Senin, 17 Januari 2011

mencuri amal shaleh


Sedikit terkesan kontroversial judul topik diatas ya. Sengaja saya menulis artikel ini, sebagai dedikasi saya kepada orang-orang yang begitu cerdiknya sehingga mereka mampu menumpuk kebaikan dari tempat-tempat yang jarang dilakukan. Ketika saya tunaikan ibadah haji beberapa waktu lalu saya terkesima dengan orang yang dengan bersahajanya melakukan amal shaleh ringan tetapi begitu menggelitik rasa iri.

Saya melihat ada orang yang membagi-bagikan kurma menggunakan gelas plastik yang biasa dipakai untuk meminum air zam-zam kepada para jamaah di masjidil haram setiap menjelang maghrib. Atau ada juga yang sekedar membagikan air zam-zam dengan gelas plastik kepada mereka yang duduk lama kepanasan di pelataran ka’bah. Atau ada orang yang berdiri dipinggir lintasan thawaf lantai dua masjidil haram, menyediakan dan memberikan segelas air zam-zam kepada mereka yang sedang thawaf, perlu diketahui thawaf di lantai dua masjidil haram lintasannya relatif panjang sehingga memang lebih melelahkan. Atau ada orang yang menyemprotkan air keudara ditengah kerumunan sesak orang yang kepanasan ketika sedang thawaf. Semprotan air itu begitu menyejukkan bagi mereka yang tersiram.

Mencuri amal shaleh, ini inti dari apa yang dilakukan segelintir orang itu. Mereka begitu jeli melihat celah-celah untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sementara orang konsentrasi bagaimana menjalankan ibadah dengan maksimal untuk mendapatkan pahala Allah, orang-orang ini mengambil pahala melalui usaha memberikan kemudahan bagi orang orang yang beribadah itu. Saya jadi teringat teman di kampus dulu yang seringkali menyediakan ifthar makanan berbuka setiap kali kami puasa senin atau kamis. Boleh jadi dia lupa atau tidak sanggup berpuasa ketika itu, tetapi ia tidak ingin tidak mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, sehingga “mencuri” pahala dengan cara seperti itu.

Saya pun jadi ingat sebuah cerita yang membuat saya semangat dalam melakukan amal shaleh dengan cara yang bersahaja, tanpa pamrih, tanpa kepentingan selain kepentingan pahala Tuhan. Cerita itu menjelaskan tentang seseorang yang aktif ikut dalam diskusi agama dan politik yang diadakan reguler satu malam setiap pekan di sebuah rumah kos.

Ia tidak pernah absen mengikuti diskusi itu, meski ia tidak pernah ikut aktif berdiskusi, ia hanya menjadi pendengar saja. Karena menurutnya diskusi itu memberikan banyak ilmu dan membuka wawasannya. Ia begitu kagum dengan teman-temannya yang berdiskusi, semuanya begitu lihai menyampaikan argumentasi, begitu luas wawasan mereka yang tergambar dari ulasan-ulasan yang keluar dari lisan mereka. Ia kagum karena teman-temannya itu pasti banyak membaca, mengkonsumsi berbagai macam literatur, sehingga diskusi menjadi begitu bernilai.

Namun satu waktu diskusi itu terasa tidak hangat, tidak semangat seperti pekan-pekan sebelumnya. Peserta yang hadir terlihat duduk lesu dan berargumentasi sekenanya. Selidik punya selidik ternyata ada satu orang yang tidak hadir dalam diskusi itu. Ketidak hadirannya membuat diskusi menjadi hambar. Padahal orang yang hadir itu tidak pernah aktif dalam diskusi, dia hanya setia mendengarkan saja. Mengapa ketidakhadirannya melesukan diskusi. Ternyata karena dialah yang selama ini selalu menyediakan gorengan dan minuman ringan sebagai konsumsi semua peserta. Dia selalu hadir lebih dulu di tempat diskusi, mengambil piring dan menyiapkan gelas untuk semua orang dan merapikannya begitu diskusi berakhir.

Lihatlah ternyata dia yang tidak “menampakkan” diri dalam banyak peristiwa-peristiwa penting memiliki peran yang tidak kalah sentral dalam menentukan jalannya peristiwa. Uniknya, untuk cerita yang tadi, ketika ia ada boleh jadi tak ada yang menyadari kehadirannya, karena ia tak pernah aktif bersuara dalam diskusi. Tetapi ketika ia tak ada semua orang merasa kehilangan. Bagaimana dengan kita? Yang saya pahami, kebanyakan orang umumnya menonjol-nonjolkan diri bersama kebaikan yang dimilikinya, bahkan saat ini sudah sering kita saksikan banyak yang menjual kebaikan-kebaikan mereka bahkan ingin populer dengan kebaikan-kebaikan itu, menjadi selebriti menggunakan amal-amal kebaikan itu.

Semoga Allah SWT limpahkan banyak keberkahan pada para pencuri amal shaleh. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: