Senin, 13 September 2010

Kalau Tidak Begini Bukan Akhir Zaman Namanya


Ada yang mau bakar Qur’an di Florida – Amerika Serikat, ada yang merobek Qur’an dan menjadikannya rokok di Queensland – Australia, ada yang menghina dan mengolok-olok Islam di jalan-jalan Amerika atau Eropa, ada yang membunuhi muslim hampir setiap hari di Gaza dan Tepi Barat – Palestina, ada berkonspirasi memeranginya dengan dalih terorisme di Irak, Afghanistan, Pakistan, Chechnya (Chenchen) dan Somalia, tetapi pada saat yang sama kaum muslimin di negeri-negeri mereka lebih banyak yang asyik di bar-bar, club-club malam, nongkrong di jalan bersama komunitas-komunitas materialisme, ribut sendiri diantara mereka untuk hal-hal yang sepele dan tidak penting, malah ada yang tega-teganya mengaku-aku nabi, inilah wajah kita ummat Islam. Ummat yang oleh Tuhan sudah dilabeli sebagai ummat terbaik (khairu ummah). Ummat yang akan menjadi saksi bagi ummat lain; kafir, nashrani, yahudi, majusi dan lain-lain, dan mendapat kehormatan karena Nabi yang akan menjadi saksi bagi mereka. Tuhan juga pernah menghibur; “janganlah kamu merasa lemah, jangan pula kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajadnya, jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).

Intinya, di luar negeri muslim, ummat ini di zalimi, dianiaya, dilecehkan sampai-sampai sudah tidak memiliki harga. Di dalam negeri mereka sendiri, mereka tidak memiliki pegangan sehingga yang ada hanya kebingungan, perseteruan, pecah-belah, kemaksiatan, saling intimidasi dan berujung pada kehinaan kolektif. Betul-betul menyedihkan. Tapi sepertinya kondisi ini baru pembukaan, baru mukaddimah dari kondisi yang jauh lebih buruk.

Saat ini ummat jauh dari tuntunan Islam, mereka lebih banyak yang berbondong-bondong meninggalkan kewajiban-kewajiban ibadah, apalagi kebiasaan sunnah. Malah kemaksiatan lambat laun menjadi benar dimata mereka, hilang rasa bersalah setelah melakukannya apalagi menyesal. Ironisnya ibadah-ibadah yang masih terpelihara lebih sebagai sebuah ritual simbolik untuk status sosial, bahkan ada yang memperlakukannya sebagai paket hiburan dan industri.

Kalau sudah begini jangan dulu tanya kekhusyukan, jangan tanya kualitas, persaudaraan, ketawadhuan, kezuhudan, kesantunan dan kesederhanaan, esensi-esensi Islam itu semakin menjadi dongeng dan legenda. Itu mengapa sampai-sampai Nabi memberikan stimulus bagi ummatnya di akhir zaman; “barang siapa yang menghidupkan sunnahku ketika banyak manusia meninggalkannya, maka ganjarannya sama seperti pahala seratus kali mati syahid.”

Mungkin diam saja tidak melakukan amal shaleh apapun sudah sangat bermakna di mata Tuhan saat ini, karena disekeliling kita, kemaksiatan sudah mengepung dan mengurung, sehingga diam untuk tidak tergoda saja sudah sebuah prestasi. Bahkan boleh jadi kita yang menentang arus sudah dipinggirkan oleh kelaziman kehidupan atau mungkin sudah dianggap gila, karena memegang kebenaran. Apalagi jika nanti biang keburukan dan kemaksiatan, dajjal durjana muncul di muka bumi. Islam betul-betul akan asing dan manusia Islam yang shaleh akan terasing, tapi beruntunglah mereka yang asing.

Dengan alasan yang sama dan analogi yang seperti ini, saya ingin meyakinkan diri sendiri dan mengajak semua pejuang ekonomi syariah, bahwa semakin hari perjuangan ini tidaklah semakin ringan meski barisan kita semakin panjang. Tantangan bukan hanya ditujukan pada kita secara kolektif tetapi juga secara pribadi. Godaan kerja yang tidak jelas kehalalannya, desakan pendapatan untuk hidup mapan, status sosial yang menuntut juga pelayanan, gaya hidup materialistik yang makin lama-makin menggoda, dan semakin banyaknya justifikasi dan toleransi pada keburukan yang mampir ke otak kita. Yakinlah, semua itu bagian dari perjuangan. Artinya perjuangan bukan hanya berupa perjuangan mewujudkan Islam dalam ekonomi, tetapi juga perjuangan menjaga akal sehat dan idealisme di dalam hati dan jiwa.

Inilah akhir zaman saudara-saudara. Siapkanlah diri kita pada segudang keanehan dan gelombang kegilaan yang mampu memutar-balikkan logika. Kuncinya adalah berpegang teguh pada Islam, percaya pada janji Tuhan dan mari saling menguatkan barisan. Selain itu, bukankah kekacauan akhir zaman ini membuat kerja-kerja shaleh kita menjadi tinggi nilai dan derajadnya di mata Tuhan? Akhir zaman adalah puncak pengkhianatan manusia pada Tuhannya, inovasi maksiat tertinggi yang dilakukan manusia. Dan di sela-selanya jika ada manusia yang bertahan dengan kepatuhan pada Tuhan, maka tak ada yang pantas mengganjar mereka kecuali syurga. Jadi jangan menyerah, kalau tidak begini bukan akhir zaman namanya. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar: