Pernah berhitung, anda hidup pada berapa ruang komunitas? Ada komunitas keluarga, baik keluarga sendiri maupun keluarga pasangan hidup kita. Ada pula komunitas kantor, komunitas tetangga dan komunitas pengajian. Atau ada komunitas sahabat, dari alumni SD, SMP, SMA, S1, S2, S3 atau alumni program-program tertentu yang membuat jalinan pertemanan dimulai dan terpelihara, seperti komunitas alumni haji. Selain itu mungkin anda memiliki kesibukan dalam ruang komunitas yang terbentuk karena faktor-faktor unik, seperti komunitas hobi.
Nah, coba lihat, banyak bukan komunitas yang anda harus sikapi, harus perhatikan, harus luangkan waktu? Jikalau pada semua komunitas itu kita juga harus menjaga tingkah laku, memelihara idealisme sekaligus melakukan kerja-kerja yang menjadi tuntutan komunitas itu, begitu rumit dan meletihkan bukan? Kecuali jika anda memang tidak mau peduli dengan tuntutan itu atau sama sekali tidak mau tahu dengan keberadaan komunitas-komunitas semacam itu. Anda sibuk dengan dunia anda sendiri, melihat dunia dengan kaca mata “aku centris”. Tapi, maaf saya tidak sedang ingin bicara tipe manusia seperti ini, saya ingin bicara tentang mereka yang sibuk dengan begitu beragam ruang kehidupan, rumit dan meletihkan.
Disatu sisi memang meletihkan tetapi disisi yang lain jumlah komunitas itu mencerminkan seberapa luas ladang amal shaleh yang dapat dinikmati, semakin luas pintu-pintu keberkahan bisa anda peroleh. Bayangkan, kalau ternyata anda memiliki amanah pada setiap komunitas pergaulan anda itu, betapa besarnya potensi anda untuk menjadi manusia baik dan disayangi oleh Tuhan. Harus diakui, akan banyak yang harus difikirkan, diperhatikan dan digeluti, sehingga menguras waktu, tenaga, harta atau bahkan mempertaruhkan keselamatan. Tapi saya percaya, kehidupan seperti itu bukan tanpa imbalan. Pilihan skenario hidup oleh Tuhan seperti ini bukanlah tanpa maksud.
Satu masalah yang datang harus diyakini sebagai satu bentuk “perhatian” Tuhan. Dan jika dalam perjuangan masalah bertubi-tubi datang bukankah bermakna Tuhan tak henti-hentinya memperhatikan sang pejuang. Oleh sebab itu, menjaga kesadaran akan rasionalitas kausalitas, seperti amal dan pahala, istiqamah dan janji-janji Tuhan, pengorbanan dan kasih-sayang atau sabar dan syurga, menjadi begitu berharga. Kesadaran itu akan menetralisir racun godaan dan nafsu, memberikan keletihan istirahat yang cukup dan menjaga orientasi untuk selalu lurus dan bergerak maju.
Saya sedang ingin menghibur mereka yang letih dengan jargon-jargon perjuangan dan pengorbanan, mereka yang bosan atau mungkin hampir muak dengan pilihan hidup yang hingga saat ini belum memberikan apa-apa. Namun pada saat yang sama saya sebenarnya sedang angkat topi, salut pada mereka yang masih terus bersabar meski letih berkali-kali menggoda mereka untuk beralih orientasi. Karena saya baru saja tersadar bahwa prestasi bukanlah sebuah momen dimana seseorang mampu mencapai sesuatu, tetapi boleh jadi prestasi itu saat dimana ia mampu diam, bersabar untuk tidak mengambil apa-apa yang tidak baik dimata Tuhan.
Dan prestasi juga dapat disematkan pada mereka yang selama ini terus konsisten untuk memberikan manfaat pada semua ruang komunitas yang dimanahkan padanya. Dan akhirnya saya juga sadar, ternyata begitu banyak manusia-manusia berprestasi disekitar saya, dengan berbagai bentuk kerja-kerja meletihkan yang mereka geluti disemua ruang komunitas yang mereka tempati. Mungkin ini yang menjadi pelajaran dan penjelasan mengapa orang mulia dahulu menasehati, bahwa sungguh berbeda orang yang beramal dengan orang yang asyik dengan dirinya sendiri.
3 komentar:
Menyadarkan bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak sia-sia, kadang komentar miring bermunculan saat kita ingin berbagi dengan komunitas2 tsb, tapi sekarang saya yakin bahwa menebarkan manfaat memang butuh waktu, tenaga bahkan uang... Insya Allah hasil yang baik yang akan dipetik.. aamiin
Satu masalah yang datang harus diyakini sebagai satu bentuk “perhatian” Tuhan.!!
Setuju banget...!!!
syukuri dan yakin semua ada hikmah yg didapat....
sip saya dukung dan setuju dengan semua komentar,,,nya,,,
Posting Komentar