Rabu, 07 Oktober 2009

“Rakus”


Begitu antusias saya mengejar amal shaleh yang satu ini, bagi saya ini perlombaan (fastabiqul khairat). Fokus fikiran saya hari itu hanya satu, ingin menjadi relawan ke Sumbar. Begitu pengurus masjid Baitul Ihsan (MMBI) Bank Indonesia mengumumkan akan mengirim relawan, selepas shalat saya langsung kasak-kusuk tanya kesana kemari, apakah masih ada kesempatan saya gabung di Tim MMBI.

Saya telpon ketua MMBI Mas Ismail, di kantornya ternyata tidak ada di tempat, saya tanya kawan apa dia tahu cara gabung dengan Tim Relawan MMBI, ternyata tidak tahu. Akhirnya saya telpon Masjid, saya tanya bagaimana kalau saya mau ikut gabung Tim Relawan MMBI apa dimungkinkan, ternyata Mas Ismail ada di sana dan mengambil alih telepon dari pengurus MMBI. Mas Ismail jawab “dimungkinkan, seharusnya staf masjid yang berangkat tetapi digantikan oleh Mas Augus”. Saya buru-buru potong kalimat Mas Ismail, “Mas kalau perlu saya akan cuti dan membayar biaya tiket kesana.” Saya ga mau mengalah untuk yang satu ini.

Mas Ismail akhirnya meminta untuk menelepon kembali beberapa menit lagi. Sayapun meminta waktu itu untuk meminta izin pada pimpinan saya dan mengkonfirmasi beberapa jadwal narasumber pada akhir pekan. Saya cepat-cepat meminta izin dan melakukan konfirmasi. Ketika saya telepon kembali Mas Ismail di Masjid, beliau mengabarkan “insya Allah bisa Mas, karena kebetulan Mas Augus yang seharusnya berangkat, batal karena alasan teknis.” Alhamdulillah!

Sepanjang perjalanan pulang muncul renungan di benak saya. Duhai diri, bukankah sepatutnya semua potensi amal shaleh kau perlakukan seperti ini? Mengejar, ngotot dan ga mau kalah. Bukankah setiap potensi amal shaleh yang disediakan Allah dihadapanmu seharusnya kau ambil dengan rakus? Seperti seorang Ustadz yang selalu jalan di depan ketika bersama kawan-kawannya, karena berharap dirinyalah yang pertama memungut sampah yang berserak atau sekedar menyingkirkan batu di jalan.

Bukankah setiap amal shaleh yang terlantar itu adalah keistimewaan yang disediakan untuk mereka yang tahu dan sadar? Jadi tidak usah menggerutu karena tidak ada orang yang melakukan atau selalu dirimu yang melakukan itu. Tanpa sadar saya mengangguk-angguk, baik... baik... baik... Bismillah.

Tidak ada komentar: