Isu politik baik di Timur Tengah (Gaza-Palestina), Afrika Timur (Somalia), Eropa Timur (Rusia dan Ukraina) maupun Asia Tengah (Afghanistan), beberapa waktu telah menyita perhatian banyak warga dunia. Sedikit tidak lagi sibuk memikirkan kondisi perekonomian yang sebelumnya telah mengguncang jagad ekonomi dunia. Padahal diam-diam, perlahan tapi pasti, keterpurukan ekonomi dunia semakin dalam saja jurangnya, semakin panjang saja lebar pemisah antara harapan dan realita.
Perekonomian dunia sudah masuk pada fase kehancuran selanjutnya, yaitu guncangan sektor riil. Oleh sebab itu, layaklah kini krisis ini telah menjelma dari krisis keuangan menjadi krisis ekonomi. Pelaku-pelaku ekonomi dunia kini berlomba mencetak rekor, rekor-rekor kerugian sepanjang karir bisnis mereka. Rekor-rekor rugi itu tentu saja kemudian diikuti oleh pengurangan tenaga kerja mereka. Toyota, General Motors, IBM, Hitachi dan banyak lagi perusahaan besar multinasional terkemuka yang bergantian membukukan kerugian dan memberlakukan kebijakan lay off.
Di peringkat negara krisis ini harus mengambil korban pemerintahan Islandia, kebangkrutan ekonomi mereka telah memaksa krisis masuk ranah politik dan menumbangkan rezim yang berjalan. Kondisi ini skenarionya persis Indonesia 10 tahun yang lalu. Tetapi yang membuat kasus Islandia lebih istimewa adalah karena kejatuhannya begitu tajam, karena Islandia telah digolongkan satu negara maju yang kemudian bangkrut!
Sementara itu di Amerika Serikat, the Chosen One, Barack Obama mengambil langkah yang mencerminkan betapa parahnya krisis yaitu mengajukan program stimulus ekonomi yang nilainya USD 800 billion, dimana proposal ini melebihi permohonan bailout pendahulunya George W Bush. Program ini dimaksudkan untuk proyek-proyek infrastruktur yang diharapkan mampu menciptakan 2 – 3 juta kesempatan kerja baru. Tahun 2008 lalu telah diketahui perekonomian raksasa Amerika ternyata mengalami kontraksi sebesar 3,4% dengan angka pengangguran tertinggi dalam beberapa dekade.
Udara dingin dan topan salju yang melanda sebagian Eropa saat ini mungkin dapat dijadikan tanda pula bahwa satu-persatu perusahaan dan sektor riil Eropa dalam situasi kelam. Sedangkan di Asia, Korea Selatan sudah ketar-ketir dengan kondisi yang mengingatkan pada mimpi buruk 10 tahun lalu.
Indonesia? Bagaimana dengan keadaan Indonesia? Kekuatan ekonomi dalam negeri yang sedang berkembang menjadi motor penggerak penyelamatan ekonomi Indonesia. Bersyukur kita dunia keuangan Indonesia secara keseluruhan meskipun tidak kuat dan jauh dari stabil, tidak terpukul terlalu kuat dari badai yang ada, atau setidaknya hingga detik ini. Kini waktunya pemain kecil; usaha kecil dan lembaga keuangan kecil (mikro), it is your time, play the game!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar