Sabtu, 04 Oktober 2008

Mengapa Krisis Keuangan Amerika Berbahaya?

Akhirnya Senat US mengabulkan proposal bailout (yang sebelumnya direvisi dan ditambahkan sweeteners) setelah 2 hari yang lalu ditolak oleh mereka. Sampai-sampai 2 kandidat presiden US; Obama & McCain, harus ikut dalam voting tersebut. Hasil ini merupakan kerja keras Bush yang bukan hanya meyakinkan anggota Senat dari kubu Demokrat tetapi juga kubunya sendiri di Republik.

Sementara itu, hari sebelumnya Dow Jones mengalami rebound sebesar 480 poin atau lebih dari setengah penurunan fenomenal sesaat penolakan bailout program oleh Senat. Pengamat meyakini bahwa itu sinyal positif pasar yang menunggu negosiasi ulang pemerintahan Bush dengan Senat yang didukung oleh beberapa politisi baik partai Republik maupun partai Demokrat. Tetapi tetap saja situasi itu (rebound-nya Dow Jones) dapat saja diartikan sebuah akibat wajar dari pasar saham setelah penurunan indeks yang terlalu tajam pada waktu sebelumnya, dimana para spekulan merasa bahwa transaksi telah mencapai dasar harga dan mayoritas berpersepsi sudah saatnyalah mengkoleksi saham-saham ketika harganya murah. Namun yang menjadi pertanyaan; apakah kepercayaan ini akan terus berlangsung? Apakah bailout cukup sakti menahan laju krisis?

Pada sadarnya bailout USD 700 biliion ini berfungsi untuk membeli/membersihkan asset-asset bermasalah di lembaga keuangan Amerika, sehingga lembaga-lembaga tadi dapat kembali menjalankan mesin usahanya. Meskipun begitu, jikapun program ini mampu menggerakkan kembali industry keuangan Amerika, sampai kembali pada tingkat normal sekalipun, tetap saja krisis ini terlalu mahal meminta tumbal. Proposal sebesar USD 700 billion merupakan rekor sejarah yang melebihi apa yang pernah dilakukan untuk mengatasi Great Depression, satu krisis fenomenal yang kemudian merubah secara signifikan wajah ekonomi dan konsepsi-konsepsinya.

Dan dana bailout itu sudah pasti dominan berasal dari taxpayers, dari masyarakat Amerika. Itu mengapa muncul kemarahan disebagian masyarakat Amerika sebagai respon terhadap rencana pemerintah ini. Kenapa mereka yang harus membayar dan menanggung beban dari krisis yang dilakukan oleh segelintir orang di lembaga-lembaga keuangan. Sedangkan segelintir orang itu ada yang bisa “lenggang-kangkung” keluar dari lembaga tersebut dengan mengantongi pesangon ratusan miliar rupiah. Artinya, kalaupun program ini bekerja baik, system keuangan Amerika sudah terkapar kalah dengan beban yang harus ditanggung berupa dana public USD 700 billion, kerugian industry yang lebih dari USD 20 triliion, tanggulangan ekstra dari Fedres untuk beberapa lembaga keuangan, baik bank, asuransi dan mortgage, serta perubahan struktur industry keuangan US yang kini bernuansa nasionalisasi.

Jika kita ingin melihat berapa signifikannya angka kerugian, bailout dan dana tanggulangan ini, bisa kita bandingkan dengan size perbankan nasional kita. Asset perbankan nasional Indonesia mencapai sekitar Rp 2.000 triliun, sedangkan program bailout US mencapai sekitar Rp 6.500 triliun! Meskipun jika dibandingkan dengan GDP US, program bailout ini hanya mencapai 5,1% saja dari GDP yang mencapai USD 13 trillion. Tapi jika juga dikalkulasi kerugian industry dan dana-dana tanggulangan diluar program bailout, bisa dibayangkan bahwa krisis ini sebenarnya sudah membuat perekonomian Amerika berantakan.

Persetujuan atas program bailout bukanlah sinyal final krisis sudah ketemu obatnya. Tetapi bailout ini hanya upaya membersihkan atmosfer industry keuangan, agar program-program perbaikan selanjutnya dapat dengan lebih lancar dilakukan. Artinya bailout pada tingkat awal berfungsi mencegah krisis semakin memburuk menjalar kesemua sendi ekonomi. Akankah bailout ini berhasil? Kita akan lihat respon pasar selanjutnya. Pasar keuangan sangat sensitive dengan informasi, disamping informasi bailout, informasi lain yang tersembunyi masih belum terungkap di pasar. Padahal informasi itulah yang seringkali menentukan kecenderungan pasar. Jadi saat ini, boleh jadi yang menentukan keberhasilan pemerintah Amerika adalah kelihaiannya dalam mengelola informasi di pasar keuangan. Pemerintahan Bush harus menjaga dan memelihara momentum informasi positif.

Diluar upaya jangka pendek itu, sejatinya system keuangan konvensional modern ini sekali lagi menunjukkan kerapuhannya. Dengan keyakinan bahwa ada yang salah dalam paradigma dan aplikasi system keuangan, maka saya percaya akan ada momen nanti yang menandai selesainya usia system ini. Kapan itu? Kita lihat saja apakah momen itu datang bersama dengan momen krisis ini.

Tidak ada komentar: