Kamis, 06 Januari 2011

Idealisme


Pernah bertanya pada diri atau mungkin siapa saja yang anda kenal; sejauh mana idealisme yang dimiliki mempengaruhi atau bahkan membentuk jalan hidup? Pertanyaan selanjutnya yang mungkin lebih dalam; keputusan-keputusan hidup penting apa saja yang anda sudah sandarkan pada sebuah idealisme? atau selanjutnya sampai pada pertanyaan yang lebih mendasar; idealisme seperti apa yang layak mempengaruhi atau membentuk jalan hidup seseorang?

Diskursus seperti ini menarik saya fikirkan, karena baru saja seorang kolega dikantor atau lebih tepatnya salah-satu atasan saya, memberikan contoh yang begitu mendalam pada kami semua di kantor. Beliau mengambil keputusan yang begitu “asing” dalam karir kerjanya, yaitu pensiun dini. Padahal sepengetahuan saya beliau merupakan salah satu pegawai terbaik yang dimiliki institusi tempat kami bekerja. Beliau dengan ringan menyampaikan alasan bahwa seorang wanita sepatutnya tidak keluar rumah tanpa mahramnya kecuali dalam keadaan yang mendesak. Dan beliau berargumen bahwa wanita tidak wajib mencari nafkah, sehingga sepatutnya wanita memaksimalkan perannya sebagai seorang istri yang mengambil posisi dan fungsi yang tidak diisi oleh suami di rumah.

Beliau meninggalkan jabatan yang cukup tinggi termasuk semua peluang yang cukup terbuka bagi jabatan yang lebih tinggi. Disamping pastinya beliau meninggalkan sumber penghasilan yang tergolong tidak rendah. Namun idealisme mendominasi diri beliau, sehingga keputusan diatas akhirnya Allah izinkan terjadi. betul-betul keputusan yang “asing”. Tentu saja asing dilingkungan atau situasi masyarakat akhir zaman seperti ini, namun itu menjadi keputusan yang sangat patut, jika parameter-parameter Islam dijadikan cermin bersikap. Semoga kemuliaan dan keberkahan Allah SWT sampai pada beliau atas keputusan yang berniat mulia ini.

Nah, kini pertanyaannya sampai pada kita, saya dan anda, sejauh mana idealisme sudah mewarnai hidup kita. Keputusan-keputusan penting dari hidup apa saja yang telah kita ambil berdasarkan idealisme? Dan apa idealisme yang kita jadikan pegangan? Saya sendiri tidak memiliki pilihan lain kecuali mengambil Islam sebagai idealisme hidup dan kehidupan. Dengan Islam, keputusan konsumsi, memperlakukan harta, gaya hidup, prioritas hidup dan lain sebagainya menjadi jelas arahnya kemana.

Ada beberapa kawan, mahasiswa dan beberapa orang yang saya kenal mengambil keputusan-keputusan hidup yang memberikan ketauladanan idealisme Islam. Ada yang keluar dari tempat kerja karena kerjanya tidak sesuai dengan syariah, tidak pernah mengambil kredit atau bahkan soft loan kantor karena tidak mau berhutang. Dengan alasan yang sama ada yang tidak pernah mau menggunakan kartu kredit bank. Ada yang tidak mau membeli asuransi karena yakin Allah akan selalu menjaga dirinya, musibah dipandang sebagai sebentuk anugerah lain karena menggugurkan dosa, dan musibah tidak akan sampai pada seseorang yang tidak mampu menanggungnya. Sehingga dari pada beli premi asuransi lebih baik gunakan dananya untuk mereka yang lebih membutuhkan. Masih banyak lagi idealisme-idealisme semisal ini mewarnai hidup mereka yang mencoba menjadi mulia di mata Tuhan. Semoga semakin banyak tauladan lain, sehingga idealisme Islam hidup kembali menjadi amal, menjadi kebiasaan, menjadi budaya, dan akhirnya menjadi peradaban!

Tidak ada komentar: