Kamis, 24 September 2009

Kekuatan Asumsi Ekonomi Islam


Apa yang menjadi kekuatan sentral sistem ekonomi Islam jika dibandingkan dengan sistem ekonomi modern yang ada saat ini? pertanyaan ini mungkin sedikit klise dan sedikit bernuansa narsis, tetapi sangan penting dipahami jawabannya. Karena jawabannya menentukan diferensiasi yang paling jelas di antara keduanya.

Saya secara pribadi berpendapat bahwa kekuatan sentrak sistem keuangan Islam terletak pada asumsi dasar prilaku ekonomi-nya. Dan prilaku ekonomi yang ideal dalam sistem ekonomi ini adalah prilaku ekonomi yang secara tepat menampilkan nilai-nilai akidah ketauhidan yang bersih, menampilkan akhlak Islam yang luhur dan terpuji serta kesungguhan dan konsisten dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Semakin dominan Islam terjelma dalam prilaku ekonomi serta semakin masif prilaku itu dalam sebuah perekonomian, maka akan semakin terlihat jelas keunggulan dan kekuatan sistem ekonomi Islam.

Prilaku yang betul-betul dilandasi oleh keyakinan bahwa harta adalah amanah Tuhan, bahwa harta adalah alat untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, bahwa penilaian kesuksesan hanya ada setelah kematian, tentu akan merubah wajah ekonomi modern saat ini. nilai-nilai pergaulan yang mengedepankan materialisme akan digantikan dengan nilai-nilai kemanfaatan dan semangat perlombaan kebajikan. Pribadi-pribadi individual akan digeser oleh pribadi-pribadi sosial yang semakin menguatkan kekolektifan dan kebersamaan.

Dari fenomena-fenomena seperti inilah teori ekonomi Islam akan semakin terbangun dan dikuatkan. Teori-teori ekonomi akan berlandaskan pada asumsi-asumsi ekonomi yang berbeda. Terlebih lagi syariat Islam melengkapi dengan memberikan pedoman spesifik yang cukup khas dalam setiap aspek interaksi ekonomi.

Oleh sebab itu, menjadi tugas kita bersama mewujudkan asumsi-asumsi ekonomi itu, mewujudkan prilaku ekonomi yang penuh dengan nilai-nilai Islam yang suci dan mulia. Mari kita mulai, mulai dari yang kecil, rutinkan infak dan sedekah, agar zakat dan wakaf menjadi ringan bagi kita, agar kelak harta berapapun jumlahnya hanya seonggok harta yang tak bermanfaat kecuali ia memberikan “kehidupan” bagi manusia yang mengenalnya.

Mari mulakan kampanye gaya hidup sederhana bagi diri sendiri dan berfoya-foya pada amal shaleh. Perhatikan pakaianmu, makan dan minummu, rumahmu, pastikan semua hanya melayani kebutuhanmu, bukan nafsumu.

Asumsi dasar ekonomi ini akan tertanam pada manusia melalui pendidikan yang tepat, pembinaan yang tertata dan terkelola dengan baik. Oleh sebab itu, peran para alim ulama, cerdik pandai dalam menanamkan akidah dan akhlak menjadi cukup vital bagi kesuksesan ekonomi Islam sebagai sebuah sistem yang ingin diaplikasikan.

Memahamkan kepada manusia tentang Islam, tentang Tuhan, perangkat-perangkat agama seperti Nabi, Kitab dan Akhirat serta hakikat kemanusiaan menjadi pembuka bagi terbangunnya pondasi kuat sistem ekonomi Islam. Ya keyakinan pada Islam harus dibangun segera.

Kepada siapa saja pemerhati dan pecinta amal ekonomi Islam, segera cari majelis-majelis akidah dan akhlak dan tekun membenamkan Islam pada diri dan jiwamu. Majelis-majelis itu bukan hanya menjadi majelis ilmu yang semakin meluhurkan budi pekerti dan meluaskan keilmuan, tetapi juga menjadi majelis yang merapatkan shaf bagi gerakan kebajikan. Majelis-majelis itu akan menyatukan langkah dan memasifkan prilaku ekonomi Islam. Kaji bersama, amalkan bersama!

Jika hal ini dapat tercipta, maka kita semua bukan hanya akan melihat sebuah bangunan baru ekonomi tetapi juga generasi baru peradaban. Karena memang bangunan ekonomi itu dibangun oleh prilaku-prilaku baru dari generasi yang baru.

Sekali lagi, mari hidupkan dan panuhi majelis-majelis ilmu dan ukhuwah. Jangan biarkan diri kita menjadi pejuang-pejuang kesepian, yang harum namanya tetapi tak mampu merubah apa-apa. Yang mampu merubah adalah sebuah amal bersama...

Tidak ada komentar: