Menarik membaca artikel-artikel EMHA yang kental dengan nuansa sufi tetapi dikemas dengan bahasa sederhana sehingga mudah untuk "dikunyah" oleh siapa saja. salah satu kalimatnya yang membuat kita sedikit merenung adalah "Muhammad SAW memilih kemiskinan tetapi menolak kefakiran". secara bahasa kalimat itu seolah-olah kontradiktif, tetapi menjadi menarik untuk dikaji, apalagi menggunakan perspektif ekonomi Islam.
apa beda kemiskinan dan kefakiran? menyepakati bahwa definisi miskin bermakna orang yang berada dalam kondisi kekurangan meskipun mereka memiliki nafkah. sementara fakir berarti orang yang tidak mampu karena memang sama sekali tidak memiliki nafkah.
menerawang ingatan kita pada prilaku hidup para manusia-manusia mulia masa lalu, para sahabat Rasulullah. yang tak terkira kemuliaan kisah-kisahnya. kebanyakan sahabat-sahabat Rasulullah digambarkan sebagai saudagar ulung yang sekaligus merefleksikan kemampuan harta mereka. tetapi mengapa kisah itu diikuti dengan kisah kesederhanaan atau bahkan kepapaan mereka? mereka banyak harta tetapi gaya hidupnya tak menunjukkan kemewahan.
ada yang salah? tidak! sama sekali tidak ada yang salah! mereka tidak mengingkari atau bahkan berkhianat dengan peringatan Nabinya; "sesungguhnya kefakiran itu mendekatkan diri pada kekufuran". mereka sungguh-sungguh memahami peringatan itu bahkan semakin lengkap dengan peringatan Nabi yang lain; "harta yang baik adalah harta yang berada di tangan orang shaleh" dan "manusia terbaik di antara kalian adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain".
akhirnya muncul kesimpulan dalam hati dan jiwa mereka tentang hidup dan harta, bahwa harta akan bernilai bagi mereka ketika harta mereka memberikan kemanfaatan, menebalkan iman, menegaskan keshalehan. sehingga mereka tidak begitu berkehendak pada harta yang melimpah. nafsunya untuk menumpuk harta adalah dalam rangka menumpuk kemanfaatan dirinya bagi alam semesta. dengan begitu tentu mereka jauh dari kefakiran yang bersifat pasif.
mereka memilih memaksimalkan kemanfaatan harta mereka, sehingga harta yang tinggal bagi mereka hanyalah apa yang mereka butuhkan untuk hidup saja, bukan untuk melayani keinginan yang tak terhingga batasnya. bahkan tak jarang dalam keadaan seperti itu mereka terus menekan tingkat kebutuhannya, seperti dengan puasa.
dengan begitu kalimat EMHA menjadi sangat tepat. MEREKA MEMILIH KEMISKINAN, TETAPI MENOLAK KEFAKIRAN.
apa yang membuat mereka dapat menjelma menjadi manusia seperti itu? tak lain dan tak bukan adalah kefahaman terhadap akidah, akhlak dan syariat Islam. kefahaman, sekali lagi kefahaman pada Islam itu yang membuka tabir dan merubah jiwa manusia. akhirnya Islamlah yang membuat manusia menjadi berbeda, pada hatinya, akalnya dan jasadnya.
5 komentar:
mas !! blognya pasangi iklan biar dapat duit aku liat di search engine blog maslumayan teratas , ni link program bisnis yang menyediakan iklan dan kita dapat bayaran
www.kumpulblogger.com
waduh saya ga tau yang begitu-begituan hehehe, tapi bagaimana caranya tau bahwa blog kita banyak yang mengunjungi...
Tema ini sangat menarik..dan terus menarik.."bahwa orang yg sudah mencapai kefahaman tertentu ternyata memilih 'kemiskinan' di dalam hidupnya...
saya jadi teringat dahulu..awal2 belajar ekonomi syariah..bahwa salah satu 'tools' mengendalikan keinginan 'nafsu' manusia di dalam kajian ekonomi Islam ada 'term' QONAAH. yang lebih menjadi menarik ternyata bagaimana mengaplikasikan QONAAH ini dilevel masyarakat banyak...
Dalam bukunya Mannan, kalo boleh saya menginterprestasikan sendiri...Beliau juga menganjurkan bagaimana negara mengatur jenis konsumsi rakyatnya, jangan sampai sumber daya ekonomi jor-joran dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan MEWAH segilintir manusia. Tentu dalam kajian ekonomi konvensional ini menjadi sangat debatable....
Hingga dalam satu titik perenungan saya...keinginan kebutuhan ekonomi hidup saya sebenarnya sederhana...saya ingin punya perpustakaan besar...yg setiap hari saya bisa membacanya...dan setiap harinya diselingi dengan olahraga..itu saja kok...;)
Aslm, kang Ali.. saya termasuk pengagum buku akang, maklum buku akang sangat populer di kalangan teman2 mhs esp feunpad.. :D
Dengan Dzikir Iqtishadi. Yaitu program permohonan sekiranya Allah Swt. Menganugerahkan kepada kita melalui naluri, panca indera, akal, dan agama sehamparan hidayat, barokah dan nikmat, InsyaAllah kita akan menemukan puncak hikmah dibalik Ekonomi Islam..................
Posting Komentar