Rabu, 11 November 2009

Kemuliaan dan Kehinaan


Duhai saudaraku, pernahkah kita merenung barang sejenak keadaan kita nanti di padang mahsyar? Tempat dimana masing-masing manusia harus menghadapi maha sidang dari semua perkara dunia yang telah dilaluinya. Padang mahsyar adalah saat dimana kecemasan dan kegelisahan menjadi pengisi penuh benak semua orang. Bagaimana keadaanmu saat itu?

Tiba-tiba lintasan fikiran ini muncul di benak saya, tidak tahu kenapa. Pertanyaan selanjutnya yang menyentak adalah; siapkah kamu? Duh saudaraku, siapkah kita. Kalau saja pertanyaan yang muncul itu; keadaan apa yang kau inginkan nanti di padang mahsyar? Mungkin dengan mencoba merendahkan hati, saya ingin menjawab seperti ini.

Saya ingin di padang mahsyar lisan yang menjawab semuanya dengan jujur, tidak perlu minta tangan, kaki, mata atau jari-jemari. Kalau memang saya berdosa saya ingin akui itu, saya ingin saya yang menghinakan diri, saya tidak ingin diwakili oleh siapapun termasuk semua panca indera yang saya punya. Karena sayalah yang paling bertanggung jawab menjaga amanah badan ini. Karena boleh jadi pengakuan di padang mahsyar itulah kebaikan satu-satunya yang saya mampu lakukan.

Duhai saudaraku, lihatlah dunia saat ini, mungkin banyak yang mengutuki saudaranya yang lain atas perbuatan dosa dan maksiat mereka. Tetapi pernahkah kita bayangkan, boleh jadi itu hanya tontonan dari Tuhan, begitu mudahnya Allah hinakan seseorang. Tuhan hanya buka tabir aibnya pada sekelompok orang dan akhirnya disaksikanlah oleh seluruh alam.

Bagaimana jika Allah angkat tabir aib kita? Masih mampukah kita mengangkat tangan dan jari telunjuk untuk menuding-nuding kebusukan dan kehinaan seseorang? Duhai saudaraku, itu mungkin alasan Tuhan ajarkan pada kita doa shalat dimana diselipkan satu permintaan yang mungkin selama ini kita remehkan, yaitu doa duduk diantara dua sujud; ya Allah tutuplah aibku (...wajburni...).

Semua panca indera yang kita punya dari ujung rambut hingga ujung kaki boleh jadi sudah pernah bermaksiat, tapi ternyata manusia masih melihat kita sebagai manusia yang terhormat, hanya karena tabir aib kita tidak dibuka. Mari istighfar...

Tidak ada komentar: