sudah sekian lama banyak renungan yang ingin dituangkan dalam tulisan tetapi selalu terhenti karena setiap renungan tidak pernah tuntas. ia terputus oleh renungan yang lain atau terhambat oleh rasa enggan yang teramat sangat. beberapa waktu lalu di akhir-akhir Ramadhan saya ingin menulis betapa pentingnya pemahaman terhadap konsep harta, mengambil inspirasi pada kalimat Qur'an tentang perintah shalat yang selalu berdampingan dengan perintah zakat. saya ingin bercerita tentang lamunan itu, kalau dipandang shalat itu penghulu ibadah maka zakat yang notabene ejawantah dari penyikapan terhadap harta merupakan penghulu dari setiap muamalah. oleh sebab itu cara pandang kita terhadap harta menjadi sangat-sangat penting, kerena efeknya bahkan bisa sampai mempengaruhi sikap kita dalam beribadah.
harta itu seperti sapu, ia alat saja untuk memberikan manfaat bagi pemilik dan orang-orang disekitarnya. jangan jadikan sapu sebagai simbol status sosial bagi pemiliknya. jika mampu memiliki dua sapu lebih baik berikan sapu lebih itu kepada orang lain sehingga ia mendapat manfaat dan menyambung manfaat bagi sekitarnya. inilah hakikat harta dengan zakat yang melekat padanya.
pada renungan yang lain, saya ingin bercerita tentang ketidak-pedulian banyak orang kini dengan orang disekelilingnya, mungkin karena orientasi hidup yang sudah dikaburkan oleh fasilitas-fasilitas dunia, atau kealpaan memahami hakikat sebenar dari hidup. ketika itu muncul satu kesimpulan di benak saya; "di luar sana banyak orang mati karena kehidupan dan terlalu sedikit yang hidup karena kematian". maknanya kurang lebih; banyak yang sejatinya mati hatinya, buntu orientasi hidupnya karena dibutakan oleh gemerlapnya kehidupan, sementara itu ada sedikit mereka yang hidup karena selalu sadar terhadap kematian yang sewaktu-waktu akan menjemput. renungan ini juga substansinya kembali bercerita tentang harta.
renungan ini semakin relevan ketika pertengahan Ramadhan lalu saya diingatkan dalam sebuah bankers gathering dimana saat ini ada jutaan masyarakat muda yang memiliki uang tetapi 57% dari mereka hanya belanja gadget dan liburan, 60% mereka terbelit utang yang serius, 72% tak memiliki rencana masa depan. nah renungan ini terputus, tidak tahu lagi saya mau cerita apa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar