Senin, 26 Oktober 2009

Orientasi dan Disorientasi Hidup


Duhai diri, tahukah kamu, seringkali dinamika dunia mengaburkan arah dan fokus hidup. Atau keakraban pada kemegahan membuat konsentrasi pelaksanaan visi hidup menjadi terganggu. Bahkan tidak jarang kesibukan yang mengatasnamakan misi kehidupan memutuskan kaitan misi dengan visi dan tujuannya. Tidak heran akhirnya banyak orang ditengah proses kehidupannya kemudian kehilangan arah, orientasi atau bahkan kesadaran.

Oleh sebab itu, mempertanyakan kembali pada diri, apa fungsi hidup ini? Kalau sudah sukses dapatkan semua kemudahan hidup, lantas apa? Kalau sudah dapatkan pengakuan, status sosial tertinggi dan kehormatan, lantas apa? atau sekedar bertanya; siapkah saya dengan kematian? Siap dengan konsekwensi setelahnya? Bagaimana jika saat ini malaikat pencabut nyawa, Izrail sudah ada di hadapan kita?

Bukankah hidup sepatutnya tidak menjadi rutinitas yang monoton? Ritual-ritual yang tak memiliki nilai terlebih makna? Prosesi-prosesi yang tak ada padanya arah dan arti? Hidup seharusnya menjadi waktu-waktu yang bermakna dan berarti. Semuanya berjalan dengan alasan yang kuat, arah visi yang jelas, misi yang terukur dan konsisten dilakukan. Namun memang pada akhirnya dibutuhkan kesabaran yang dalam juga luas.

Saya menuliskan ini, sekedar ingin menasehati diri sendiri, karena kehampaan mulai muncul kembali. Emosi dan situasi ini boleh jadi karena ketidakberdayaan jiwa untuk mengambil keputusan akibat kekuatan tarik menarik antara kemalasan dan semangat.

Tetapi bagi siapa saja diluar sana yang mungkin memiliki kondisi yang sama, semoga Allah mudahkan segala urusannya. Karena cinta Allah dan kasih sayang-Nya adalah sandaran terakhir yang diharapkan teranugerah kepada kita, ketika ketidakberdayaan sudah menguasai jiwa.

Pertanyaan-pertanyaan diatas pada sisi lain mungkin saja berguna untuk memulai “mutaba’ah” kehidupan kita yang telah puluhan tahun berjalan ini. mencoba mengaudit sejauh mana kita telah melangkah atau bahkan tersesat.

Saya pun tidak bosan-bosan mengingatkan cara-cara audit diri ini:

1. Sudahkah pujian-pujian pagi kita persembahkan pada Allah SWT? Agar orientasi selalu disadarkan arahnya.

2. Sudahkan ada salam yang keluar dari lisan untuk menyapa manusia? Agar diri tahu betul fungsi keberadaannya, yaitu membahagiakan manusia lain sekalipun hanya dengan doa.

3. Senyumkah yang memulai kehidupan kita hari ini? Agar optimisme dan prasangka baik menjadi modal menjalani siang, sore dan malam.

4. Sudahkan kita sedekah pagi ini? Agar pada waktunya nanti kita dapatkan belas kasihan Allah

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar: