ditargetkan akan menyerap 2 juta angkatan kerja

Berhasilkah kebijakan ini? Belum pertanyaan itu terjawab, Amerika kembali dipermalukan dengan kasus kecurangan terbesar, yaitu pemalsuan laporan keuangan Perusahaan Sekuritas Madoff. Tidak tanggung-tanggung pemalsuan itu telah berlangsung selama satu dekade atau 10 tahun!!! Kemana aja regulatornya? Ngapain aja mereka? Pelajaran yang sangat mahal buat anda, buat kita yang sudah cinta buta dengan profesionalisme cowboy Amerika.

Kasus Madoff ini memiliki implikasi yang juga tidak tanggung-tanggung, lembaga-lembaga keuangan dunia, termasuk lembaga-lembaga sosial atau bahkan di dalamnya termasuk investor-investor dari orang-orang terkemuka dunia seperti selebriti Hollywood, harus menghadapi potensi rugi yang belum pernah mereka bayangkan.

prosesi permaluan Amerika, sepertinya menjadi sempurna pekan-pekan ini dengan dilemparnya Presiden Amerika dengan sepatu oleh Wartawan TV Al Baghdadi, bukan cuma satu tapi dua sepatu! Dan kejadian itu disaksikan jutaan orang di dunia, bahkan oleh beberapa stasiun TV konferensi pers (dimana kejadian itu terjadi) itu disiarkan secara langsung. Kini visual kejadiannya menjadi tontonan yang paling dicari di internet, stasiun TV di seluruh dunia hingga beberapa hari terus membahas dan mengulang-ulang berita itu. Yang lebih lucu lagi, warga Amerika sendiri ada yang berkomentar di website Aljazeera.net/english seperti ini: Americans wish we had the chance to do something similar to Bush... (mungkin dalam waktu yang tidak lama banyak orang di dunia yang akan mengejar untuk mendapatkan sepasang sepatu itu... nilai historis dan emosionalnya begitu tinggi).

Kepada siapa saja yang hatinya tengah berbunga, karena boleh jadi ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi saksi atas kehancuran sebuah bangsa yang pernah begitu dikagumi dan dielu-elukan, mari cermati setiap detik kehancuran itu. Jangan sampai ada peristiwa yang terlewatkan untuk kita saksikan, karena disetiap kejadian itu ada pesan Tuhan yang begitu jelas Beliau sampaikan, kehancuran adalah akhir bagi sesiapa yang berbuat kezaliman.

Senin, 15 Desember 2008

Hubungan si Kaya dan si Miskin (2)

Bagaimana jika si kaya tidak memiliki zuhud terhadap hartanya? Bagaimana jika si miskin tidak qona’ah dengan keadaannya? Mungkin nasehat Sayyid Quthb dalam tafsir Fizilalil Qur’an, menjelaskan hubungan mereka. Jika dibiarkan keadaan si kaya dan si miskin seperti itu, maka interaksi mereka pasti interaksi saling bermaksiat. Si kaya mengambil hak-hak si miskin, atau bahkan mengajak si miskin bermaksiat bersama. Sementara si miskin melayani kemaksiatan si kaya, hingga kemaksiatan bukan lagi keterdesakan baginya, tetapi sebuah gaya hidup yang ia nikmati secara perlahan atau bahkan menjadi cita-cita masa depan.

Jangan biarkan si kaya asyik dengan kekayaan dan keserakahannya, karena suatu waktu mereka akan mengajak si miskin bermaksiat bersama mereka. Lihatlah ketika manusia-manusia kaya bergelimang harta, sementara dihatinya tidak tertinggal rasa iman, maka harta kemudian menjadi alat yang efektif untuk memuaskan nafsu mereka. Dan siapa yang melayani kebutuhan nafsu itu? Tentu si miskin yang tak memiliki pilihan kecuali kerja apa saja untuk perutnya yang kosong, terlebih lagi si miskin tak memiliki prinsip kehormatan yang sepatutnya menjaga harga diri dan kemuliaannya sebagai manusia.

Akhirnya semua perangkat dan sistem kehidupan terjebak dalam interaksi kaya dan miskin yang tidak sehat. Dibalik interaksi mereka yang saling memuaskan nafsu, pada dasarnya mereka saling tipu dan memperdaya. Tetapi gegap gempita pergaulan mereka telah mengaburkan hakikat itu, hakikat itu menjadi asing bagi mereka, bagi kehidupan atau bagi zaman dan peradaban.

Anda, yang sadar pada hakikat ini, adalah sedikit dari sedikit manusia yang diberikan kemuliaan dan kehormatan oleh Tuhan, mampu melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dan itu bukan sebuah kebetulan. Kemuliaan itu seharusnya berujung pada kesadaran bahwa ada amanah yang harus anda jalankan, yaitu MELAKUKAN PERBAIKAN! Gerakan perbaikan harus dilaksanakan. Gerakan penyadaran harus segera digelar. Anda dan semua manusia yang sadar harus berkumpul bersama, kemudian belajar, berencana dan bergerak bersama.

Amanah bagi mereka adalah mengenalkan nilai-nilai baru bagi kehidupan, yang kemudian melahirkan kelaziman baru, budaya baru, atau bahkan peradaban baru. Tentu semua itu diawali dengan gerakan-gerakan penyadaran kepada seluruh manusia. Pada ketika yang sama, upaya membentuk generasi baru yang akrab dengan Islam harus menjadi kerja-kerja utama. Generasi baru harus diasingkan dari kegilaan zaman. Anda, saya dan kita harus memusnahkan kelaziman zalim dari generasi-generasi selanjutnya. Ketika kesadaran itu sudah memenuhi hati dan prilaku anda, maka pastikan bahwa tidak ada generasi yang lahir dari anda mengenal kegilaan zaman yang telah anda tinggalkan.

Ditengah-tengah upaya itu, mari berdoa, semoga Allah berikan kemudahan jalan dan kesabaran ekstra bagi kita semua. Setidak-tidaknya untuk duduk diam di sudut dunia, membujuk diri agar tidak hanyut dalam gegap gempita dan pesta-pora dunia dengan kemegahannya.

Minggu, 14 Desember 2008

Hubungan si Kaya dan si Miskin

Sejarah menunjukkan bagaimana peristiwa-peristiwa penting berupa pergolakan-pergolakan sosial terjadi akibat hubungan yang tidak berjalan baik antara dua golongan masyarakat, yaitu golongan kaya dan miskin. Atau setidak-tidaknya pergolakan sosial selalu dihubungkan dengan isu ketimpangan antara dua golongan tersebut. Bahkan dinamika kehidupan manusia pada berbagai aspeknya tidak bisa lepas dari konflik dari dua golongan ini. Bagaimana Islam melihat masalah ini? Dan bagaimana konsep Islam terimplementasi dalam perekonomian?

Islam memandang kedua golongan tersebut dengan proporsional dan adil. Keduanya memiliki spesifikasi dan keistimewaannya sendiri-sendiri. Anjuran-anjuran untuk menjadi kaya secara implicit dan eksplisit sudah tertuang dalam firman Tuhan dan sabda Nabi. Begitu juga bagi golongan miskin, tidak kalah kemuliaan bagi mereka seperti juga di khabarkan di Qur’an dan Sunnah. Keduanya bukan kemudian berkompetisi dalam bentuk konflik sosial, berebut suara bentuk tuntutan-tuntutan hak dan kewajiban. Seperti apa kemuliaan keduanya dan bagaimana interaksi mereka?

Ketika seruan Nabi menyatakan bahwa “manusia yang terbaik diantara kalian adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain”, maka golongan kaya dari masyarakat menjadi golongan yang paling berpotensi untuk menjadi manusia yang terbaik dari manusia baik yang ada. Itu mengapa Nabi juga pernah mengatakan “Orang-orang kaya telah meraih pahala (yang banyak)… .” Karena dengan hartanya mereka memiliki kemampuan untuk memaksimalkan kemanfaatan dirinya dan kemudian tampil menjadi manusia terbaik. Semakin banyak hartanya semakin melimpah kemanfaatan dirinya, sehingga semangat mencari harta semakin meninggi untuk motif tersebut.

Sementara itu, golongan miskin dimuliakan ketika mereka berpegang pada teguh pada Islam dengan segala kesabaran, menjaga harga diri dan kehormatannya, sehingga status ekonominya tidak membatasi mereka dalam beribadah, bermuamalah dan beramal secara maksimal. Ketika ditanya mengapa Sahabat Barra bin Malik sedikit tidak memperbaiki kondisi hidupnya dengan mengambil haknya dari ghanimah-ghanimah perang yang diikutinya atau sekedar meminta kepada Allah karena doa lisannya yang selalu diijabah, beliau dengan santun beralasan kalau beliau selalu teringat-ingat sabda manusia kesayangannya Rasulullah SAW; di akhirat akan ada golongan manusia pertama dan utama yang akan masuk ke syurga yaitu golongan miskin yang istiqomah.

Artinya, dalam Islam golongan miskin boleh jadi adalah realitas ekonomi, tetapi kehormatan dan kemuliaan Islam sangat mungkin menjadi motivasi mereka memelihara kemiskinan. Bahkan beberapa diantara mereka menghalangi dirinya menerima sedekah demi menjaga kesucian perjuangan, dan pengorbanan mereka. Duh, betapa generasi itu sudah punah di zaman ini.

Lihatlah saudara-saudara, orang kaya yang zuhud dengan hartanya dan orang-orang miskin qona’ah dengan keadaannya, mereka berhubungan dan bergaul dengan berpedoman pada prinsip memaksimalkan kemanfaatan diri dan penjagaan kehormatan. Pergaulan yang penuh berkah dan hikmah, yang didalamnya tidak memiliki nilai apapun kecuali nilai ibadah bagi keduanya. Kesahajaan, keteduhan dan kesantunan menjadi warna pergaulan ekonomi Islam.

Kepada saudara-saudara, apapun posisi anda, apapun status sosial ekonomi anda, mari kita wujudkan kembali bentuk dan warna pergaulan itu. Kita berikan nuansa baru bagi dunia, kita tunjukkan pada mereka seperti apa Islam sebenarnya dalam pergaulan ekonomi. Tapi pergaulan itu membutuhkan manusia-manusia kaya dan miskin yang memahami betul-betul akidah dan akhlak Islam, meresapi Islam dengan utuh, pengetahuan sepenuhnya menjadi prilaku. Oleh sebab itu, mari sisihkan waktu untuk duduk di majelis-majelis ilmu pengkajian Islam, mari sisihkan tenaga untuk ikut dalam langkah-langkah dakwah dimanapun dan dalam bentuk apapun.

Wallahu a’lam
Ali Sakti

Misi Perjuangan Ekonomi Islam

Ratusan ribu manusia memenuhi jalan-jalan kota Gaza dan berkumpul di lapangan utama memperingati berdirinya organisasi perlawanan Palestina “HAMAS” (Gerakan Pembebasan Islam). Mereka berdiri dan saling menyemangati serta memperteguh cita-cita membebaskan tanah suci mereka Palestina dari cengkraman penjajah Yahudi. Cita-cita dan tekad yang terus terpelihara selama lebih dari 50 tahun. Perjuangan, ya perjuangan adalah esensi kehidupan mereka. Dan tidak berlebihan bahwa perjuangan Palestina bersama Hamas adalah juga perjuangan keyakinan, perjuangan menegakkan panji-panji Islam.

Saya kembali tertegun dan merenungkan perjuangan yang kini menjadi kerja sehari-hari, dan juga menjadi kerja saudara-saudara lain di berbagai lembaga, berbagai bentuk kerja, yaitu perjuangan membumikan ekonomi Islam. Apa hubungannya perjuangan pembebasan Palestina dengan pembumian Ekonomi Islam?

Belum beranalisa lebih jauh, renunganku sudah menemukan kesimpulan dengan sedikit rasa primordial, dua perjuangan itu SAMA! Keduanya memiliki satu nafas perjuangan menegakkan Islam disetiap jengkal bumi. Mengenalkannya kepada semua makhluk bumi bahwa Islam adalah yang terbaik bagi kehidupan mereka. Dan ekonomi Islam adalah wajah Islam dalam ekonomi, artinya perjuangan ekonomi Islam adalah perjuangan menegakkan Islam. Oleh sebab itu, perjuangan ini tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan saudara-saudaraku yang ada di jalan-jalan kota Gaza.

Ekonomi Islam memiliki misi yang mungkin jauh dari bayangan orang yang tengah mempelajari, mendalami dan mencoba melaksanakannya. Misi ini menjadi bagian dari misi besar Islam yang memang tengah diperjuangkan oleh para intelektual, politisi, dan pelajar di seluruh belahan dunia dan di sepanjang zaman. Misi besar yang ingin mempersembahkan bentuk kehidupan yang lebih baik bagi manusia dan alam, bentuk kehidupan yang berpandu pada ketentuan-ketentuan Pencipta, Tuhan Semesta Alam.

Misi besar ini mungkin akan diterjemahkan negative oleh pihak-pihak yang memang telah memiliki persepsi negative terhadap Islam. Sehingga harapannya perjuangan ekonomi Islam diharapkan mampu menepis persepsi negative terhadap gerakan-gerakan perbaikan Islam non-ekonomi (politik, hukum, budaya dan pendidikan). Namun pada sisi lain, para pejuang-pejuang ekonomi Islam harus memahami misi besar ini, sehingga mereka selayaknya memiliki semangat ekstra, inovasi lebih, endurance yang prima, kualitas kerja yang tinggi dan tentu saja pengorbanan yang lua. Khusus pengorbanan, ia harus menjadi konsekwensi yang sudah diikhlaskan oleh para pejuang-pejuang ekonomi Islam.

Diakhir-akhir renungan, saya teringat cerita orang-orang shaleh terdahulu, kehidupan dan prilaku mereka. Saudara-saudara seperjuangan, saya mengajak diri sendiri dan anda, mari bercermin selalu dengan prilaku tawadhu, zuhud dan qona’ah para Nabi dan wali. Sepatutnya pejuanglah yang mencontohkan prilaku itu dengan kualitas terbaik bagi semua. Pejuanglah yang mewujudkan kelaziman baru ekonomi ini. Mereka berada di baris terdepan dalam berbuat, dan berkorban. Tapi percayalah, kemuliaan dan kehormatan dari Tuhan adalah pejuang akan berada di barisan terdepan dari barisan-barisan calon penghuni syurga. Boleh jadi di barisan terdepan itu, anda pejuang, akan berada satu shaf dengan saudara-saudara pejuang pembebas Palestina…

Wallahu a’lam
Ali Sakti

Selasa, 09 Desember 2008

Intermezzo dalam Lamunan Pagi

Apa yang ada di benak anda jika Allah SWT berikan kemuliaan dan kehormatan kepada anda, berupa informasi bahwa besok anda akan mendapatkan kekayaan melimpah yang mampu mengangkat derajat status ekonomi anda sama seperti konglomerat-konglomerat di tanah air? apa yang anda akan lakukan? pastinya akan otomatis pop-up berbagai rencana di benak anda, entah itu ingin keliling dunia, naik haji, ber-ZISWaf, buka perusahaan... apa lagi?

Tapi apakah rencana itu akan terejawantah begitu kekayaan ada di tangan? Atau malah membuat anda semakin kikir dari sebelumnya, karena anda mengalami shock yang membuat anda sangat paranoid kehilangan kekayaan itu secara mendadak, semendadak anda mendapatkannya. Well, kita tidak tahu, prilaku manusia sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang telah membentuk dan memapankan karakteristik berikut emosinya.

Kekayaan boleh jadi membuat kita menjadi semakin gila atau malah membuat kita menangis. Semua tergantung kesadaran. Jika kita tidak sadar, kita akan larut asyik dengan arus kenikmatan dunia yang dibawa oleh harta itu, yang selama ini selalu menjadi angan-angan bawah sadar kita. Tetapi ketika kita sadar, boleh jadi kita menangis sejadi-jadinya, karena harta itu telah merenggut waktu-waktu berharga kita untuk selalu dekat dengan Tuhan.

Waktu zikir telah tergantikan dengan konsentrasi menghitung-hitung lembar uang atau audit setiap malam berapa penerimaan dan pengeluaran dari harta yang kita punya. Waktu tilawah telah berganti dengan waktu-waktu mengutak-utik mobil kesayangan. Atau sekedar istighfar telah hilang dari lisan kita, karena lidah kini sibuk dengan kunyahan-kunyahan kuliner yang selalu mengisi waktu demi waktu.

Duh saudaraku, kemuliaan dan kehormatan Tuhan itu ternyata tak seindah yang kita bayangkan.

Belum habis kunyahan dan kenikmatan tadi, kini khabar baru datang dari Tuhan, kalau besok anda ditakdirkan untuk meninggalkan dunia. Ya besok anda mati! Sudah siapkah atau anda masih bingung dengan takdir yang pertama?

wallahu a'lam

ali sakti

Sabtu, 06 Desember 2008

Ekonomi Qurban

Ternyata ketentuan-ketentuan ibadah Islam memiliki peran masing-masing yang signifikan dalam dimensi ekonomi. Ketentuan ibadah yang pokok dan cukup dikenal adalah zakat. Keberadaan zakat dalam ekonomi ternyata memastikan berlangsungnya kegiatan ekonomi pada tingkat yang minimum.

Zakat yang bersifat wajib, berfungsi memastikan adanya tingkat permintaan minimal dalam pasar, yaitu permintaan barang kebutuhan pokok dari para mustahik. Zakat menjadi instrumen pemastian purchasing power masyarakat bawah (mustahik) oleh masyarakat kaya (muzakki). Dengan begitu, perekonomian tidak akan kehilangan daya serapnya yang minimal.

Bagaimana dengan ketentuan ibadah yang lain? Dalam waktu dekat ini, kita akan merayakan hari raya Idul Adha, dimana ritual ibadah yang akan dilakukan adalah pemotongan hewan Qurban dari masyarakat mampu kepada masyarakat tidak mampu. Apa fungsinya ketentuan ibadah ini dalam dimensi ekonomi?

Ibadah Qurban merupakan anjurat utama bagi masyarakat mampu untuk bersedia menyisihkan sebagian hartanya dalam bentuk hewan qurban untuk disembelih dan membagikan dagingnya kepada masyarakat miskin. Qurban menjadi event kebersamaan, karena penikmatannya bukan hanya bagi orang miskin, tetapi sebagian daging hewan qurban tersebut diperkenankan untuk dinikmati pemberi qurban.

Qurban menjadi event penting, dimana masyarakat kaya harus menjamu masyarakat miskin dengan hartanya. Dari aspek sosial ekonomi, qurban kembali memastikan interaksi yang harmoni antara masyarakat miskin dan kaya, tidak dalam patron belas kasihan tetapi dalam bentuk perjamuan. Qurban memastikan pemberian orang kaya kepada orang miskin dalam bentuk yang spesifik yaitu daging hewan qurban, bukan dalam bentuk yang mungkin lebih dibutuhkan oleh masyarakat miskin berdasarkan kondisi kekinian (current condition) seperti uang misalnya.

Pemastian bentuk pelayanan orang kaya kepada orang miskin ini tentu memiliki implikasi ekonomi yang unik dan spesifik. Dengan ibadah Qurban, masyarakat kaya berarti memastikan permintaan (demand) mereka terhadap barang produksi spesifik yaitu hewan qurban. Kepastian demand ini tentu saja akan memelihara supply. Artinya keberadaan qurban memastikan bahwa sektor peternakan hewan qurban selalu memiliki pasarnya sendiri. Besar kecilnya tingkat demand dan supply yang menentukan volume ekonomi qurban sangat ditentukan oleh keimanan orang-orang kaya.

Dengan sifat Qurban yang sukarela (anjuran utama bagi mereka yang mampu), merefleksikan bahwa keimanan memiliki peran yang vital dalam mendorong volume transaksi ekonomi akibat aktifitas qurban. Karena memang keimananlah yang mendorong apakah orang kaya mau berkurban atau tidak. Dengan keimanan pula masyarakat kaya menentukan apakah ia akan berkurban kambing atau sapi, satu atau dua hewan qurban, dengan asumsi bahwa mereka mampu atau memiliki harta yang cukup untuk itu.

Sekali lagi (dari beberapa tulisan saya tentang korelasi keimanan dan pertumbuhan ekonomi), terdapat banyak instrumen dalam ekonomi Islam yang menunjukkan bahwa peran keimananlah yang menentukan tingkat atau taraf perekonomian. Maka sudah sepantasnya tinggi-rendahnya keimanan menjadi parameter keberhasilan ekonomi. Dan qurban menjadi salah satu instrumen ekonomi yang menunjukkan korelasi keimanan dan taraf perekonomian.

Pada masa yang akan datang sepatutnya secara masal, qurban dikelola dengan lebih profesional. Misalnya masyarakat dikenalkan dan perlahan-lahan diarahkan agar mampu berkurban setiap tahun. Bagaimana caranya? Mungkin dapat dengan memunculkan lembaga keuangan atau produk keuangan baik perbankan maupun non-perbankan yang memberikan pelayanan tabung qurban.

Dengan tabung qurban masyarakat secara sengaja menyisihkan pendapatannya untuk jangka waktu satu tahun, agar ketika hari raya Idul Adha tiba mereka mampu menjamu masyarakat tidak mampu dengan hewan qurbannya. Interval satu tahun tentu akan membantu pula kapasitas industri keuangan dalam penyediaan dana bagi kegiatan perekonomian lain.

Dengan kondisi krisis keuangan global yang berlangsung saat ini, volume qurban yang tinggi tentu akan meningkatkan volume ekonomi domestik. Apalagi Indonesia memiliki populasi muslim yang terbesar di dunia, bermakna qurban memiliki potensi yang baik dalam menjaga perekonomian domestik, khususnya dalam kondisi krisis keuangan saat ini (lihat tulisan saya sebelumnya "Solusi Krisis: Mari Belanja").

Ayo mari ramai-ramai berkurban.

Beri Sebanyak-Banyak Manfaatmu

Berapa banyak sudah ayat-ayat Tuhan yang kita baca? Lembar demi lembar dalam Qur'an bahkan sudah berulang kali kita lewati. Tetapi seberapa banyak firman-firman itu masih ada dalam memori akal atau sekedar membekas dalam hati kita? Dan berapa banyak lagi yang kita pahami untuk menjelma menjadi amal sehari-hari?

Hari-hari kedepan menuntut lebih banyak usaha dan fikiran kita, dalam mewujudkan Islam menjadi sebuah kelaziman, menjadi budaya atau bahkan menjadi peradaban baru. Ternyata kebanyakan kita memiliki cita-cita yang begitu mulia, bermimpi bahwa Islam akan menjadi pedoman dan hukum dunia. Tetapi ternyata kebanyakan kita tidak ingin kehilangan kesempatan menikmati kemegahan dunia.

Wahai diri, saya ingatkan pada diriku dan semua saudara-saudaraku, tidak akan tegak Islam oleh mereka yang di dalam dirinya berhimpun cita-cita yang mulia dan kemegahan-kemegahan dunia. Islam itu tegak dengan kesederhanaan, oleh mereka-mereka yang memahami kesederhanaan, menjalankannya dan memelihara dirinya dengan kesederhanaan.

Mari, jadikan kesederhanaan sebagai gerakan hidup. Mari mulai berhitung harta kita dari sisi kemanfaatannya, bagi diri dan bagi manusia lain. Jangan hitung ia dari sisi penikmatannya, karena pasti ia hanya ada untuk diri pemiliknya. Mari ukur-ukur kebutuhan tidak usah fokus pada keinginan dan nafsu. Mari, beri sebanyak-banyaknya manfaatmu bagi dunia, sehingga dunia tahu Islam masih ada dan siap tampil memimpin mereka.

wallahu a'lam
ali sakti

Diskusi Seputar Pasar Modal

Tanya:
Assalammualaikum wrwb. pak ali, ana mw tanya..bberapa hari yg ll, ana ikt seminaryg diisi o/ analis keuanganibu hendri saparini &pngamat ekonomisyariah..dari situ anamenangkap bhw jantungkapitalisme itu ada dipasar modal danperbankan,mski skrg byk yg sdh dilabeli syariah,tetapsaja ad unsur kapitalismdisana..kmdian ada wacanau/ menghapus keduanya. memang bisakahdemikian?

Jawab:
Mas Avicena, pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar sentral pelaku keuangan, tentu dengan perspektif itu pasar modal menjadi episentrum sektor keuangan, dan wajar dikatakan sebagai jantung kapitalisme. sementara pasar modal syariah sejauh ini kesyariahannya baru sebatas pada apakah perusahaan yang listing memenuhi kriteria syariah, belum pada teknis transaksi khususnya di secondary market, tidak heran ketika pasar modal dunia terjun bebas akibat krisis pasar modal syariah juga tidak ketinggalan terjunnya. Dihapuskan? sejauh ini saya berpendapat, sudah saatnya batas kesyariahan juga melingkupi teknis transaksi di secondary market dalam rangka mewujudkan pasar modal yang betul-betul syariah. misalnya pembatasan pembatasan motif transaksi spekulasi dengan instrumen pajak atau pembatasan waktu beli/jual. wallahu a'lam

Selasa, 02 Desember 2008

Islamic Financial Training in 2009

Dear Ali Sakti,
Please see below for details of our upcoming courses.

Modern Islamic Finance & Islamic Financial Products
18th - 21st January 2009, ABU DHABI
This exercise-driven, intermediate level course will cover the use and structure of the major Islamic sales and investment products. The program will also include the structure of more complex instruments, such as Sukuk, building up to the development of innovative hedging instruments and derivatives. Important accounting and risk management issues for each product will be discussed in detail. The exercises undertaken by delegates during the course are based on real-life case studies.

Sukuk & Islamic Capital Markets
1st - 4th February 2009, DUBAI
15th - 18th June 2009, LONDON
8th - 11th November 2009, DUBAI
7th - 10th December 2009, KUALA LUMPUR
This is a highly practical 4 day course delivered by industry expert Abdulkader Thomas. The program is conducted in a consultative fashion and all key concepts and structures are illustrated by a case study or an exercise. At various points during the course delegates are expected to work in groups to structure financing solutions for clients, and then present these ideas to the full class. Also included in the course will be the most recent update on the position of AAOIFI regarding Sukuk structures.

Islamic Project Finance Transactions
15th - 18th March 2009, MANAMA
Take this opportunity to understand the role and potential size of the project finance market today. Through case studies this new program will examine large scale and complex project finance transactions, including important risk, regulatory and ratings issues. Also, compare and contrast different uses and applications for Islamic products in project finance, including Murabahah, Ijarah, Salam and Istisna.

Risk & Macro Monetary Management In A Dual Banking System
23rd - 27th March 2009, KUALA LUMPUR
This course will cover the vital areas of Islamic and hybrid structured products, capital and money markets management as well as the complex issues of Islamic hedging mechanisms. The program will also offer a detailed examination of the operations, structure, regulatory and risk management issues of Islamic funds and other innovative financial products.

Islamic Financial Markets, Treasury & Derivatives
19th - 21st April 2009, DUBAI
This 3-day course is a mixture of interactive lectures and hands-on simulations which will require direct involvement from participants. Delegates will be given live market data and real-life scenarios, and be expected to develop strategies to manage positions. The program is competitive and there will be winners and losers!

For training information:
Derrick Lee
Senior Account Manager
603 2162 7800 ext 14
Indran Panneerselvem
Account Manager
603 2162 7800 ext 25
Hatem Almasri
Account Executive
603 2162 7800 ext 28

Company Address:
21/F, Menara KUB,12,
Jalan Yap Kwan Seng, 50450 , Malaysia
Tel: +603 2162 7800
Fax: +603 2162 7810

Senin, 01 Desember 2008

KESAKSIAN: Kepekaan dan Kewajiban

Sedikit intermezzo, syair iwan fals di kantata takwa sedikit mengingatkan kembali kita pada mereka yang papa, dan mengingatkan kewajiban kita apa...

KESAKSIAN

aku mendengar suara
jerit makhluk terluka
luka, luka
hidupnya
luka

orang memanah rembulan
burung sirna sarangnya
sirna, sirna
hidup redup
alam semesta
luka

banyak orang
hilang nafkahnya
aku bernyanyi
menjadi saksi

banyak orang
dirampas haknya
aku bernyanyi
menjadi saksi

mereka
dihinakan
tanpa daya
ya, tanpa daya
terbiasa hidup
sangsi

orang-orang
harus dibangunkan
aku bernyanyi
menjadi saksi

kenyataan
harus dikabarkan
aku bernyanyi
menjadi saksi

lagu ini
jeritan jiwa
hidup bersama
harus dijaga
lagu ini
harapan sukma
hidup yang layak
harus dibela

Minggu, 30 November 2008

Bait Al Hikmah

Muangkin ada yang betanya-tanya mengapa saya tayangkan gambar di samping ini yang bertuliskan Bait Al Hikmah. Tidak ada maksud-apa-apa sebenarnya, kecuali hanya ingin menunjukkan mimpi atau mungkin obsesi, tentang keberadaan lembaga yang menjadi rujukan para pencari ilmu, pencari kebijaksanaan, pencari hikmah, yaitu The House of Wisdom atau Bait Al Hikmah.

Saya memfungsikan blog ini sebagai Bait al Hikmah bagi saya. Karena renungan yang "pop-up" di kepala saya dalam jangka waktu tertentu dan tertuang dalam tulisan dapat memberikan hikmah baik bagi saya sendiri maupun bagi orang lain. Atau tulisan-tulisan pihak lain yang sejalan dengan misi blog ini menjadi hikmah buat semua.

Entah kapan, saya memang memimpikan satu tempat atau lembaga Bait Al Hikmah berdiri, dimana orang didalamnya bergaul dan berinteraksi murni untuk mencari ilmu. Mereka berkumpul bukan mencari nilai, sertifikat atau kompetensi atas motifasi lain kecuali kepuasan mendapatkan "wisdom". Dari wisdom itu, mereka akan lebih nyaman menjalani hidup yang didalamnya terdapat banyak cobaan, ujian dan kenikmatan. Dengan wisdom mereka bisa tampil menjadi manusia terbaik dari manusia baik yang ada.

Oleh sebab itu, misi dari Bait Al Hikmah itu adalah "mewujudkan manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain".

Dalam mimpi saya, Bait Al Hikmah terkumpul para pakar dari disiplin ilmu apapun yang saling membagi keilmuannya, dalam diskusi, dalam informal lectures, dalam kelas-kelas reguler dan ireguler. Di Bait Al Hikmah terdapat perpustakaan dengan buku-buku yang lengkap, tempat itu tepat untuk menyepi mencari hikmah. Tetapi juga tepat bagi siapa yang membutuhkan komunitas untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.

Bait Al Hikmah pada perspektif lain dapat menjadi knowledge cafe, tempat persinggahan orang yang ingin melepaskan kepenatan fikiran dan hati, dengan mendengarkan hikmah-hikmah dari lectures berbagai disiplin ilmu atau sekedar syair-syair Islami.

Hmmm... adakah yang bermimpi sama?

Konsep Tabungan dalam Islam

Keteladanan merupakan bentuk tafsir dari pemahaman terhadap suatu prinsip atau nilai-nilai. Dalam hal ini keteladanan Rasulullah SAW dan para Sahabat beserta ulama-ulama terdahulu dapat dijadikan referensi shahih dalam mencari definisi dan interpretasi atas suatu konsep Islam (khususnya ekonomi) dalam kehidupan modern. Keteladanan ini yang bagi saya dapat menjelaskan banyak hal mengenai banyak isu dalam bidang Ekonomi Islam.

Banyak yang bertanya kepada saya, seperti apa konsep tabungan dalam Islam ketika saya banyak memberikan contoh keteladanan para Sahabat dalam memperlakukan hartanya. Banyak Sahabat yang terkesan tidak melakukan aktifitas "saving" dalam definisi modern yang sangat terkait dengan potensi investasi. Para Sahabat lebih banyak memperlihatkan prilaku zuhud dan qona'ah dalam bentuknya yang ekstrem, yaitu tidak meninggalkan sisa hartanya dalam bentuk "saving".

Alasannya akan sangat tidak relevan, jika kita mengajukan dalih bahwa aplikasi fund intermediary belum berkembang pada masa itu. Dengan begitu, alasan yang sangat mungkin dikedepankan adalah, bahwa penyisihan harta (deposit - D)) dalam prilaku Islam memiliki dua motif; berjaga-jaga (saving - S) dan investasi (Investment - I), diluar konsumsi dan amal shaleh.

D = S + I

bukan seperti yang selama ini diformulakan konvensional:

D = S = I


Selain itu, alasan yang juga cukup valid untuk di ajukan adalah begitu ketat dan tingginya prilaku para Sahabat yang percaya dengan janji-janji Allah SWT. Janji-janji yang menjadi pedoman tersebut diantaranya: Allah SWT akan lipat-gandakan rizki seseorang yang membelanjakan hartanya di jalan kebajikan atau Allah tidak akan memberikan cobaan (yang berisiko memakai harta, jiwa dan tenaga dimasa yang akan datang) kepada seseorang di luar kemampuan orang tersebut.

Dengan demikian, salah satu jalan untuk melancarkan rizki (harta) dalam perspektif para sahabat bukan malah menyimpannya tetapi MEMBELANJAKANNYA! Tentu saja dalam bentuk belanja kebajikan. Disamping itu, penyisihan harta dalam bentuk tabungan tidak akan berlebih-lebihan karena mereka percaya bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan dirinya.

Kamis, 27 November 2008

Islamic Finance News: Islamic Banking in Bahrain

Dear Ali Sakti,

Monetary Authority of Singapore managing director Heng Swee Keat says one of the most significant lessons about the ongoing financial crisis is also the most basic, that is, finance needs to return to its basic function of allocating scarce capital to the most productive uses, with the capital earning an appropriate risk-adjusted return.

In this regard, the underlying precept in Islamic finance of not using capital for speculation but to build productive capacity and generate sustainable economic growth takes on great relevance. He is confident that by adhering to this basic precept, Islamic finance will assume a more prominent role in the coming years.

He also feels that regulators, financial institutions and investors all have a role in bringing about an effective regulatory regime. Singapore has taken a further step: it has placed the primary responsibility for sound risk management and oversight of each institution on the board and senior management, which, Heng says, must set the right tone and culture.

At this week’s World Islamic Banking Conference which Heng attended, Hari Bhambra, senior partner at Praesidium, spoke of Islamic finance products having potential take-up in markets like the US, where they may be repackaged as ethical or moral products, like the “green” or Christian funds already on offer.

In supporting ethical finance, Fair Capital CEO Iqbal Ahmed Khan welcomed the idea of “an alliance of goodness” with other ethical products around the world. Islamic finance needs to be an agent for “democratized wealth, to bring more people into the banking system”, he said. “It could create a major force of goodness, and hopefully will address the needs of the most vulnerable members of society."

That’s a rosy picture. But the reality is that Islamic finance has a long way to go even in the basic requisites of education, communication and acceptance. On top of that, according to this week’s DIFC Forum, the Islamic banking industry has a confidence problem. It won’t become a major force in the GCC until current investors gain confidence in their own regional structures, and sovereign wealth funds are invested locally, rather than in markets like New York or London, the panelists said.

Another point of view was from Ahmed Khan, CEO of Fajr Capital. He felt that Islamic finance should play a role in finding solutions to support people who belong to the most vulnerable sections of society. “The financial crisis will affect poverty reduction budgets around the world and there is a risk of increased polarization between the rich and the poor. Islamic finance can play a role in helping the poorest sections of society by finding creative solutions to support them.”

Bahrain Central Bank governor Rasheed Al Maraj meanwhile reminded the Islamic financial industry on the importance of risk diversification, good liquidity management and sound corporate governance if it is to continue to enjoy a framework for stability against the background of global financial turmoil. He suggested that the industry develop a greater diversity of business models, more diverse and stable income sources, and more robust risk management and stress testing techniques.

It certainly was a week of brainwaves.

The next issue will be available from Friday 5th December 2008.

Best regards,
IFN team

Senin, 24 November 2008

Harga Mahal Suatu Kebosanan

Mana yang kita beli, ketika ada dua pilihan dihadapan kita, membeli handphone biasa atau blackberry. Tentu yang menjadi constrain utama kita adalah budget, bagaimana kalau budget tidak menjadi masalah, apa yang menjadi constrain setelah itu? Bila norma dan pertimbangan kepekaan sosial tidak menjadi masalah pula, maka ukuran kepuasan dari sisi prestise atau gengsi tentu akan lebih dikedepankan. Ya blackberry pasti yang akan dipilih, meskipun penggunaan featurenya juga sama saja dengan yang ada pada handphone biasa; telephone dan sms saja.

Masih banyak lagi pilihan yang dilakukan manusia di dunia ini, yang jauh dari pertimbangan kemanfaatan, sehingga akhirnya uang "terbuang" percuma dalam rongsokan barang-barang mewah. Atau uang-uang lebih banyak terkurung digudang-gudang berupa barang-barang tak terpakai entah karena lecet, tak enak dipandang atau hanya karena bosan.

Pernah anda bayangkan di satu sisi ada orang yang terseok-seok sekedar untuk mencari sesuap nasi sementara pada sisi yang lain tak sedikit orang mencampakkan barang yang dibelinya hanya karena BOSAN?! bosan warnanya, bosan modelnya, bosan ini, bosan itu...

Saya berangan-angan setiap orang kaya amanah dengan harta dan keinginannya. Mereka berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Mereka lebih mengedepankan azas kemanfaatan dalam berkonsumsi, lebih mendahulukan apa yang mereka butuhkan daripada keinginan. Tetapi pada saat yang sama, ringan tangannya untuk memberikan charity bagi mereka yang tidak mampu.

Saya perkirakan potensi ekonomi dari prilaku tidak amanah pada harta ini begitu besar. Karenanya saya perkirakan "uang idle" berupa onggokan barang-barang mewah digudang-gudang, atau barang biasa yang tidak digunakan karena kebosanan pemiliknya tidak kalah besarnya dengan "uang idle" yang terkonsentrasi di pasar-pasar keuangan.

Pernahkah kita berhitung-hitung berapa usia barang yang kita beli. Usianya tentu diukur dari berapa lama anda menggunakannya. berapa usia baju dalam anda? berapa usia kemeja, jam tangan, tas, kacamata, laptop, HP, sepatu, sendal, mobil, sepeda motor, stik golf, raket tenis, atau sekedar berapa usia kesukaan anda pada barang apapun? Bukankah harga kebosanan itu mahal?

Tidak terasa ya, pernik-pernik harta yang melekat dan dekat dengan kita semakin hari semakin banyak. Akhirnya tanpa sadar perhatian kita habis tersita untuk pernik-pernik itu, bagaimana kalau kemeja kita tertumpah tinta, laptop kena virus, jam tangan pecah kacanya, HP tak bisa on, mobil tergores catnya, raket tenis putus senarnya. Waktu luang habis untuk membetulkan itu, kalau sudah letih, buang saja, taruh di gudang dan beli yang baru.

Kalaupun kita memberikan charity, berbuat baik kepada orang lain, kita pada dasarnya hanya "membuang" barang -barang yang membosankan bagi kita, karena kita juga ingin mengurangi isi gudang rumah kita. Ya, akhirnya tidak ada itu kepentingan orang lain, semuanya adalah untuk kepentingan kita, sekalipun untuk memberikan charity.

Minggu, 23 November 2008

Global Financial Crisis: Psikologi Bangsa Amerika

Melihat perkembangan krisis keuangan Amerika Serikat yang tidak membaik, membuat saya tertarik untuk menulis perubahan psikologis Amerika sebagai bangsa. Kehancuran industry keuangan yang mulai meluas dan mendalam kekacauannya menjadi krisis ekonomi tentu mempengaruhi kredibilitas profesionalisme pekerja Amerika di kancah internasional. Cerita tentang profesionalisme, kompetensi, keahlian dan integritas bangsa Amerika tentu jatuh dan saat ini mungkin menuju pada tingkat reputasinya yang terendah.

Kondisi ini jadi mengingatkan saya pada kritik Joseph E. Stiglitz yang pernah mengatakan bahwa professional Amerika diuntungkan oleh reputasi Amerika sebagai Negara dalam menilai kemampuan profesionalisme mereka, baik reputasi yang berasal dari politik, ekonomi maupun sosial budaya. Stiglitz secara pedas mengatakan dengan reputasi itu professional Amerika menerima keuntungan pada apapun keadaan perusahaan yang mereka tangani. Jika perusahaan berjalan dengan baik, maka akan ada justifikasi bagi mereka untuk mendapatkan bonus special atas alasan kinerja perusahaan yang stabil, namun kalaupun perusahaan tidak berjalan baik, tetap saja ada justifikasi bagi mereka untuk mendapatkan bonus special, denan alas an bahwa karena merekalah perusahaan tidak terpuruk lebih dalam.

Tidak berapa lama lalu kita saksikan arogansi Amerika dalam kampanye “war on terror” mereka, yang memojokkan hampir semua negara di dunia dengan kalimatnya yang terkenal: “anda bersama kami atau anda bersama teroris.” Kini kita lihat di forum apapun, posisi Amerika berubah menjadi negara yang terpaksa tahu diri dengan kondisi yang ada. Kini Amerika begitu lemah (kalau tidak mau dikatakan hina), bahkan terkesan menghiba kepada the rest of the world, meminta keterlibatan semua negara di dunia untuk ikut menyelesaikan krisis keuangan global yang notabene akibat ketidakbecusan mereka mengelola ekonomi.

Di pertemuan G-20 summit di Washington - US, pertemuan Apec di Lima - Peru, dan forum-forum lainnya, pada hakikatnya merupakan forum-forum downgrading status keadidayaan Amerika. Karena di forum itulah semakin terlihat ketidakmampuan Amerika untuk berbicara lebih lantang khusus dalam bidang ekonomi. Penurunan reputasi dan ketidakprofesionalitasan ekonomi akan berimbas pada sector-sektor terkait seperti sector pendidikan. Ketidakbecusan ekonomi diperkirakan akan membuat reputasi sekolah atau universitas-universitas Amerika akan semakin memburuk, dan boleh jadi akan menurunkan minat pelajar internasional untuk menimba ilmu disana. Dan ini dapat saja merembet pada minat studi politik, hokum dan disiplin ilmu lainnya.

Khusus untuk George W. Bush, di penhujung karirnya, kondisi ini menjadi situasi yang sempurna mempermalukan dirinya. Hingga akhir tahun 2008 ia menanggung hari-hari yang memalukan bagi dirinya dan bagi bangsa Amerika. Administrasi yang buruk di dalam negeri, penanganan bencana, banjir, badai, kebakaran hutan menjadi ukuran untuk itu. Politik luar negeri yang represif semakin membangkitkan kebencian dan dendam, bukan hanya pada Negara musuhnya tetapi juga membuat apatis para sekutu Amerika. Mungkin ia menjadi presiden yang berhasil membenamkan reputasi Amerika, ia menjadi sejarah hitam bagi bangsanya. Mungkin pula ia tidak menyangka reputasinya dipenghujung karirnya buruk seperti ini. Beginilah harga sebuah arogansi dari pemimpin sebuah bangsa, yang malu bukan hanya dirinya tetapi juga bangsa yang dia pimpin.

Kondisi ini, tentu akan juga sangat mempengaruhi industry film Amerika, yang selama ini menjadi alat propaganda dalam meningkatkan image mereka di dunia. Dengan industry filmnya, Amerika berhasil membentuk persepsi dunia bahwa mereka adalah bangsa yang unggul dan tangguh. Kini dan kedepan nanti, boleh jadi tema-tema film Hollywood akan berganti menjadi tema yang lebih realistic dalam menampilkan negaranya. Kritikan melalui film ini sudah mulai muncul melalui tema-tema film yang berlatar belakang perang timur-tengah dan satir politik negeri Paman Sam.

Sementara itu image negative pun mulai disematkan kepada warga Amerika dimanapun mereka berada di seluruh sudut dunia, baik ia sebagai pekerja, diplomat maupun sekedar menjadi turis. Tak jarang mereka juga tidak sungkan-sungkan mempermalukan negaranya di depan bangsa lain terkait dengan arogansi Negara mereka yang ditunjukkan oleh pemimpin-pemimpinnya. Di dalam negeri, fenomena ketimpangan, prilaku amoral, kriminalitas dan diskriminasi rasial semakin nyata dan ditonton dunia. Pemandangan yang kontradiktif atau mungkin paradox dengan gembar-gembor diplomasi mereka. Akhirnya Amerika sekedar menjadi Negara yang menarik untuk di saksikan tetapi tidak untuk diikuti, dicontoh atau bahkan direplikasi.

Jumat, 21 November 2008

Peradaban Kapitalisme

Banyak yang telah menunjukkan euphoria kemenangan, dengan mengatakan bahwa saatnyalah kehancuran ekonomi kapitalis, sampai-sampai, gringo-gringgo dan kamerad-kamerad ekonomi sosialis di Amerika Latin dan sisa-sianya di Eropa Timur, turun kejalan merayakan euphoria itu. Hugo Chaves Presiden Venezuela memimpin langsung perayaan itu di jalan-jalan ibukota Venezuela, bahkan khabarnya menetapkan hari kehancuran keuangan Amerika/Kapitalis yang ditandai dengan likuidasi Lehman Brothers sebagai hari libur nasional.

Betulkah kapitalisme segera menutup usianya? Sejauh mana sih kehancurannya? Pertanyaan ini yang tidak sedikit membuat perdebatan baru dikalangan oponen Kapitalisme. Mereka terbagi menjadi dua golongan ekstrem; golongan realistic dan golongan militant. Golongan realistic merasa bahwa kapitalisme terlalu raksasa untuk tumbang, yang akan terjadi akhirnya hanyalah restrukturisasi kapitalisme, dimana at the end of the day kapitalisme tetap akan berdiri tegak tapi wajah dan aromanya telah berganti. Sementara golongan militant yakin bahwa ekonomi kapitalisme akan hancur-sehancur-hancurnya, seperti hancurnya hegemoni golongan gereja dalam bernegara sebelum revolusi industry di Eropa.

Saya mungkin terlalu lama merenung dan memikirkan ini, sebelum secara jelas mengambil posisi ada dimana; realistic atau militant. Saya mulai percaya bahwa kapitalisme saat ini tidak sekedar hanya sebagai system ekonomi, tetapi ia telah menjelma menjadi raksasa yang sangat besar. Kapitalisme telah menjadi peradaban bagi manusia modern saat ini. Karena perannya sudah melintas batas, bukan hanya ada di ranah ekonomi. Tetapi kapitalisme eksis dan membumi di wilayah politik, hukum, budaya dan pendidikan. Tidak salah memang jika ekonomi digelari sebagai Queen of Science.

Kapitalisme merubah wajah politik monarki dan musyawarah menjadi politik pasar yang kita sebut demokrasi. Pemimpin dipilih melalui mekanisme pasar berdasarkan pertemuan kekuatan demand rakyat dan supply politikus partai politik. Betul-betul wilayah politik berubah menjadi pasar atau sektor “ekonomi” jenis baru dalam imperium ideologi kapitalisme. Politik tidak menjadi alat pelayanan terhadap rakyat, politik berubah menjadi lahan mencari nafkah, bahkan pembukaan jurusan di perguruan tinggi terkesan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan laborforce di wilayah ini.

Pada wilayah hukum, ayat-ayat hukum dirumuskan dan dikembangkan menggunakan patern yang sama dengan apa yang sudah kapitalisme lakukan pada wilayah politik. Ayat-ayat hukum terformulakan berdasarkan kebutuhan pasar dan kecenderungan pasar. Sampai-sampai proses hukum mutakhir terkesan hanya berfungsi bagi mereka yang secara ekonomi terpinggirkan. Bagi mereka yang berdiri gagah memegang kendali pasar, para konglomerat dan politikus, hukum tidak memiliki taring.

Bagaimana dengan budaya? Lihatlah, budaya yang bertahan di semua belahan dunia adalah budaya yang diterima dan masuk dalam mekanisme pasar. Budaya yang memiliki nilai jual, memiliki demand di pasar, itulah yang budaya yang bertahan. Budaya pada lagu menjadi industri yang cukup besar, tapi hampir semuanya bukanlah lagu-lagu pada ajakan kebajikan. Budaya pakaian, industrinya yang berkembang adalah industri yang bersandar pada mekanisme pasar, dimana pasar cenderung meminta pakaian-pakaian berbahan baku terbatas alias pakaian umbar aurat.

Kapitalisme juga jelas terlihat jejaknya di dunia pendidikan. Lihat kurikulum pendidikan, lihat disiplin ilmu dan jurusan-jurusan yang ditawarkan. Lihat dunia pendidikan yang kini perlahan-lahan berubah menjadi industri. Sekolah pada semua jenjang berubah menjadi pabrik untuk mengeluarkan manusia-manusia robot atau buruh yang diminta pasar. Paradigma orang tua terhadap kesuksesan anaknya mengacu pada standard-standard kesuksesan materi kapitalisme, sehingga jurusan-jurusan terkemuka/terpandang di perguruan tinggi adalah jurusan-jurusan yang menjanjikan kesuksesan kapitalisme.

Jadi, lengkaplah kapitalisme menguasai semua subsistem peradaban manusia. Atau lebih tepatnya kapitalisme itulah peradaban modern ummat manusia saat ini. Dengan pemahaman seperti ini, mungkin keruntuhan ekonomi Amerika dan Eropa yang saat ini tengah berlangsung, sangatlah prematur untuk dijadikan landasan argumen bahwa kapitalisme akan runtuh. Kalaupun keruntuhan ekonomi betul terjadi, kapitalisme akan mampu membangun lagi, karena kapitalisme telah menjadi worldview dalam diri manusia, telah berubah menjadi norma masyarakat, telah melebur dalam kurikulum-kurikulum pendidikan. Artinya kehancuran kapitalisme secara utuh harus juga diikuti dengan kehancuran generasi dan sistem penopang peradaban kapitalisme.

Dengan demikian, prediksi yang paling logis dari skenario kehancuran kapitalisme salah satunya adalah peperangan. Tetapi sebelum itu terjadi, jikapun peradaban kapitalisme harus hancur, sepatutnya telah ada benih generasi dan sistem peradaban penggantinya. Saat ini yang sangat kuat menjadi kandidat itu adalah Islam. Sehingga hipotesanya jika peperangan itu terjadi, adalah peperangan peradaban kapitalisme dan peradaban Islam. Perseteruannya telah nampak saat ini, tetapi entah kapan pertempuran final akan terjadi.

Buat rekan-rekan aktifis dakwah, mujahid ekonomi syariah dan para pemerhati, saya yakin terlibat atau tidak terlibat anda dalam “pertarungan” itu, gerbong peradaban Islam ini tetap akan melaju menuju pada tujuannya yaitu mengambil alih kuasa peradaban manusia. Akan muncul nanti generasi “genuine” Islam yang memiliki kapasitas minimal dan menanggung amanah itu. Generasi inilah sebenarnya yang pula menjadi prerequisite eksistensi ekonomi Islam.

Jalan menuju terbentuknya generasi itu sudah terlihat, lihatlah kebangkitan golongan menengah muslim di banyak negara muslim, semangat keislaman tergambar dalam prilaku konsumsi dan produksi serta bentukan industri-industri ekonomi, buku-buku Islam menjadi buku terlaris, budaya Islam mengkristal pada setiap aspeknya, politik Islam mulai memunculkan kesadaran kebersamaan Islam (ukhuwwah Islamiyah) seiring dengan tumbangnya pemimpin-pemimpin muslim yang otoriter. Dalam ekonomi negeri-negeri Islam mulai berposisi kuat dan punya bargaining power. Lebih detil lagi, keluarga-keluarga muslim mulai mengenalkan Islam kepada anak-anak mereka sejak dini, mengenalkan baca tulis Al Qur’an, adab Islam, menggunakan nama-nama Islam dan lain sebagainya.

Ya, generasi Islam mulai tumbuh. Sudah dekat masanya bagi putra-putra Islam akhir zaman untuk menunjukkan keberadaannya. Bersiaplah rekan-rekan, jika anda sudah bersedia maju dalam gerbong peradaban ini, jangan malu-malu, jangan setengah-setengah, wakafkan semua yang kita punya. Islam tidak akan tegak dengan piknik dan senda-gurau. Mulailah kita berhitung, lebih banyak kita gunakan untuk apa harta, waktu, tenaga dan pikiran kita? Kita bukan hanya sekedar ingin menegakkan ekonomi Islam, yang kita ingin kibarkan adalah panji-panji peradaban Islam. Oleh sebab itu ia butuh ketekunan dan disiplin, butuh waktu dan konsentrasi, butuh perjuangan dan pengorbanan. Above all, ia butuh kebersamaan, butuh jamaah yang satu langkah dan satu tujuan. Dan yakinlah itu semua bukanlah beban, itu semua adalah kemuliaan dan kehormatan, yang telah juga diusung oleh generasi Islam mulia terdahulu. Wallahu a’lam.

Ali Sakti

Kamis, 20 November 2008

Islamic Finance News: Resilience and Stability are the Key

Dear Ali Sakti,

The recent G20 meeting hosted by the US had an urgent agenda: Figure out measures to help better regulate international finance and take steps to stabilize the current turbulent markets. After unprecedented global cooperation in bank bailouts and stimulus packages, there was much anticipation of concrete action at a global level. Some measures were needed without delay but it has become apparent that little substantive work was accomplished at the meeting.

Instead, the buck has been passed to the finance ministers to work on this over the next several months despite the real possibility of the crisis worsening and recession becoming more widespread. Despite broad support for economic stimulus, the leaders were not able to agree on a coordinated global effort.

Another issue which arose but was neglected at that meeting is the impact of the turmoil on many emerging markets and developing countries. With the US and Europe struggling economically and consumed by efforts to stabilize their banks, China, Japan and Saudi Arabia have emerged as the likeliest candidates to help distressed countries.

The reality is that global challenges posed by the current international financial crisis necessitate global engagement. Both reforms and measures need to be global in nature to restore soundness and stability to the international financial system. Can Islamic finance play an effective role in this respect? The key for the Islamic financial industry is to ensure that it will not be a source of such financial instability and is able to achieve a level of resilience that will ensure its sustainability.

The Islamic financial system has the inherent ability to deal with crises such as the current one. The main selling point is that the requirements of Islamic finance are in fact consistent with the international best practices and standards in the conventional financial services industry. This enhances its prospects for soundness and stability.

There are, of course, potential risks for Islamic finance in a crisis environment. The increased globalization of Islamic finance and its greater integration with the international financial system increases its exposure to the spillover effects from adverse economic and financial conditions.

Which is why Malaysian central bank governor Zeti Akhtar Aziz has this piece of advice for industry players: “As innovation of Islamic financial products and services intensifies and as Islamic finance becomes more integrated with the international financial system, it becomes imperative that the foundations upon which Islamic finance has been built remain intact. This will be the key to sustaining the resilience of the Islamic financial system in this more challenging international financial environment.”

She also wants to see an integrated crisis management framework to ensure that any emerging crisis in the Islamic financial system will be promptly managed. These should include mechanisms to preserve short-term liquidity, remove troubled assets from the balance sheets of financial institutions and recapitalize Islamic financial institutions.

This obviously means a need for more concerted efforts at the international level to avert any worsening of a crisis. And, of course, a crisis prevention and management framework that also ensures the preservation of the essential features of Islamic finance so as to retain its inherent resilience and stability.

To read any of the above sections, you may download the specific article or full issue from our website. To do so, you may request for a trial subscription at no-charge.

However, you will not be able to take advantage of our extensive archived section - now containing in excess of 5,000 articles and reports. Why not take this opportunity to subscribe today!

The next issue will be available from Friday 28th November 2008.

Best regards,
IFN team