Senin, 15 Desember 2008

Hubungan si Kaya dan si Miskin (2)

Bagaimana jika si kaya tidak memiliki zuhud terhadap hartanya? Bagaimana jika si miskin tidak qona’ah dengan keadaannya? Mungkin nasehat Sayyid Quthb dalam tafsir Fizilalil Qur’an, menjelaskan hubungan mereka. Jika dibiarkan keadaan si kaya dan si miskin seperti itu, maka interaksi mereka pasti interaksi saling bermaksiat. Si kaya mengambil hak-hak si miskin, atau bahkan mengajak si miskin bermaksiat bersama. Sementara si miskin melayani kemaksiatan si kaya, hingga kemaksiatan bukan lagi keterdesakan baginya, tetapi sebuah gaya hidup yang ia nikmati secara perlahan atau bahkan menjadi cita-cita masa depan.

Jangan biarkan si kaya asyik dengan kekayaan dan keserakahannya, karena suatu waktu mereka akan mengajak si miskin bermaksiat bersama mereka. Lihatlah ketika manusia-manusia kaya bergelimang harta, sementara dihatinya tidak tertinggal rasa iman, maka harta kemudian menjadi alat yang efektif untuk memuaskan nafsu mereka. Dan siapa yang melayani kebutuhan nafsu itu? Tentu si miskin yang tak memiliki pilihan kecuali kerja apa saja untuk perutnya yang kosong, terlebih lagi si miskin tak memiliki prinsip kehormatan yang sepatutnya menjaga harga diri dan kemuliaannya sebagai manusia.

Akhirnya semua perangkat dan sistem kehidupan terjebak dalam interaksi kaya dan miskin yang tidak sehat. Dibalik interaksi mereka yang saling memuaskan nafsu, pada dasarnya mereka saling tipu dan memperdaya. Tetapi gegap gempita pergaulan mereka telah mengaburkan hakikat itu, hakikat itu menjadi asing bagi mereka, bagi kehidupan atau bagi zaman dan peradaban.

Anda, yang sadar pada hakikat ini, adalah sedikit dari sedikit manusia yang diberikan kemuliaan dan kehormatan oleh Tuhan, mampu melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dan itu bukan sebuah kebetulan. Kemuliaan itu seharusnya berujung pada kesadaran bahwa ada amanah yang harus anda jalankan, yaitu MELAKUKAN PERBAIKAN! Gerakan perbaikan harus dilaksanakan. Gerakan penyadaran harus segera digelar. Anda dan semua manusia yang sadar harus berkumpul bersama, kemudian belajar, berencana dan bergerak bersama.

Amanah bagi mereka adalah mengenalkan nilai-nilai baru bagi kehidupan, yang kemudian melahirkan kelaziman baru, budaya baru, atau bahkan peradaban baru. Tentu semua itu diawali dengan gerakan-gerakan penyadaran kepada seluruh manusia. Pada ketika yang sama, upaya membentuk generasi baru yang akrab dengan Islam harus menjadi kerja-kerja utama. Generasi baru harus diasingkan dari kegilaan zaman. Anda, saya dan kita harus memusnahkan kelaziman zalim dari generasi-generasi selanjutnya. Ketika kesadaran itu sudah memenuhi hati dan prilaku anda, maka pastikan bahwa tidak ada generasi yang lahir dari anda mengenal kegilaan zaman yang telah anda tinggalkan.

Ditengah-tengah upaya itu, mari berdoa, semoga Allah berikan kemudahan jalan dan kesabaran ekstra bagi kita semua. Setidak-tidaknya untuk duduk diam di sudut dunia, membujuk diri agar tidak hanyut dalam gegap gempita dan pesta-pora dunia dengan kemegahannya.

Tidak ada komentar: