Selasa, 24 Juli 2007

Iman & Kepuasan


Apa hubungan iman dan ekonomi? boleh jadi ini kunci ekonomi dalam Islam. Bahkan tingkat perbedaan konsep ekonomi Islam dengan konsep-konsep lain ditentukan seberapa besar tingkat keimanan kolektif pelaku yang mengakomodasi aplikasi ekonomi Islam.
Keimanan pada dasarnya mencerminkan kepatuhan manusia pada nilai-nilai dan ketentuan Islam. Keimanan akan membentuk corak inisiatif, motif, preferensi dan mekanisme pelaksanaan prinsip-prinsip berekonomi secara Islam. Keimananlah yang menentukan seperti apa seseorang memperlakukan pendapatannya. Keimanan juga yang membentuk preferensi konsumsi, produksi, investasi atau prilaku sosial.
Dengan begitu, keimanan juga akan membentuk besaran-besaran ekonomi yang ada dalam perekonomian. Korelasi positif yang terjadi antara besaran ekonomi tersebut dengan keimanan kemudian menjadi besaran yang dapat dijadikan ukuran atau standard pencapaian ekonomi, sehingga ekonomi sebagai alat pencapaian kesejahteraan bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat, selaras dengan aktifitas-aktifitas ibadah lain yang telah lazim dikenal dalam agama (Islam). atau dengan makna lain, bahwa ekonomi pada level itu tidak lagi bisa dibedakan dengan agama, karena memang ekonomi adalah salah satu piranti praktis dari agama. Wallahu a'lam bishawab.

2 komentar:

bramgreenday mengatakan...

berdasarkan kurva di atas dapat saya cerna sbb:

pada awalnya kondisi berada pd M1 dengan I1, X0

lalu di asumsikan individu mengalami peningkatan disposel income, sehingga M bergeser ke kanan ke M2. disini penulis melihat dalam syariah society X0 tidak bergeser ke X1, yg bertambah hanya G nya (dr G1 ke G2). dan Indifference curve tidak berada pd yg biru muda namun yg biru tua, karena selama telah mencapai Basic Need (BN), seorang individu tidak akan menambah X nya, walaupun M sudah naik.

munkin bung Lord sudah berusaha menyesuaikan diri nya agar bisa seperti teori tersebut, tetapi saya mencari tahu, apakah benar dalam syariah society, apabila sudah dalam kondisi X=BN, maka kenaikan M tidak lagi meningkatkan X.

yg membuat saya ragu adalah variabel BN, apa standar dari BN ? setahu saya selama M itu semakin tinggi, maka BN pun akan naik. sehingga X juga akan naik. mungkin ada beberapa group of individu yg bisa saja BN nya akan terus tetap. namun secara mayoritas saya berpendapat BN akan naik.

ex:
klo saya mendapatkan kenaikan M, BN saya pun akan naik, sehingga X saya naik.
ketika saya bergaji Rp 10 jt/bln, anngep saja Yd ato M=7 jt, dan itu sudah
memenuhi BN saya. namun ketika saya dapet kontrak baru dengan gaji 20jt/bln dan Yd/M = 15jt. saya akan berlangganan National Geographic ataupun majalah2/journal lainnya, memindahkan anak ke sekolah yg lebih baik (lbh mahal juga biasanya), saya mulai mengkonsumsi vitamin/food suplemen yg harga lumayan mahal. di sini BN saya naik. walaupun G saya naik, seperti amal juga akan naik.
saya ga konsumtif berlebihan seperti bli mobil baru, bli baju2 mahal, namun BN seperti pendidikan anak, qualitas nutrisi akan terus saya tingkatkan, sehingga X saya pun akan bertambah.

kan syariah tidak melarang konsumsi untuk hal2 itu kan ? klo bisa anak saya akan saya sekolahkan di luar negri walapun mahal. ini yg membuat BN saya naik.

sorry klo ex. saya acak2 kan...

nah karena keraguan saya tadi, saya ingin tahu, apakah teori ini sudah dibuktikan ? apakah sudah ada yg mendata hubungan antara kenaikan M dengan X, pada syariah society. apakah benar pada syariah society ternyata kenaikan M tidak di ikuti oleh kenaikan X ?

Justice For All mengatakan...

jika saya mengalami kenaikan M maka otomatis BN, G, dan X saya ingin meningkat mis. gaji saya sekarang 2 juta kemudian naik menjadi 10 juta maka BN saya pun akan meningkat saya akan beli mobil dan membuang motor saya ini ke dealer motor, saya akan mungkin membeli rumah yang lebih bagus lagi..amal sholeh saya pun meningkat karena potongan 2.5% zakat profesi dan infak yang melimpah, dan untuk variabel X mungkin saja ada pembatasan yaitu tidak boleh berboros ria

kenaikan M pasti akan diikuti oleh kenaikan X hanya saja kenaikan X dibatasi oleh sikap tidak berlebih2an dan boros sebagaimana diatur dalam syariah Islam. Mungkin menurut saya adalah kelebihan X masuk kedalam saving/investasi sehingga apabila ada kemajuan positif pada saving dan investasi sudah pasti akan lebih meningkatkan M, BN,G dan X.

Adakah parameter2 untuk mengukur BN dan bagaimana hubungan antara kenaikan M dan X apakah hanya untuk tidak berboros2 atau mungkin anda tambahkan lagi satu variable yaitu saving atau investasi kedalam curva anda ?