Coba sebentar perhatikan, kalau saja tidak ada pakaian bagus yang membungkus badan, kalau tidak ada harta yang meninggikan status social dan kalau tidak ada gelar yang mengharumkan nama, apa yang tinggal pada dirimu? Telanjang! Ya telanjang. Diri tidak memiliki nilai, berapapun oleh siapapun.
Tetapi awas bukan itu ukuran nilai dari sebuah pribadi. Seseorang bernilai itu dilihat dari kemanfaatannya. Layaknya semua benda, ia akan memiliki nilai ketika benda tersebut memiliki kemanfaatan, tingkat kegunaan. Mobil bernilai ratusan juta karena ia memberikan pelayanan transportasi sekaligus kenyamanan dan fasilitas lainnya. Jadi manusia jangan dinilai atas pakaian yang dikenakannya, atas harta yang dimilikinya atau gelar yang disandangnya.
Berapa nilai seorang manusia dilihat dari berapa tingkat kegunaan manusia itu, seberapa manfaat dirinya bagi manusia lain yang akan juga menilai. Sementara pakaian, harta atau gelar menjadi alat manusia dalam menyebarkan kemanfaatan. Sehingga kemanfaatan itu melekat pada tindakan-tindakan manusia menyebarkan kebaikan-kebaikan, melekat pada amal-amal baik yang dilakukannya. Kemanfaatan tidak melekat pada pakaian, harta dan gelar, sampai semua itu digunakan dan memberikan nilai manfaat.
Islam menjelaskan semua definisi ini, memaparkan semua logikanya dengan begitu rasional. Dan inilah substansi ekonomi yang Islam miliki. Kemanfaatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar