Kamis, 24 September 2009

Keimanan dan Kualitas Ekonomi


Melanjutkan tulisan saya sebelumnya, sesungguhnya ekonomi Islam bukan melulu tuntutan syariah secara hukum, tetapi juga menjadi kebutuhan dari akidah dan akhlak Islam dari pribadi-pribadi (muslim). Artinya ekonomi Islam berupa industri-industri dan tata kelola sistem muncul dari tuntutan keimanan segolongan masyarakat yang akidah dan akhlak Islam semakin mengkristal dalam keyakinan dan prilaku mereka.

Menarik bukan? Industri yang muncul karena iman! Tata kelola ekonomi yang muncul karena iman! Who knows, nanti juga akan muncul (berangsur-angsur) tata kelola hukum karena iman, tata kelola politik karena iman atau muncul tatanan peradaban baru karena iman.

Saya masih ingat 15-an tahun yang lalu kami harus berjuang untuk sekedar menjalankan perintah Tuhan yaitu menutup aurat secara baik. Seragam sekolah kami sesuaikan dengan ketentuan Islam. Tetapi harus berjuang karena terbentur dengan ketentuan sekolah, kepentingan lain, atau hambatan psikologis lainnya. Namun kini, perjuangan keimanan itu sudah memberikan buah, bahkan keimanan pada hal itu telah memunculkan fenomena baru; industri baju muslim yang besarnya diluar dugaan.

Keimananlah yang paling berjasa memunculkan industri baju muslim, begitu juga setelahnya, keimanan pula yang paling berjasa memunculkan industri perbankan syariah, asuransi syariah dan praktek keuangan syariah lainnya. Sekali lagi keimanan!

Dan bukan tidak mungkin keimanan akan merubah wajah sektor ekonomi lainnya atau bahkan sektor non-ekonomi. Misalnya, keimanan diharapkan menjadi inisiator perubahan prilaku kerja yang koruptif menjadi kerja dengan penuh kejujuran dan disiplin. Nanti kita berharap akan lihat penegak-penegak hukum yang jujur, politisi-politisi yang amanah, atau pelayan-pelayan masyarakat yang tulus.

Oleh sebab itu, sudah sepatutnya upaya-upaya menghidupkan dan meningkatkan keimanan menjadi perhatian yang tak kalah penting dari kerja-kerja pemberantasan kemiskinan. Keimanan selayaknya menjadi indikator kesuksesan ekonomi, hukum dan politik. Karena memang variabel keimanan menjadi variabel independen yang paling krusial bagi pencapaian target dan kualitas bagi ekonomi, hukum dan politik.

Intinya, kualitas hidup akan semakin baik jika manusia dalam kehidupannya betul-betul tidak pernah melepaskan diri dari penghambaan pada Tuhan, baik itu pada ekonomi, hukum , politik atau aspek hidup lainnya. Keimanan merefleksikan ikatan manusia dan Tuhan.

Tidak ada komentar: