Senin, 02 Januari 2012

Spesial..

Kalau ada pertanyaan seperti ini; apakah anda spesial? Kapan anda merasa spesial? Bagaimana rasanya menjadi spesial? Apa jawaban anda? Mungkin sebelum menjawab anda akan berfikir-fikir dulu; memangnya apa yang spesial dari diri saya? Kapan aja ya saya merasa spesial? Spesial macam apa sih? Tapi yang pasti spesial itu memiliki kenyamanan tersendiri, manis dirasa tetapi sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Spesialnya manusia mungkin sepatutnya tidak perlu dipertanyakan, karena manusia terlahir sudah membawa spesial mereka masing-masing. Setiap manusia merupakan bagian dari rangkaian puzzle alam semesta, meniadakan satu saja manusia maka alam menjadi tampak tidak sempurna. Lihat dan pelajarilah, tidak ada satupun manusia di dunia ini memiliki duplikasinya, sejak zaman bermula hingga nanti ia berakhir. Tiap manusia sudah ditakdirkan memiliki posisinya masing-masing dalam sejarah dan kehidupan, entah itu posisi dikasihani, dcaci maki maupun dipuja-puji (untuk pernyataan ini saya yakin tidak semua anda setuju). Itu mengapa saya katakan tiap manusia, tiap anda, itu spesial.

Namun begitu, dalam perjalanan hidup tetap saja ada masa-masa dimana setiap manusia merasa dan dipandang spesial baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Saya sendiri memperkirakan spesial itu datang ketika saya atau anda, merasa berbeda dengan manusia kebanyakan. Misalnya seperti; ketika kebanyakan teman anda mencontek saat ujian sementara anda tidak, anda pasti merasa spesial. Ketika hampir semua kolega anda merokok, ketika semua rekan bisnis anda merasa biasa saja “bermain” dengan riba, ketika teman-teman anda mampu berbohong tanpa ada rasa bersalah, ketika tetangga-tetangga anda merasa lumrah untuk ghibah dan bergunjing, sementara anda tidak, tidakkah anda rasakan manisnya spesial itu?

Atau ketika rasa bosan menguasai sendi dan pori-pori tubuh anda, tetapi anda tetap bekerja maksimal, ketika amarah dan benci sudah ada disetiap aliran darah, tetapi anda masih bisa tersenyum dan memelankan kata-kata, ketika sabar telah mencapai destinasi batasnya, tetapi anda masih mampu menahan diri dengan canda dan tawa, ketika semua alasan mendukung anda untuk berhenti dari semua hal, tetapi anda masih saja bergerak menyebarkan kebaikan, bukankah waktu-waktu itu anda pantas digelari spesial?

Perkiraan saya orang-orang istimewa biasanya memiliki spesialisasi dalah hal-hal semacam ini. Mereka menjadi spesial karena telah menjadi manusia yang tidak lazim, tidak lumrah dan tidak biasa. Nah, kalau anda atau saya ingin menjadi istimewa, mengapa saat ini masih duduk diam?

Tidak ada komentar: