jika sampai pada puncak kejenuhan, saat dimana motivasi tidak ada, ketika orientasi tak jelas arahnya kemana, apakah Tuhan benarkan untuk sekedar rehat menikmati apa yang bisa dan ingin dinikmati? puncak-puncak kejenuhan memunculkan rasa tidak peduli, masa bodoh dengan semua jargon-jargon kebenaran, baik yang beredar di akal maupun yang terbenam di hati.
hambarnya kejenuhan memaksa akal dan hati untuk mau menerima gula-gula dunia. jika tidak, dalihnya semangat akan padam oleh rutinitas, akan mati karena letih. jika terus dipaksakan untuk bergerak, boleh jadi kewarasan akan hilang diusir kepenatan yang teramat sangat.
tetapi sampai kapan semangat boleh padam? sampai kapan kewarasan boleh hilang? khawatir ketika letih sudah hilang, saat penat sudah tidak ada, ternyata semangat masih belum menyala, kewarasan belum kembali. tersesat. akhirnya limbung entah kemana.
saya tahu, tidak sedikit anda yang bersedia mengambil risiko itu, karena mungkin kejenuhan tidak terlihat tepinya, karena kepenatan mungkin tidak nampak akan reda.
semoga Tuhan mudahkan jalan bagi kita para petualang peristiwa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar