Senin, 28 September 2009

Menghidupkan Sunnah Membangkitkan Ekonomi Islam (2)


Melanjutkan diskusi saya tentang menghidupkan sunnah untuk membangkitkan ekonomi Islam. Aplikasi sunnah disini tidak hanya dimaksudkan pada sekedar laku-laku fisih (amaliyah jasadiyah). Idealnya menghidupkan sunnah dilakukan dengan diawali oleh laku-laku emosi (amaliyah ruhiyah). Artinya seseorang yang mengamalkan sunnah-sunnah Nabi juga memiliki spirit, rasa emosi atau ruhiyah maknawiyah yang sama yang dimiliki oleh Nabi.

Seseorang yang disiplin dengan sedekahnya tidak sebatas hanya menjalankan dan meniru prilaku Nabi, tetapi dalam jiwa dan hatinya ia memang teramat ingin meringankan beban saudaranya yang lain, ingin melihat manusia lain bahagia karena masalahnya telah diringankan. Begitu juga orang yang ingin menjalankan gaya hidup sederhana seperti yang dicontohkan oleh Nabi, Sahabat dan para Salafushaleh, sepatutnya memiliki kualitas ruhiyah seperti mereka yang dicontoh.

Nilai-nilai ketawadhuan, kezuhudan dan qana’ah telah meresap dengan sempurna dalam jiwa-jiwa mereka. Sehingga ritual-ritual sunnah akan dikerjakan dengan sepenuh hati dan rasa. Laku-laku fisik sunnah tidak menjadi beban yang akhirnya membuat mereka menyerah menekuninya dalam kurun waktu yang teramat singkat.

Jika nilai-nilai tawadhu, zuhud dan qana’ah tidak dimiliki, maka ritual sunnah yang dilakukan menjadi sekedar amalan-amalan artificial, yaitu amalan yang tidak memiliki ruh, karakter atau bahkan makna. Amalan-amalan seperti ini bukanlah menghidupkan sunnah, tetapi hanya sekedar semangat tanpa tenaga.

Dengan amalan seperti ini, pada prakteknya, ekonomi Islam hanya akan menjadi simbol-simbol saja, ritual tanpa manfaat yang jelas, sistem tanpa kualitas yang memadai. Apalagi usia laku-laku fisiknya hanya sebentar karena ia tidak memiliki cukup energi untuk berlangsung secara berkesinambungan. Bahkan praktek ekonomi Islam rentan diselewengkan mengikuti kepentingan pelakunya berkedok ibadah-ibadah Islam dalam berekonomi.

Oleh sebab itu, tarbiyah jasadiyah (pendidikan/pembinaan fisik/praktek) berupa praktek-praktek ekonomi secara Islami harus diikuti dengan tarbiyah ruhiyah (pendidikan/pembinaan jiwa/emosi). Pemahaman yang tepat dan betul pada konsep-konsep ketuhanan (ketauhidan/akidah) dan konsep-konsep pergaulan (akhlak), akan membentuk kualitas yang lebih baik bagi terciptanya sebuah sistem ekonomi.

Tidak ada komentar: