Senin, 02 November 2009

Kesantunan di Ujung Zaman


Drama kehidupan yang dipertontonkan saat ini, seperti korupsi, rekayasa hukum, gugat menggugat, semakin memperjelas wajah Indonesia sebagai bangsa. Wajah yang jauh dari suasana sejuk apalagi sejahtera. Prestasi ekonomi boleh jadi banyak yang menyanjung Indonesia, tetapi prestasi sosial dimana harmonisasi kolektif bangsa sebagai parameternya, masih jauh dari cita-citanya.

Kesantunan, itu yang tak ada. Kesantunan yang digambarkan oleh prilaku lemah lembut, bersahaja, saling membantu, saling menjaga, tenggang rasa dan prasangka baik, menjadi nilai prilaku yang sangat dibutuhkan Indonesia.

Bila kondisi ini tidak berubah, sektor sosial berpotensi mengancap pembangunan ekonomi yang telah secara berhati-hati dibangun dan dipertahankan perkembangannya. Sektor sosial masyarakat sendiri pada akhirnya tidak akan memiliki ukuran-ukuran kebaikan dalam interaksi sosialnya. Padahal ruh sebuah kesejahteraan dari suatu komunitas bangsa terletak pada harmonisasi sosialnya. Bagaimana mungkin harmonisasi itu tercipta, jika upaya menuju kesana tidak dilakukan, bahkan yang terjadi adalah kehancuran sendi-sendi sosial yaitu ketiadaan kesantunan.

Bangunan ekonomi Islam yang menjadi mimpi semua orang terbangun oleh dua jenis batu-bata, yaitu kekuatan sistem aplikasi ekonomi yang bersumber dari prinsip-prinsip syariat yang bersih dan keharmonian sosial yang berasal dari nilai-nilai prilaku yang luhur dan terpuji.

Dengan demikian, upaya pembangunan ekonomi Islam secara utuh tidak hanya ada diranah pembangunan sistem, tetapi juga di wilayah pembentukan prilaku (individual dan kolektif). Bahkan pembangunan prilaku ini menjadi titik krusial keberhasilan pembangunan ekonomi Islam secara keseluruhan.

Mungkin perlu penataan yang lebih sistematis, terukur dan terpadu pada sistem pendidikan nasional, agar sistem pendidikan bukan hanya menelurkan sarjana-sarjana penuh ilmu tetapi juga sarjana penuh moral dan kesantunan. Ironisnya pendidikan moral masih dilakukan secara informal, pendidikan itu hanya ada di majelis-majelis taklim pada ruang dan waktu yang marginal dari bangsa ini.

Tetapi yakinlah kalau generasi bermoral itu pasti akan muncul tak peduli dari sistem pendidikan apa ia terbentuk, jika memang generasi saat ini terus bergelut dengan kondisi sosial yang kacau akibat ulah mereka sendiri. Dan kita harus pastikan bahwa kita menjadi bagian dari mereka yang akan muncul itu.

Tidak ada komentar: