Jumat, 09 November 2012

universitas Islam kok pakai bank riba

satu waktu dalam sebuah seminar saya sempat tertegun karena berkali-kali saya dihadapkan dengan pertanyaan “mengapa perbankan syariah nasional masih saja porsinya kecil?” Duh, kenapa selalu bertanya dan menuntut-nuntut sesuatu yang seharusnya kita usahakan bersama. Ketika itu kebetulan seminar diselenggarakan di satu universitas Islam terbesar. Iseng saya balik bertanya, “mohon maaf, universitas ini pembayaran SPP mahasiswa dan gaji dosen lewat bank mana ya?” Suasana ruangan mendadak riuh, tersadar kalau saya menjawab pertanyaan awal tadi secara tidak langsung, bahkan sedikit menyindir. Tuh kan, masa universitas Islam pakai bank riba, membatin saya. Bagaimana bisa besar bank syariah ini, kalau saat ini kita semua lebih suka menjadi penonton.



Setelah beberapa waktu, sindiran diatas itu sepantasnya dipertanyakan pula pada hal yang lain, seperti pengelolaan dana ormas Islam, pembayaran zakat, pengelolaan dana yayasan dakwah Islam, pengelolaan dana haji, KENAPA MASIH PAKAI BANK RIBA!!!??? Coba bayangkan, kalau saja semua pembayaran SPP dan pembayaran gaji guru di lembaga pendidikan Islam, dari madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah sampai aliyah, dari Sekolah Tinggi Agama Islam, Institut Agama Islam dan Universitas Islam baik swasta maupun negeri, semua-mua dilakukan melalui Bank Islam, seberapa besar industri perbankan syariah akan membesar.



Mau ibadah suci seperti haji kok mengelola dananya pakai bank riba? Katanya ormas Islam, kenapa mengurus asetnya pakai bank riba? Seperti shalat yang menjadi penghulunya ibadah, Zakat itu penghulunya muamalah dalam Islam, tapi kenapa mengelolanya dengan bank riba? Bagaimana bisa datangkan keberkahan untuk mencetak siswa-siswa yang shaleh, kalau kelolaan dana SPP dan gaji para gurunya pakai mekanisme dosa besar lewat bank riba?



Kenapa begitu sensitifnya kita dengan kandungan babi di es krim tapi kok ga sensitif sama dosa besar di tabungan dan transaksi-transaksi keuangan? Seberapa besar sih derajad kejijikan kita sama satu dosa besar ini? Sampai-sampai kita masih merasa lebih jijik melihat kandang babi daripada kandang riba! Sehingga kandang-kandang riba masih subur didirikan di halaman universitas-universitas Islam.



Halah, tulisan ini kok jadi ga jelas gaya penulisannya, ga jelas runutan kata dan isunya. Tapi mudah-mudahan jelas maksudnya.

Tidak ada komentar: