Jumat, 30 September 2011

Sudah Sampai Dimana…

Setelah ini mau kemana lagi jalan perjuangan ini menuju? Cukupkah energy-ku menggerakkan perjuangan ini, mencapai harapan-harapannya, mewujudkan peristiwa dan takdir-takdir kejayaannya? Bukankah pejuang juga manusia yang seringkali berhenti bergerak karena kemalasan dan keletihan, karena ujian dan godaan, atau karena kecemasan dan kebingungan.

Kemalasan dan keletihan; energy boleh saja besar atau semangat boleh saja tinggi tetapi kemalasan seringkali mematikan kemauan dan keletihan membuat tambahan energy menjadi tidak bermanfaat. Sementara, ujian dan godaan tak jarang melupakan visi mengaburkan arah perjuangan. Sedangkan, kecemasan dan kebingungan menghilangkan keberanian, dan membuat gelap pandangan mata juga hati.

Oleh karenanya, modal besar lain yang sepatutnya dimiliki oleh seorang pejuang adalah kesabaran. Kesabaran itu kekuatan terdahsyat di alam semesta yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Kesabaran merupakan penyempurna kekuatan ilmu dan kekuatan iman (keyakinan). Sabar menjadi syarat pengunci dari criteria sukses untuk setiap usaha.

Mungkin kini sudah saatnya perjuangan Islam dipenuhi dan diisi oleh pejuang-pejuang yang sabar, bukan hanya pejuang-pejuang yang bersemangat tinggi dan berkompetensi tinggi. Perjuangan ekonomi Islam pun tidak luput dari kebutuhan itu. Terlebih lagi, karena pembangunan ekonomi Islam bukan hanya pembangunan fisik ekonomi tetapi juga pembangunan manusianya.

Menguji Keabsahan Pemikiran Ekonomi

Krisis keuangan global sejak bergulir tahun 2007-2008, terlepas dari kekacauan yang telah disebabkannya, cukup menarik untuk mencermati langkah-langkah penanggulangan dan mengamati respon ekonomi terhadap langkah-langkah tersebut. Karena pada dasarnya krisis ini menjadi wahana yang baik untuk menguji keabsahan dan keshahihan aliran-aliran pemikiran atau madzhab ekonomi yang ada.

Selama ini keabsahan dan keshahihan sebuah teori dalam ekonomi, umumnya di-challenge dengan hipotesa, baik menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data masa lampau dengan rekayasa model yang bersandar pada parameter-parameter tertentu maupun menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan logika atau transmisi rasional yang bersandar pada fakta masa lalu dan perkiraan masa depan.

Hampir semua pemikiran atau madzhab ekonomi berusia pendek. Karena umumnya madzhab ekonomi muncul dan hidup karena satu anomaly, fenomena atau masalah ekonomi pada satu masa atau periode tertentu. Atau setidaknya madzhab akan berusia selama belum ada anomaly ekonomi baru yang mementahkannya, yang membuktikan bahwa madzhab tersebut keliru. Lihatlah bagaimana madzhab awal ekonomi hidup, diyakini dan diadopsi, madzhab klasik ekonomi. dengan punggawanya sang bapak ekonomi dunia, Adam Smith dengan ungkapan termasyurnya “invisible hand”.

Ide pokok madzhab klasik adalah keyakinan pada keampuhan market mechanism, dimana mekanisme invisible hand-nya dipercaya akan menyelesaikan gangguan-gangguan ekonomi dengan sendirinya. Bersandar pada keyakinan itu, maka konsekwensinya adalah kebijakan ekonomi sepatutnya dilakukan dengan tidak mengintervensi pasar. Biarkan pasar bekerja dan membenarkan apa yang salah, jika ada ketidakseimbangan maka dalam jangka panjang semuanya akan kembali seimbang.

Madzhab klasik seakan menjadi titik tolak munculnya madzhab yang lain. Madzhab klasik dinilai sebagai dasar pemikiran awal dari ekonomi modern yang memberikan gambaran besar lebih menyeluruh tentang mekanisme, hubungan sebab akibat, interaksi dan konsekwensi-konsekwensi ekonomi. Pemikiran yang menggambarkan ekonomi dengan transmisi sebab akibat pada berbagai aspeknya. Sehingga terlihat pola dan konsep ekonomi yang lebih tertata.

Tetapi ternyata kepercayaan pada madzhab klasik goyah atau bahkan hilang, dengan munculnya anomaly dahsyat yang bersifat massif terhadap ekonomi dunia, yaitu saat dunia mengalami depresi hebat pada tahun 1929-1930 (great depression). Ketika itu madzhab klasik tidak mampu memberikan solusi atas keterpurukan dunia. Klasik menganggap kondisi depresi sebuah keniscayaan system, pada waktunya (jangka panjang?) nanti ekonomi akan membaik kembali. Tetapi mungkin banyak yang tidak sabar dengan janji “jangka panjang” itu, sehingga akhirnya muncullah madzhab baru.

Muncullah madzhab baru yaitu madzhab Keynesian yang berawal dari pemikiran John Maynard Keynes. Madzhab ini muncul karena klasik gagal dan diperlukan logika berfikir baru. Dan memang madzhab baru ini (dianggap) berhasil memecahkan masalah depresi ekonomi hebat yang tidak bisa dijawab oleh klasik. Madzhab baru ini memiliki pendekatan yang berbeda atau bahkan cenderung bertolak belakang dengan keyakinan klasik. Keynesian berkeyakinan pemerintah harus intervensi pada pasar dalam rangka menjaga stabilitas, pasar tidak bisa dibiarkan sendirian, jangka waktu menuju seimbang tidak jelas berapa lamanya, oleh sebab itu madzhab Keynesian terkenal dengan ungkapan: “in the long-run we are all dead”. Begitulah selanjutnya madzhab baru ekonomi muncul sebagai respon atas kegagalan madzhab-madzhab sebelumnya dalam merespon masalah-masalah besar dari jalannya ekonomi.

Dari dua madzhab inilah kemudian muncul madzhab-madzhab turunan yang semakin memperkaya logika berfikir ekonomi konvensional modern. Meskipun mulai banyak madzhab baru tetapi pada dasarnya madzhab-madzhab tersebut dapat dikatakan memiliki inspirasi utama dari dua madzhab dasarnya, yaitu klasik dan Keynesian.jika ingin menyederhanakan dua madzhab itu menawarkan dua logika berfikir yang berbeda; klasik mengandalkan kekuatan pasar dimana kebijakan ekonomi bersandar pada kebijakan no intervention/no discretion, sedangkan Keynesian mengandalkan kebijakan intervensi/discretion.

Menariknya, setiap krisis ekonomi muncul maka krisis tersebut menjadi panggung bagi dua faksi besar madzhab itu untuk mengaku-aku bahwa madzhabnyalah yang benar. Dahulu masa pasca great depression seiring dengan rezim moneter bretton woods, madzhab Keynesian mengaku kejayaan madzhabnya dan menuding klasik sudah kadaluarsa. Sementara ketika dimulai liberalisasi perdagangan di bawah payung WTO, madzhab klasik mengatakan madzhabnyalah yang valid dan mendeklarasi kematian madzhab Keynesian.

Nah, krisis kali ini yang muncul secara marathon sejak tahun 2008, sepertinya berhasil melucuti keyakinan kita pada aliran-aliran pemikiran atau madzhab yang ada, krisis juga berhasil membingungkan pola-pola yang selama ini menjadi keyakinan banyak pakar. Pilihan pada pemikiran moneterist, keyakinan pada market mechanism-nya classic dan neo-classic, discretion-nya Keynesian dan new-keynesian, semuanya tidak mampu menjawab dengan baik masalah yang ada. Jikapun diterapkan, ekonomi merespon tidak seperti yang diharapkan. Jangan-jangan krisis kali ini menyerang pondasi logika ekonomi konvensional yang paling dasar, dimana pondasi itu menjadi landasan dan filosofi bersama dua faksi besar madzhab pemikiran ekonomi; klasik dan Keynesian. Jika memang begitu, tidak heran kalau kedua madzhab besar tadi tidak memiliki jawaban atas anomaly ekonomi kali ini.

Selasa, 27 September 2011

Proses Pembusukan Ekonomi Barat

Inikah akhir dari hegemoni ekonomi barat? Kekacauan ekonomi kini mampu mencapai jantung ekonomi dunia, memporak-porandakan Amerika Serikat dengan krisis keuangan yang berlarut-larut, melompat dari satu rekor keterpurukan yang satu keterpurukan berikutnya. Krisis ketidakpercayaan akibat kecurangan demi kecurangan pelaku ekonomi terhormat mereka, dari rating agency, akuntan public sampai fund manager.

Sementara itu, ketidakefektifan program-program penanggulangannya terus menambah kerumunan pengangguran dan semakin tersebar di penjuru negeri. Uang yang dihabiskan untuk program penanggulangan krisis dan kekacauan ekonomi terus mencetak rekor tersendiri dan semakin menguras uang rakyat, mengangkangi hak-hak wajib pajak khususnya kelompok masyarakat kelas menengah. Bank dan lembaga keuangan jumlahnya semakin menyusut, seperti pula kecenderungan susutnya size dan kontribusi pertumbuhan ekonomi Amerika.

Tidak heran selanjutnya akan dilihat dan dirasakan, pemerintah Amerika termasuk penduduknya semakin sensitive dengan isu-isu guncangnya ekonomi. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana sebesar apapun demi mencegah semakin buruknya kepercayaan dunia pada peran Amerika sebagai mesin ekonomi dunia. Tetapi kemungkinan besar penduduknya akan semakin kritis dalam merespon langkah-langkah pemerintah, kerena sudah pasti mereka tidak ingin dikorbankan dalam situasi sulit seperti ini.

Pada tingkatan selanjutnya kekacauan ekonomi mau-tidak-mau akan memiliki wajah pada berbagai aspek kehidupan Amerika. Kekacauan ekonomi telah menyulut konflik di beberapa sisi Negara dan bangsa Amerika. Sehingga, pasarpun akhirnya akan mencermati apa yang terjadi pada semua aspek Amerika, khususnya kegaduhan politiknya, kepekaan social-budayanya serta fleksibilitas system hukum mereka. Yang jelas kekacauan ekonomi Amerika kini perlahan mampu mengendurkan tekanan politik-militer mereka terhadap dinamika dunia. Kini terlihat jelas beberapa negara sudah mulai berani secara terang-terangan tidak bersahabat dengan kemauan Amerika. Mungkin karena Amerika yang semakin “melemah” atau Negara mereka yang semakin “menguat” posisinya.

Pada saat yang sama organ vital lainnya dari hegemoni ekonomi barat adalah Eropa, dimana kini kawasan itu tengah meradang, “demam tinggi”, akibat krisis utang yang diyakini lebih parah dari yang saat ini Nampak di permukaan. Krisis utang menyebabkan beberapa Negara raksasa ekonomi Eropa ada pada posisi illiquid dan insolvent, dengan rasio utang mereka yang begitu mencengangkan: umumnya melebihi atau mendekati 100%!

Krisis utang Eropa kini betul-betul menguji kesolidan Eropa sebagai kawasan yang berkomitmen menjadi masyarakat ekonomi terkemuka dan paling sejahtera di muka bumi. Namun tanda-tanda kesolidan masih samar-samar terlihat, kesetiakawanan yang diharapkan ada dalam mengatasi krisis utang anggota Negara-negara kawasan ekonomi Eropa sebanyak 17 negara itu ternyata sulit didapatkan. Kecenderungan ini entah karena memang kemampuan yang tidak ada karena mungkin hamper semua Negara anggota menutupi kegentingan ekonomi yang serupa atau memang mereka lebih focus pada ekonomi nasional mereka masing-masing. Alasan kedua saja sudah menjadi nilai yang negative bagi pasar apalagi jika memang alasan pertama yang lebih shahih.

Wajar jika Negara Eropa lain tidak ingin senasib dengan Islandia dan Yunani yang kini bangkrut secara ekonomi. Tetapi kecemasan yang amat sangat sudah menghinggapi Portugal, Spanyol dan Italia, sementara selevel ekonomi Prancis saja, tiga bank besarnya telah di-downgrade credit rating-nya. Betul-betul awan hitam sedang menggelayuti langit Eropa, dan awannya semakin menghitam, membuat kawasan itu semakin gelap suasana dan atmosfer ekonominya.

IMF sebagai lembaga keuangan dunia yang dahulu didirikan untuk menjaga krisis keuangan tahun 1915-1944 tak berulang di Eropa, tampaknya seperti lumpuh tak berdaya. Setelah menangani Yunani, IMF terkuras “energy”-nya. Bahkan kini China yang pendapatan per-kapitanya jauh-jauh dibawah negara-negara kawasan Eropa, terlihat berperan sebagai Negara “donor’ dengan membeli surat utang negara-negara Eropa, mengatasi kesulitan likuiditas jangka pendek mereka.

Keterpurukan ekonomi Amerika dan Eropa yang kini masih mendominasi ekonomi-politik dunia, jika tak mampu diatasi tentu diyakini banyak kalangan akan menyeret ekonomi dunia dalam jurang krisis yang lebih dalam. Tidak ada perekonomian yang terisolasi atau imun terhadap krisis. Wajah ekonomi setelah itu tentu tidak akan sama lagi seperti dulu. Sekali lagi, kini menjadi pertanyaan klasik adalah; apakah krisis utang Eropa yang ada lebih buruk dari yang terlihat. Jika iya, rasanya tidak ada resep yang manjur menuju pada perbaikan ekonomi, kecuali menunggu saja kebusukan menyeluruh dan sempurna dari ekonomi ini. Harapannya, dari kebusukan itu akan muncul organisma baru ekonomi, yang lebih berhati-hati, lebih sehat dan kuat.ekonomi seperti apa itu?

Jika masih mungkin diperbaiki, tentu ada biaya yang harus ditanggung, relakah Negara-negara terlanjur kaya itu menerima konsesinya? Seberapa besar pengorbanan yang mereka dapat berikan? Sebelum sampai ke pertanyaan itu saja, kita harus melalui satu pertanyaan sederhana yang maha sulit, yaitu; bagaimana memperbaiki kekacauan ini? Perbaiki sistemnyakah, instrument kebijakan, regulasi, infrastruktur, atau moral pelakunya? Artikel ini tidak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Artikel ini hanya ingin menyampaikan sebuah awareness, bahwa we are in a big trouble!

Saya jadi ingat buku Paul Kennedy; “raise and fall of world’s emporium” yang menjabarkan data sejarah dari berbagai kerajaan/negara terkemuka dunia yang kemudian tersimpulkan bahwa keruntuhan hegemoni mereka diawali oleh kehancuran ekonominya. Jika pun apa yang terjadi saat ini adalah sebuah tahapan awal kehancuran hegemoni barat, mungkin kita harus mulai belajar untuk bersabar dan ikhlas membiarkan proses pembusukan ekonomi barat berlangsung sempurna.

Kamis, 22 September 2011

apa bedanya dengan lotere?

saat menerima email seorang sahabat yang begitu bersemangat mengomentari prospektifnya produk berkebun emas, terlontar celetukan saya seperti ini:

"kalo berkebun emas terus berharap panen rupiah, apa bedanya dengan lotere?"

baru saja saya terima kabar harga emas cenderung menurun, teman-teman mulai ribut; apakah saatnya ambil posisi beli, atau menunggu dulu berita selanjutnya?

ah temen saya sudah nasehatin; woy kalo mau beli emas buat simpenan anak sekolah ato buat jaga-jaga naik haji gih dah beli. tapi kalo mo beli karena ngarep dapet durian montong jatuh sebab ngarep harganya naek lagi biar bisa panen rupiah entar-entaran, baekan kagak beli dah, mending ente sedekah tauan. hahaha.. tapi saya jadi mikir lama karena nasehat itu, substansinya tidak sesederhana kalimatnya.

...mikir

eh kalo nih, tiba-tiba ada khabar dari langit entah dengan cara bagaimana, bahwa dalam 2 jam kedepan "harga" syurga jatuh murah, apa manusia juga seribut merespon fluktuasi harga emas ya?

Ramadhan kemarin "harga" syurga jatuh murah loh, ga cuma 2 jam, tapi satu bulan penuh. apa ada yang ribut dan berbondong-bondong ke "outlet penjualannya"? ternyata masjid cuma 2-3 malam saja padatnya setelah itu sepi "customer". apalagi 10 malam terakhir, padahal saat itu harganya sudah pake harga cuci gudang. DING!

...tambah mikir

Rabu, 21 September 2011

empati..

Buat saudara-saudara yang peduli dengan kondisi orang lain dan masih memiliki ruang pemakluman yang lebih luas, mohon tidak menelepon pada jam-jam shalat fardhu. Saat 20-30 menit setelah adzan shalat fardhu. Karena boleh jadi saat itu orang yang ditelepon mungkin sedang shalat berjamaah di masjid atau tempat-tempat shalat lainnya.

Jikalau beliau terlupa mematikan HP-nya, maka panggilan telepon pasti mengganggu shalat beliau atau mungkin orang-orang disekitar beliau. Panggilan telepon itu mengganggu kekhusyu'an, membuyarkan konsentrasi karena mungkin menimbulkan penasaran, kejengkelan dan gangguan lainnya.

Tidak menelepon pada saat-saat shalat fardhu, mudah2an menjadi amal shaleh ringan kita yang bernilai besar dihadapan Allah SWT, karena dengannya kita membuat orang lain dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah SWT. Syukron.

Selasa, 20 September 2011

Menjalani Hidup Dengan Terus Belajar


Menjalani hidup dengan terus belajar, melewatinya dengan selalu berkaca pada sejarah, bercermin dan selalu mengkoreksi diri berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu, tentu hal itu membuat kehidupan manusia baik secara pribadi maupun kolektif akan mengalami perubahan. Perubahan itu baik atau buruk tergantung pada definisi yang digunakan, baik seperti apa dan buruk itu bagaimana.

Tak jarang manusia dulu menganggap sesuatu itu baik tetapi pada saat ini sesuatu itu buruk, begitu pula sebaliknya. Tetapi ada juga dengan proses pembelajaran yang sama, kehidupan manusia berubah dengan terus membaik. Usia dan pengalaman terus memperbaiki wawasan, kemampuan, kebiasaan dan interaksi hidup serta kehidupan manusia, baik pada skala dirinya sendiri maupun kolektif (komunitas).

Manusia belajar dan kemudian melakukan penyesuaian dan perubahan. Mengkoreksi cara berfikir dan bertindak, memperbaiki bagaimana berprasangka dan mengambil kesimpulan. Koreksi dan perbaikan juga dilakukan pada tatacara interaksi diantara mereka, tatakelola kehidupan mereka, hukum dan perundangan yang menjamin hak dan kewajiban mereka.

Proses inilah yang dikenal dengan pembangunan budaya, teknologi, hukum, ekonomi dan semua aspek kehidupan manusia. Ini sebuah proses pembentukan peradaban. Tetapi dalam proses tersebut tidak jarang ada masalah-masalah yang muncul baik dari dalam pribadi individual manusia atau muncul karena proses interaksi yang tidak berjalan baik.

Misalnya nafsu serakah yang menghalangi seorang manusia mencapai tingkat kebijaksanaan potensialnya, atau perang yang merefleksikan tidak adanya titik-temu antara manusia dalam interaksi kehidupan mereka. Kendala itu tentu menghambat, menghentikan atau bahkan memundurkan proses pembentukan dan perbaikan peradaban.

Namun perlu diingat, manusia itu manusia, makhluk yang padanya ada kemampuan untuk bijaksana tetapi juga berpotensi untuk frustasi pada kondisi dan situasi tertentu. Artinya pembangunan peradaban bisa bersumber pada nilai-nilai kebijaksanaan tetapi juga dapat berasal dari frustasi. Frustasi dapat muncul akibat salah mengambil hikmah, putus asa untuk bersabar menemukan jalan keluar.

Nah yang menjadi masalah adalah jika pembangunan peradaban dikontaminasi oleh nilai-nilai frustasi itu. Dikhawatirkan ketika akhirnya frustasi menjadi inspirasi bagi tersusunnya nilai-nilai kehidupan, menjadi paradigma, cara pandang dan strategi bertindak, tentu peradaban dapat saja dibangun berdasarkan nilai-nilai dari frustasi itu.

Inilah rangkuman renungan yang saya punya dalam memandang inggris dalam beberapa hari kunjungan disana. Melihat dan memperhatikan kehidupan mereka, memahami dan mencoba berempati pada proses peradabannya, komunitasnya dan sejarah panjang yang menjadi pelajaran bagi mereka.

Memikirkan ini, tentu saya jadi berfikir; bagaimana logika Islam memandang hal ini? Peradaban Islam tidak dibangun sendirian oleh upaya manusia, tetapi sejak awal dilakukan berdasarkan instruksi dan ketentuan dari Dzat diluar manusia yang diakui sebagai Tuhan; Dzat yang menciptakan manusia, mengenal manusia, menyediakan dunia dan yang akan menilai manusia diakhir cerita kehidupannya.

Kamis, 15 September 2011

Cambridge

Cambridge, kota yang diyakini dibangun tahun 1209 oleh para akademisi yang "melarikan diri" dari Oxford University, akibat perpecahan keyakinan kristiani ini begitu eksotis dan sangat klasik. Tetapi denyut nadi sebagai kota kampus begitu terlihat. Dapat dikatakan kota ini kota kampus, ya lebih tepat dikatakan kota yang berada di dalam kampus daripada dikatakan sebaliknya; kampus yang berada di dalam kota. Karena kampus Cambridge University melingkupi seluruh kota.

Cambridge berasal dari kata sungai Cam dan Bridge (jembatan), dimana kota ini memang terletak ditepi sungai Cam dan memiliki banyak jembatan. Sementara Cambridge University yang menjadi ruhnya kota menguasai kota Cambridge dengan 31 colleges-nya, dari yang tertua Peterhouse Colleges (1284) sampai yang termuda Robinson Colleges (1979).

Kota kampus ini berhasil membuat saya mengasihani diri, karena sampai saat ini saya masih belum memulai studi S3 seperti yang telah menjadi tekad saya. Tetapi kota ini berhasil membangkitkan semangat saya untuk segera kembali ke sekolah. Saya iri dengan kesibukan mahasiswa menuntut ilmu di kota ini. Saya merasa tersindir melihat toko-toko buku yang ada, iri dengan gedung-gedung kuliah yang megah-megah. Saya harus kembali ke kampus.

hmm.. mudah-mudahan Allah SWT mudahkan..

Rabu, 14 September 2011

Dibalik Kenyamanan Inggris

Ingin rasanya mengungkapkan sesuatu tentang Inggris berdasarkan kesan atas kota-kota yang saya kunjungi; London, Birmingham, Coventry, Warwick dan Cambridge, tetapi ternyata saya harus berfikir keras untuk menemukan kesan itu. Saya ingin menyampaikan suatu kesan yang hati saya nyaman terhadap kesan itu, saya tidak ingin memaksakan suatu kesan atau berlebihan dalam menyampaikannya.

Yang saya temukan dalam berfikir keras ini adalah, bahwa di Inggris saya menemukan satu bentuk kehidupan yang begitu elok dipandang, tetapi somehow tidak cukup nyaman untuk ditinggali. Betul Inggris memberikan banyak fasilitas kehidupan yang lengkap dan tempat untuk menikmatinya yang begitu nyaman, tetapi (kok) rasanya berbahaya untuk idealisme.

Dengan kondisi yang begitu nyaman dan mapan, pada satu sisi ia membuai idealisme untuk tidak sampai pada tingkat kualitas maksimalnya. Kenyamanan dan kemapanan yang ada pada dasarnya adalah gelombang ujian yang sangat kuat dan dahsyat yang mampu mengaburkan orientasi perjuangan Islam, menina-bobokan semangat untuk bergerak,menumpulkan sekaligus mendangkalkan analisis, memunculkan kebingungan dalam rasional dan logika perjuangan, atau bahkan men-downgrade prinsip-prinsip perjuangan sebagai parameter.

Tentu saja saya atau anda tidak ingin menjadi pribadi yang berbeda jika ada di suatu komonitas atau lokasi yang menawarkan tingkat comfort zone yang tinggi. Khususnya menjadi pribadi yang berbeda yang tidak lagi ada dalam barisan pejuang Islam. Definisi pejuang yang saya maksud disini bukan hanya bermakna pejuang fisik seperti definisi mujahidin klasik, tetapi juga meliputi pejuang ilmu, social-budaya, ekonomi serta politik dan hukum, dimana mereka memiliki misi untuk menghantarkan ummat pada kehormatan tertinggi di depan Tuhan.

Analogi kasar saya seperti ini, anda tidak bisa mengatakan bahwa paradigma hidup barat itu salah selama anda masih ada dibawah ketiak mereka. Anda juga tidak bisa menasehati ummat untuk menolak westernism sementara anda berdiri dibalik punggung mereka (barat). Atau, anda tidak pantas mengungkapkan simpati kepada ummat yang kelaparan dan menderita saat mulut anda sibuk mengunyah dan tangan anda juga penuh dengan makanan yang siap dinikmati.

Saya ingin ummat Islam sampai pada kehormatannya, dimana kenyamanan hidup didapatkan bersamaan dengan semakin dekatnya mereka dengan Tuhan. Disini, saya tidak melihat inggris mencontohkan itu, saya tidak melihat sebuah peradaban yang saya idam-idamkan. Ada sesuatu yang hilang dalam komunitas sejahtera di Inggris ini. Dan mungkin kerusuhan yang lalu mencoba mengingatkan hal itu.

Mari sedikit berimajinasi, ketika anda terpesona dengan kenyamanan hidup di Inggris, dengan pemandangan kota-kota klasik yang eksotik, dengan memori peradaban tua yang tidak kalah menarik, apa yang mungkin keluar dari mulut-mulut kita, apa yang menjadi bahan lintasan fikiran di benak-benak kita, apa yang kemudian muncul menjadi harapan kita. Kekaguman (yang berlebihan)? Skeptis, kecewa atau sinis terhadap kondisi ummat ditanah air atau di tanah-tanah (negeri-negeri) Islam kebanyakan? Atau berharap sekali untuk bisa tinggal dan menetap di tempat seperti Inggris ini?

Jika itu yang menjadi hasil dari imajinasi anda, mungkin anda sudah tidak lagi ada dalam barisan perjuangan. Saya tidak ingin seperti itu. Tapi untuk menjaga idealisme ditengah situasi ujian yang begitu kuat dan bergelombang (bertubi-tubi) dan kondisi ummat yang begitu memprihatinkan, memang membutuhkan upaya yang lebih keras cenderung luar biasa. Karena ia luar biasa maka membutuhkan energy di luar kebiasaan, tidak umum, itu mengapa Tuhan mengidentifikasi pejuang memiliki kualitas dan kuantitas kerja yang lebih dari kebanyakan manusia.

Modal pejuang adalah keimanan dan kesabaran, itu yang membuat mereka berbeda kapan saja dimana saja. Dengan iman dan kesabaran, Tuhan janjikan kita mampu mengalahkan musuh 10 kali ganda banyaknya. Masih ingat kalimat motivasi Tuhan? Sepuluh kalian yang beriman dan sabar mampu mengalahkan seratus musuh, seratus kalian yang beriman dan sabar akan mengalahkan seribu musuh.

Negara seperti inggris lebih bijak dijadikan sebagai salah satu referensi untuk mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dan mahal, yaitu pengalamannya berabad-abad dalam mengembangkan peradaban. Dari pelajaran jatuh-bangun sebagai sebuah bangsa sampai kemampuan dalam mengelola masyarakat sekaligus penyediaan fasilitas public yang optimal, tentu akan sangat berharga bagi masyarakat muslim. Kita tidak perlu membayar biaya kesalahan yang selalu ada dalam mengarungi peristiwa-peristiwa dari proses pembangunan peradaban. Kita tinggal melihat dari pengalaman mereka saja.

Oleh karenanya, saya mengajak siapa saja yang cinta dengan ummat ini, yang merasa terhormat jika dipunggungnya terpanggul sebuah amanah perjuangan memperbaiki ummat, untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan sekaligus kesabaran untuk terus berjuang menegakkan kehormatan Islam, membangun ummat dan menghantarkan mereka ke pintu gerbang keridhaan Tuhan, dalam berbangsa dan bernegara. Semoga Allah SWT mudahkan jalan ini semua. Wallahu a’lam.

Minggu, 11 September 2011

London: kota pusat peradaban


Tuhan izinkan saya mengunjungi kota London untuk beberapa hari kedepan ini, dalam rangka mengikuti training di Cambridge University. Pertama kali melihat kota London, kesan pertama yang ada adalah "kota lama yang begitu tertata". Meski kota tua, tetapi London menjadi salah satu kota pusat peradaban modern manusia saat ini.

London juga menjadi kota utama kebangkitan ilmu pengetahuan dan industri di abad modern ini. Ia menjadi jantung dari negara yang pernah mendominasi dunia. Maka tidak heran pengaruhnya bagi penduduk dunia begitu signifikan hingga kini, pada semua aspek kehidupan, baik agama, politik, ekonomi, sosial apalagi budaya.

Saya sendiri mengenal kota London dan negaranya, melalui banyak media dan literatur. Lewat perkembangan ilmu pengetahuan, saya mengenal negara ini dan kota London dari tokoh-tokoh seperti Isaac Newton, Darwin, Adam Smith, James Watt, Keynes dan banyak lagi. Di bidang seni budaya dikenal Shakespeare dengan berbagai karyanya, atau melalui karya-karya seperti dari film oliver twist, around the world in 80 days, sampai james bond dan masih banyak lagi.

Dari sisi sejarah peradaban manusia modern, maka tidak mungkin menuturkan sejarah manusia tanpa menyebut negara ini dan kota London, terlepas dari sisi negatif dan positifnya. tetapi itu semua cukup membuat saya excited diizinkan mengunjungi negara ini dan kota London.

Hari pertama kemarin, saya berkesempatan langsung mengunjungi teman-teman Indonesia yang sedang halal-bihalal di kota Birmingham dan berjumpa dengan teman kantor yang tengah menyelesaikan study-nya di Warwick University dekat kota Coventry. Juga mendapatkan banyak informasi tentang kehidupan disini dari supir yang mengantarkan kami, dimana beliau sudah lebih dari 27 tahun menetap di London.

Beberapa kesan yang dapat saya rasakan; kota-kota di Inggris memang merupakan kota-kota yang sangat tua, kota-kota yang memeiliki segudang pengalaman sehingga kehidupan warganya ada pada level kemapanan yang cukup baik, bukan hanya kemapanan kota secara ekonomi, tetapi juga tata kelola, interaksi penduduknya, budaya, hukum dan politiknya. Sehingga dengan alasan kemapanan ini, tidak wajar jika kemapanannya dibandingkan dengan kota-kota di Indonesia. Tetapi betul untuk memangkas usia dan pengalaman, kita dapat mencontoh dari kota-kota di sini.

Secara general populasi penduduk inggris tidak begitu tinggi atau bahkan terkesan stagnan. Terlihat jelas bagaimana rumah-rumah tinggal di sini merupakan rumah-rumah lama, perkembangan bisnis rumah baru tidak terlihat. mungkin ini baru kesan-kesan pertama, mungkin pemandangan selanjutnya akan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang lebih dalam dan menyeluruh.

Saya jadi membayangkan seperti apa kota-kota utama Islam ketika masa keemasannya, seperti Bagdad, Damaskus, Granada, Istanbul dan lain sebagainya. Kota-kota itu dahulu menjadi kota-kota idaman untuk dikunjungi, karena menjadi kota pusat peradaban dunia, seperti kita memandang London saat ini, atau kota-kota dunia lainnya seperti New York, Tokyo, Berlin dan lain-lain.

Setiap kota utama pada setiap zamannya merefleksikan corak dan warna peradabannya. Jika peradaban Islam kembali mengemuka dan mendominasi dunia, kota manakah yang akan menjadi kota-kota utama peradabannya? Mungkinkah salah satunya ada di Indonesia? Sebagai negara berpopulasi muslim terbesar, selayaknyalah kota utama Islam dari peradaban Islam ada di Indonesia. Kota mana yang memungkinkan untuk mimpi itu? Jakarta, Makassar, Surabaya, Medan, Banda Aceh atau Balikpapan?

Dalam sejarah Islam, kota akan mengutama ketika penduduknya dekat dengan Islam, baik secara akidah, akhlak maupun syariah. Lihat saja, sejarah Madinah, Bagdad atau Damaskus. Keharuman kota-kota Islam, bersumber dari keharuman penduduknya. wallahu a'lam.

Selasa, 06 September 2011

BALIKPAPAN

This is my home town, Balikpapan. Kota tua yang menjadi transit pengolahan minyak dan gas bumi. Kota di sudut teluk kecil Kalimantan Timur yang berbukit-bukit. Kota yang menjadi gapura masuknya pendatang ke Kalimantan Timur, baik dari udara maupun laut. Dahulu Balikpapan kota kecil yang nadinya berfungsi dari degub bisnis minyak dan gas bumi sebagai jantung. Kota yang dominan dihiasi rumah-rumah papan beratap sirap.

Kini kota Balikpapan sudah meluas beberapa kali ganda. Jantungnya sudah memiliki banyak sumber daya, bukan lagi hanya bersandar pada bisnis minyak dan gas, tetapi juga perdagangan, wisata dan jasa. Kota Balikpapan sudah berubah wajahnya. Rumah-rumah yang dahulu papan sudah tenggelam digantikan oleh rumah-rumah beton. Gedung bertingkat tidak lagi hanya Hotel Benakutai sendirian, tetapi sudah banyak dan terus tumbuh; apartemen, perkatoran, hotel dan pusat berbelanjaan. Tidak heran memang dengan perkembangan ini, tercatat bahwa provinsi Kalimantan Timur menduduki daerah berpendapatan perkapita tertinggi di Indonesia yang mencapai lebih dari USD 11,000 per-kapita, lebih tinggi lebih dari dua kali lipat dari Jakarta (apalagi nasional).

Bangga melihat Balikpapan saat ini. Pada aspek sosialnya Balikpapan sepintas memperlihatkan prestasi yang mungkin remeh tetapi cukup signifikan dibandingkan kota-kota lain, yaitu menghilangkan kelompok pengemis jalanan diperempatan jalan atau tempat-tempat public lainnya. Lepas shalat jum’at dan Idul Fitri di masjid di kota Balikpapan, tidak terlihat seorang pengemispun di gerbang-gerbang masjid, seperti pemandangan biasa di kota-kota besar Indonesia lainnya. Entah apakah memang pemerintah kota memliki kebijakan terkait Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini, jika iya harus diakui, kebijakan itu relative berhasil. Mengikuti kebijakan sukses sebelumnya yang sudah diakui banyak pihak, yaitu kebijakan memelihara kebersihan kota. Ya, satu pemandangan yang sangat menonjol dari kota Balikpapan adalah kebersihan kota.

Meluasnya kota Balikpapan merambah perbukitan di utara kota. Hal ini menambah keunikan dan nilai eksotik kota. Kini jalan-jalan kota semakin banyak yang melintasi perbukitan, sehingga keliling kota Balikpapan akan semakin dapat dinikmati karena karakteristik jalan yang menurun dan menanjak dari satu bukit menuju bukit lainnya disertai dengan pemandangan lembah-lembah dimana perumahan semakin memadat. Semakin keutara, pemandangan bukit dan lembah hijau juga semakin indah untuk dinikmati, sangat menggiurkan bagi para komunitas biker. Terlebih lagi kini semakin banyak rest area, baik tradisional maupun modern di kanan dan kiri jalan dengan menawarkan buah-buah asli Kalimantan Timur, seperti durian, nenas, cempedak dan ellay (durian emas).

Dan yang tidak boleh dilewatkan adalah pantai pasir putih di pesisir kota. Daerah Manggar yang terletak di pinggiran kota menjadi lokasi wisata pantai yang paling diminati di Balikpapan. Meskipun begitu pantai Kemala yang terletak di kota Balikpapan tidak kalah menariknya, pasir putih yang bersih, air laut yang jernih dan ombak yang menggulung kecil namun bertenaga, jauh sekali kualitasnya jika dibandingkan dengan pantai ancol yang sudah tercemar.

Malam harinya, jangan juga lewatkan wisata kuliner di penjuru kota Balikpapan. Ada gerai-gerai bakso yang ada di setiap penjuru kota, dari bakso malang sampai bakso solo. Ada soto dari soto Banjar, soto Kudus, soto Lamongan sampai coto Makassar. Atau panganan khas mantau; roti semacam bakpau yang digoreng berisi daging rusa. Sedangkan pada pagi hari akan banyak dijumpai jajanan pasar untuk sarapan, dari waday (kue) banjar, kue bugis, cenil, ongol-ongol, barongko, bika, ketan, nasi kuning dan jengkol bersantan. Sangat nikmat disantap selepas melakukan jogging pagi di sepanjang “jalan minyak” (jalan di daerah pekilangan minyak) dengan berakhir di pantai.

Saya tidak bermaksud menulis artikel wisata, saya hanya ingin menggambarkan kota kelahiran saya, kota yang hingga sampai saat ini masih dihuni mayoritas keluarga besar saya. Selalu saja ada nuansa yang berbeda setiap kali saya mengunjungi kota ini. Namun terlepas dari itu semua, saya jadi berangan-angan, suatu saat saya akan kembali ke kota ini untuk mengabdi dan berkontribusi untuk pembangunan kota ini. Entah kapan.