mengingat beberapa sahabat sempat bertanya bagaimana pendapat saya tentang pilihan-pilihan kerja dimana ada tawaran kerja di bank atau lembaga keuangan syariah lain yang memberikan gaji rendah dan ada tawaran kerja di lembaga konvensional dengan gaji besar, membuat saya jadi berfikir lebih lama dan tertarik merenungkan lebih jauh. selalunya saya menjawab, meski gaji kecil ada keberkahannya. tapi logika jawaban saya masih kalah dengan argumen; "tapi kan tanggungan keluarga banyak, beban rumah tangga besar, cicilan utang juga masih ada, kebutuhan sekolah anak-anak semakin tinggi.."
jawaban saya hanya fokus pada variabel "gaji kecil" dengan konotasi kepasrahan yang negatif, sementara keberkahan tidak jelas bentuk dan definisinya, meski ia dihargai dan sedikit meneduhkan dan memberikan berat pada jawaban. namun akhirnya tetap saja jawaban saya itu tidak memberikan opini yang layak untuk ditimbang-timbang. begitu kah? sebentar, bagaimana kalau kita bedah lebih jauh apa itu keberkahan dalam kasus ini. karena saya percaya, hakikatnya keberkahan itu sepatutnya menjawab masalah-masalah yang menjadi kekhawatiran di atas, seperti biaya sekolah anak, cicilan utang, biaya rumah tangga atau beban keluarga lainnya. keberkahan itu paket yang sangat luas dimensinya namun tunggal fungsinya secara ekonomi, yaitu meliputi dan menjawab semua bentuk kesulitan.
logika matematika jawaban saya diatas terhadap perbandingan reward kerja di tempat yang baik (halal) dengan kerja di tempat yang mudharatnya banyak, menjadi seperti ini:
gaji kecil + keberkahan > gaji besar + utang
banyak yang menyangka bahwa gaji besar akan mengamankan kebutuhan-kebutuhan saat ini dan masa yang akan datang, seperti sekolah anak, biaya dokter kalau keluarga sakit, pemeliharaan rumah dan kendaraan, cicilan utang atau bentuk-bentuk beban lainnya. tapi banyak yang tidak sadar kalau keberkahan itu meliputi itu semua, dengan keberkahan boleh jadi anak-anak dapat beasiswa sekolahnya, anggota keluarga dijaga Allah kesehatannya, rumah dan kendaraan dijauhkan dari musibah-musibah, utang dilunaskan, bahkan keberkahan mungkin memberikan pintu-pintu nafkah yang tidak ada dalam logika dan rasional kita.
tapi keberkahan tidak hanya menjawab masalah kuantitas seperti itu, keberkahan sangat mungkin memberikan kualitas hidup yang lebih baik; anak-anak menjadi pribadi yang shaleh dan shalehah, keluarga penuh dengan kehangatan sakinah mawaddah warrahmah, rumah dan kendaraah serta harta yang ada menjadi harta yang mengalirkan amal shaleh tiada putusnya, atau kenikmatan-kenikmatan lain yang membuat kita menjadi lebih "kaya" dari sebelumnya. rasionalitas ini yang seharusnya menjadi hasil dari pembelajaran-pembelajaran ekonomi menggunakan perspektif dan prinsip Islam. rasionalitas yang membentuk prilaku konsumsi, produksi dan distribusi berorientasi pada ketundukan pada Tuhan.
rasionalitas yang memandang infak dan sedekah bukanlah pengurang disposable income yang kemudian menekan tingkat kepuasan mereka, tetapi justru akan semakin meningkatkan kepuasan, karena kepuasan bagi mereka sudah didefinisikan lebih luas, lebih tepat dan benar. kepuasan dan kebahagiaan itu bukan saat dimana kita bisa tersenyum dan tertawa, tetapi kepuasan dan kebahagiaan itu adalah saat dimana kita bisa membuat orang lain tersenyum dan tertawa, saat ketika kita mampu membantu menyelesaikan masalah mereka. rasional ekonomi ini yang ingin dibangun dalam ekonomi, rasional yang meyakini manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain, dan harta hanyalah alat untuk menjadi lebih mulia. wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar