Minggu, 10 Januari 2010

Editorial Media Indonesia: Senin, 11 Januari 2010


Membaca Editorial Media Indonesia (MI) pagi ini membuat kupingku, kuping teman-teman kolegaku dan pasti kuping pimpinan-pimpinan tempatku bekerja menjadi panas. Seperti itukah bobroknya tempatku bekerja? Profesionalisme yang menjadi doktrin dalam pembekalan rutin internal Bank Indonesia, baik formal maupun informal, sudah begitu tertanam pada saya. Meskipun memang profesionalisme itu tidak menyeluruh dilakukan masing-masing pegawainya, tetapi harus saya katakan bahwa atmosfer profesionalisme itu kental terasa di BI dibandingkan kantor pemerintah kebanyakan.

Kalimat di atas jika saya teruskan akan terasa kepentingan saya sebagai salah satu pegawai BI yang sakit hati, terasa keberpihakan yang sangat-sangat subjektif. Oleh sebab itu, saya tidak akan lanjutkan. Mengapa? Karena; (i) cukup bagi saya untuk mengatakan penilaian Editorial MI sangat subjektif, mengeneralisasi sesuatu yang kompleks; (ii) saya tidak memiliki kapasitas, baik posisi maupun informasi untuk memberikan klarifikasi atas “tuduhan” Editorial MI; (iii) konsentrasi saya harus tetap terjaga menjalankan amanah kerja yang saya sudah yakini sebagai bagian sekaligus rangkaian dari kerja-kerja dakwah.

Kepada saudara-saudara pemerhati dakwah atau mereka yang telah mengikhlaskan diri berjalan di medan dakwah, jangan terganggu dan menghabiskan energi pada diskusi dan perdebatan yang sebenarnya kita tidak bisa berkontribusi untuk merubah keadaan. Kita yang tidak memiliki posisi dan kapasitas itu (berkontribusi untuk merubah keadaan), sebaiknya konsentrasi saja pada semua amanah yang ada dihadapan kita. Ikhlaskan saja itu semua diselesaikan oleh mereka yang memang sudah dikehendaki oleh Allah. Apapun hasilnya, baik terselesaikan dengan baik atau buruk, atau bahkan tidak terselesaikan sekalipun, itu kehendak Allah. Insya Allah ada hikmah dan kebaikan di baliknya.

Pendapat saya ini, saya maksudkan bukan hanya bagi kasus Editorial MI, tetapi pada semua masalah yang seringkali menyita perhatian, waktu dan energi kita. Tetapi selalunya perhatian, waktu dan energi yang telah kita keluarkan itu tidak memiliki pengaruh apa-apa, ia bak menggantang asap, membelah air atau menendang langit, sia-sia. Saya pun, baru saja belajar “ikhlas untuk diam”.

Tidak ada komentar: