Senin, 26 Maret 2012

Gundah..

Masih belum ikhlas dengan keputusan yang sudah anda ambil, karena anda masih terbayang-bayang pilihan lain yang terus menari di benak anda? Masih belum terima dengan kejadian baru lalu, meski sudah diingatkan itu takdir Tuhan yang ketentuannya telah ditetapkan sebelum anda lahir? Masih berandai-andai, kalau anda sepatutnya bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik, kalau saja anda tidak memilih apa yang sudah dipilih dan melakukan apa yang tidak pernah anda lakukan?

Entah yang menjadi objek kebimbangan serta kegundahan anda itu adalah karir, harta, jabatan, jalan dan gaya hidup, atau mungkin jodoh. Intinya kebimbangan dan kegelisahan itu mengganggu maju dan lajunya jalan hidup anda saat ini. Gangguan itu menghabiskan energy yang seharusnya dapat digunakan untuk mencapai hal lain. Gangguan itu dapat membuat kerja-kerja yang ada didepan mata menjadi tak maksimal, baik proses maupun orientasinya. Dan pada akhirnya gangguan ini akan menghasilkan kebimbangan dan kegelisahan baru, memunculkan gangguan-gangguan selanjutnya.

Saya tidak ingin menggurui anda, tidak juga ingin memberikan resep jitu agar kebimbangan dan kegundahan itu hilang. Karena saya menulis ini sebenarnya mungkin sedang ingin membagi kebimbangan dan kegundahan versi saya atas apa yang saya alami. Saya ungkapkan ini dalam rangka mendapatkan visi lain atau perspektif yang berbeda. Karena kok lama-lama semakin mengganggu ya, kok hal yang seperti ini selalu ada dan muncul ya? Jangan-jangan, ada yang salah dengan cara saya hidup? Masa sih saya selalu melakukan kesalahan yang sama?

Sesuatu yang selalu muncul itu biasanya masalah hidup, ujian, cobaan atau bala penggugur dosa. Ups interupsi, saat paragraf ini belum selesai saya tulis, tadi saya shalat dzuhur di satu masjid, dan subhanallah, sepatu saya hilang. Sambil duduk lama di tempat penyimpanan sepatu itu saya tersenyum. Sungguh sangat banyak alasan yang membenarkan Tuhan memberikan musibah ini, apalagi jika dilihat dari beberapa dosa yang sudah saya lakukan. Saya sangat berharap, dosa saya gugur karena kehilangan ini. Tapi sempat nakal juga fikiran saya tadi, karena di benak saya sampai keluar kalimat; “iya mau banget gugurin dosa, tapi jangan dengan sepatu itu.”

Hhh.. kalau saja saya tidak pakai sepatu yang itu, seandainya saya titipkan ke tukang semir sepatu, jika saja saya tidak terlalu lama di masjid. Hey, hati-hati fikiran ini kalau diteruskan bisa-bisa bermuara pada penyesalan takdir, mengeluh pada kehendak Tuhan atau bahkan menyalahkan apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya. Padahal (untuk kesekian kalinya) gelisah, gundah, khawatir, sakit, musibah dan bencana itu menggugurkan dosa. Dan ketetapan-ketetapan itu sudah merupakan skenario terbaik Tuhan untuk kebaikan diri kita sendiri. Semua ini ada dalam remote-Nya. Kadang kita bisa terima ketetapan itu, tetapi seringkali kita tidak mampu mengikhlaskannya.

Well, seperti itulah hari-hari, berganti dari satu cobaan ke cobaan yang lain, berganti dari satu gundah ke gundahan yang lain. Mudah-mudahan pergantian itu hikmahnya adalah bergugurnya dosa yang satu ke dosa yang lain. Dan semoga kecepatan pengguguran dosa lebih cepat dari penumpukan dosa baru.

Jadi, mulailah belajar untuk siap menerima apa yang tidak kita harapkan. Luaskan ruang pemakluman di serambi hati untuk peristiwa-peristiwa yang tidak indah untuk dinikmati. Selanjutnya belajarlah untuk tidak panik dan cepat menikmati apa-apa yang memang sudah menjadi kehendak Tuhan.

1 komentar:

renungan mengatakan...

kegundahan dan kebimbangan ad keraguan manusia dalam proses mencari 'jalan' takdir yg telah ditentukan???? ...kegundahan dan kebimbangan dpt menciptakan hikmah bahwa manusia memiliki keterbatasan atas kepastian harapan dan keinginannya..?