Adakah anda memiliki alasan untuk terus memelihara harapan ketika setiap kali dihadapkan dengan kenyataan yang selalunya tak padan? Cukupkah kesabaran menjadi dalih yang shahih untuk itu, atau ia hanya refleksi pelarian ketika diri tidak menemukan satupun jawaban yang nyaman? Apakah pula bertanya seperti ini merupakan sebuah kesantunan dalam hidup? Atau bertanya menjadi tindakan yang tak wajar karena itu tanda dari keluhan yang sepatutnya tak ada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar