Rabu, 25 Januari 2012

Menghabiskan Energy


Membaca berita-berita dinamika Islam yang terjadi, baik di dalam negeri maupun luar negeri, ternyata ada fakta yang menarik yang perlu lebih jauh direnungkan. Dalam list berita tersebut, ternyata banyak sekali berita yang memaparkan keburukan-keburukan dari kelompok-kelompok Islam lain dalam upaya mereka berdakwah, baik keburukan dalam lembaga kelompok itu entah konflik internal, keburukan anggota-anggotanya atau gaya berdakwah maupun hasil-hasil dakwah yang tidak baik seperti penolakan masyarakat, kegagalan dakwah dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, kebanyakan berita dunia Islam ternyata dipengaruhi sekali oleh posisi sang penulis atau posisi kelompok si penyampai berita. Dalam dinamika pergerakan Islam dimana kelompok-kelompok dakwah dikotak-kotakkan berdasarkan nilai-nilai dominan yang berbeda, strategi pengembangan Islam yang tidak sama atau focus pergerakan yang bervariasi, membuat paparan berita pergerakan Islam sangat beragam dan membuka potensi memberitakan informasi tentang upaya atau proses dakwah kelompok Islam lain. Berita tersebut disajikan baik dengan bahasa pemaparan fakta maupun berupa berita analisa.

Masalahnya adalah ketika penyampaian berita itu, baik itu pemaparan fakta maupun analisa, menggunakan bahasa negative yang diinspirasi oleh perbedaan kelompok Islam. Misalnya berita dunia Islam yang memaparkan kegagalan partai salafi, konflik internal ikhwanul muslimin, ketidak-jelasan sikap hizbut tahrir, kepasifan jama’ah tabligh dan lain sebagainya. Berita-berita semacam inilah yang sudah mengganggu fikiran saya, dan kemudian membuat saya sedikit berargumen terhadap berita-berita seperti ini.

Pertanyaan yang muncul dibenak saya pertama kali adalah apa tujuan berita-berita seperti ini, apa ingin menyampaikan bahwa kelompok itu buruk kelompok ini baik, atau bahkan ingin berpesan bahwa dakwah Islam itu buruk semuanya tanpa terkecuali. Berita semacam ini malah memperdalam friksi diantara kelompok dakwah, mematikan semangat untuk berdakwah, menutup pintu untuk berkontribusi. Berita dunia Islam semacam ini tidak saling menyemangati untuk saling berlomba berbuat baik, atau memotivasi dan menginspirasi untuk kerja-kerja dakwah selanjutnya. Seharusnya berita dinamika dakwah optimal untuk merangsang orang lain untuk ikut terlibat dalam kerja-kerja dakwah.

Dengan kata lain, berita dunia islam semacam ini hanya menghabiskan energy, dimana sepatutnya energy itu tersalurkan untuk kerja-kerja lain yang lebih bermanfaat dalam perbaikan ummat. Lucu kan jika kita anggap kelompok-kelompok Islam itu seperti kelompok-kelompok yang ingin menuju satu tujuan yang sama namun menggunkaan kendaraan yang berbeda, tetapi berita semacam tadi seperti ingin mengatakan kepada orang-orang dipinggir jalan bahwa kendaraan kelompok lain itu buruk, padahal kendaraan anda saja sudah tidak bisa mengangkut orang itu karena penuh. Seharusnya semua kelompok Islam bersyukur dengan banyaknya kendaraan maka akan semakin banyak kendaraan yang tersedia yang bisa mengantarkan ummat di pinggir jalan untuk sampai pada tujuan hidup yang dibenarkan Tuhan.

Pada saya terkadang berita-berita negative tentang kelompok Islam tertentu oleh kelompok Islam yang lain, memberikan kesan satu kelompok Islam bersikap lebih keras kepada kelompok Islam lain tetapi bersikap tidak keras kepada kelompok non-Islam yang jelas-jelas memusuhi Islam dan merugikan ummat. Mari berfikir jernih, ditengah ummat membutuhkan banyak pendekar-pendekar dakwah, ternyata sesama pendekar harus habis energy-nya untuk saling menjelek-jelekkan di depan ummat, dengan cara memberitakan kepada publik keburukan-keburukan mereka masing-masing. Kalaupun apa yang pendekar lakukan itu betul, tapi setelah itu, masih cukupkah energy yang tersisa untuk diberikan pada ummat?

Tidak ada komentar: