Rabu, 14 September 2011

Dibalik Kenyamanan Inggris

Ingin rasanya mengungkapkan sesuatu tentang Inggris berdasarkan kesan atas kota-kota yang saya kunjungi; London, Birmingham, Coventry, Warwick dan Cambridge, tetapi ternyata saya harus berfikir keras untuk menemukan kesan itu. Saya ingin menyampaikan suatu kesan yang hati saya nyaman terhadap kesan itu, saya tidak ingin memaksakan suatu kesan atau berlebihan dalam menyampaikannya.

Yang saya temukan dalam berfikir keras ini adalah, bahwa di Inggris saya menemukan satu bentuk kehidupan yang begitu elok dipandang, tetapi somehow tidak cukup nyaman untuk ditinggali. Betul Inggris memberikan banyak fasilitas kehidupan yang lengkap dan tempat untuk menikmatinya yang begitu nyaman, tetapi (kok) rasanya berbahaya untuk idealisme.

Dengan kondisi yang begitu nyaman dan mapan, pada satu sisi ia membuai idealisme untuk tidak sampai pada tingkat kualitas maksimalnya. Kenyamanan dan kemapanan yang ada pada dasarnya adalah gelombang ujian yang sangat kuat dan dahsyat yang mampu mengaburkan orientasi perjuangan Islam, menina-bobokan semangat untuk bergerak,menumpulkan sekaligus mendangkalkan analisis, memunculkan kebingungan dalam rasional dan logika perjuangan, atau bahkan men-downgrade prinsip-prinsip perjuangan sebagai parameter.

Tentu saja saya atau anda tidak ingin menjadi pribadi yang berbeda jika ada di suatu komonitas atau lokasi yang menawarkan tingkat comfort zone yang tinggi. Khususnya menjadi pribadi yang berbeda yang tidak lagi ada dalam barisan pejuang Islam. Definisi pejuang yang saya maksud disini bukan hanya bermakna pejuang fisik seperti definisi mujahidin klasik, tetapi juga meliputi pejuang ilmu, social-budaya, ekonomi serta politik dan hukum, dimana mereka memiliki misi untuk menghantarkan ummat pada kehormatan tertinggi di depan Tuhan.

Analogi kasar saya seperti ini, anda tidak bisa mengatakan bahwa paradigma hidup barat itu salah selama anda masih ada dibawah ketiak mereka. Anda juga tidak bisa menasehati ummat untuk menolak westernism sementara anda berdiri dibalik punggung mereka (barat). Atau, anda tidak pantas mengungkapkan simpati kepada ummat yang kelaparan dan menderita saat mulut anda sibuk mengunyah dan tangan anda juga penuh dengan makanan yang siap dinikmati.

Saya ingin ummat Islam sampai pada kehormatannya, dimana kenyamanan hidup didapatkan bersamaan dengan semakin dekatnya mereka dengan Tuhan. Disini, saya tidak melihat inggris mencontohkan itu, saya tidak melihat sebuah peradaban yang saya idam-idamkan. Ada sesuatu yang hilang dalam komunitas sejahtera di Inggris ini. Dan mungkin kerusuhan yang lalu mencoba mengingatkan hal itu.

Mari sedikit berimajinasi, ketika anda terpesona dengan kenyamanan hidup di Inggris, dengan pemandangan kota-kota klasik yang eksotik, dengan memori peradaban tua yang tidak kalah menarik, apa yang mungkin keluar dari mulut-mulut kita, apa yang menjadi bahan lintasan fikiran di benak-benak kita, apa yang kemudian muncul menjadi harapan kita. Kekaguman (yang berlebihan)? Skeptis, kecewa atau sinis terhadap kondisi ummat ditanah air atau di tanah-tanah (negeri-negeri) Islam kebanyakan? Atau berharap sekali untuk bisa tinggal dan menetap di tempat seperti Inggris ini?

Jika itu yang menjadi hasil dari imajinasi anda, mungkin anda sudah tidak lagi ada dalam barisan perjuangan. Saya tidak ingin seperti itu. Tapi untuk menjaga idealisme ditengah situasi ujian yang begitu kuat dan bergelombang (bertubi-tubi) dan kondisi ummat yang begitu memprihatinkan, memang membutuhkan upaya yang lebih keras cenderung luar biasa. Karena ia luar biasa maka membutuhkan energy di luar kebiasaan, tidak umum, itu mengapa Tuhan mengidentifikasi pejuang memiliki kualitas dan kuantitas kerja yang lebih dari kebanyakan manusia.

Modal pejuang adalah keimanan dan kesabaran, itu yang membuat mereka berbeda kapan saja dimana saja. Dengan iman dan kesabaran, Tuhan janjikan kita mampu mengalahkan musuh 10 kali ganda banyaknya. Masih ingat kalimat motivasi Tuhan? Sepuluh kalian yang beriman dan sabar mampu mengalahkan seratus musuh, seratus kalian yang beriman dan sabar akan mengalahkan seribu musuh.

Negara seperti inggris lebih bijak dijadikan sebagai salah satu referensi untuk mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dan mahal, yaitu pengalamannya berabad-abad dalam mengembangkan peradaban. Dari pelajaran jatuh-bangun sebagai sebuah bangsa sampai kemampuan dalam mengelola masyarakat sekaligus penyediaan fasilitas public yang optimal, tentu akan sangat berharga bagi masyarakat muslim. Kita tidak perlu membayar biaya kesalahan yang selalu ada dalam mengarungi peristiwa-peristiwa dari proses pembangunan peradaban. Kita tinggal melihat dari pengalaman mereka saja.

Oleh karenanya, saya mengajak siapa saja yang cinta dengan ummat ini, yang merasa terhormat jika dipunggungnya terpanggul sebuah amanah perjuangan memperbaiki ummat, untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan sekaligus kesabaran untuk terus berjuang menegakkan kehormatan Islam, membangun ummat dan menghantarkan mereka ke pintu gerbang keridhaan Tuhan, dalam berbangsa dan bernegara. Semoga Allah SWT mudahkan jalan ini semua. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: