Ikhlas dengan semua peristiwa dunia,dengan semua bentuk takdir yang dikehendaki Tuhan, menjadi satu kunci agar hidup menjadi lebih “nyaman” untuk dijalani. Ini renungan yang muncul saat saya mengendarai motor saya menuju kantor pagi tadi. Saya yakin pola fikir dan cara pandang menjadi simpul yang krusial agar ikhlas itu ada dan selalu ada.
Dan pola fikir yang saya kira paling penting adalah keyakinan pada maksud baik Tuhan atas setiap diri manusia. Tuhan sebagai Dzat Agung yang menguasai dan mengendalikan semua hal yang Beliau ciptakan, bermaksud baik dan memberikan terbaik pada hal itu, termasuk pada semua hal yang terjadi pada diri manusia. Bahkan kalau difikirkan lebih dalam seiring dengan usia dan waktu, apa-apa yang terjadi pada diri manusia adalah sebuah proses pemuliaan manusia.
Proses memuliakan manusia, boleh jadi inilah inti motivasi Tuhan atas semua yang terjadi pada diri manusia. Entah itu peristiwa baik atau buruk, semuanya merupakan satu hakikat, yaitu anugerah dan kasih sayang Tuhan untuk kebaikan manusia. Dari satu ujian ke ujian selanjutnya, dari satu musibah ke musibah selanjutnya, atau dari satu nikmat ke nikmat yang lainnya, merupakan proses berkelanjutan yang bertujuan memuliakan manusia dari satu jenjang ke jenjang kebaikan yang lebih tinggi.
Coba perhatikan, bukankah Tuhan acap kali memberikan sinyal-sinyal motivasi dan proses pemuliaan itu. Tuhan bilang dalam firmannya tak akan dikatakan beriman seseorang jika ia belum menjalani ujian-ujian. Di lain kesempatan melalui Nabi-Nya, Tuhan memberikan pesan bahwa kesusahan, gelisah, sakit dan semua musibah sesungguhnya menggugurkan dosa.
Bahkan tidak jarang satu peristiwa musibah hakikatnya sekaligus merupakan peristiwa perlindungan Tuhan atas hamba-Nya terhadap kemaksiatan yang mungkin sekali dilakukan oleh hamba-Nya itu. Tuhan mungkin berikan musibah kecelakaan mobil, sehingga kita tidak jadi ke tempat hiburan yang boleh jadi di dalamnya tidak ada kecuali kemaksiatan.
Nah proses pemuliaan ini, berlangsung sejak kita sadar sebagai manusia yang berakal. Terus sampai kematian mengakhiri cerita hidup. Ujian silih berganti, kenikmatan juga begitu, tapi yakinlah Tuhan bermaksud baik karena ingin kita menjadi manusia baik. Begitu kita selesai dari satu ujian maka akan menyusul ujian selanjutnya, begitu seterusnya. Kualitas ujian semakin meningkat ditandai dengan semakin berat beban yang dirasakan oleh setiap manusia yang memikulnya. Dan tiap-tiap ujian bukan hanya sekedar menjadi pengalaman tetapi juga menjadi pelajaran untuk bersiap menyelesaikan ujian selanjutnya.
Atas cara pandang seperti inilah saya berkeyakinan bahwa proses kehidupan manusia, pada tingkat apapun, hakikatnya merupakan proses pemuliaan oleh Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar