Rabu, 29 Juli 2009

Perbankan Syariah Indonesia Layak Menjadi Tauladan


Kekaguman kita pada perkembangan industri perbankan syariah negara lain sejauh ini lebih pada kekaguman besarnya industri mereka. Padahal besarnya angka industri itu tidak menjelaskan apa-apa atau belum definitif merepresentasikan prestasi apa-apa. Besarnya volume industri akan memberikan makna jika operasional teknis perbankan syariah memberikan kemanfaatan yang nyata. Dengan karakteristik produk perbankan syariah yang mimicry dengan konvensional (sehingga impact makronya pun serupa dengan konvensional), maka hakikatnya kekaguman kita pada perkembangan perbankan syariah pada negara lain itu sangat tidak beralasan.

Artinya, yang menjadi kepatutan adalah kekaguman itu dialamatkan pada perkembangan industri perbankan syariah yang membawa perbaikan ekonomi dan sosial. Industri yang semakin menguatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitasnya, yang menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat dhuafa untuk terlibat aktif dalam ekonomi, yang menumbuhkan budaya perbankan yang sehat dan amanah, yang mengembangkan kelaziman bisnis dan kerjasama baru dalam bingkai ukhuwwah yang saling menguntungkan serta menghantarkan pada kesadaran atas usaha-usaha positif yang menjaga kelestarian alam, keseimbangan/keharmonian sosial dan mendorong kemandirian ummat. Adakah industri perbankan syariah di dunia ini yang berindikasi seperti itu?

Industri perbankan syariah masih berada dalam kurungan kepentingan profit semata. Paradigma bisnis masih menggunakan indikator kepuasan bukan kemanfaatan. Meskipun ada yang mengatakan bahwa pergeseran paradigma dapat distimulasi oleh ketentuan atau regulasi yang lebih berorientasi pada konsep kemanfaatan. Maksudnya orientasi industri perbankan syariah dapat digeser pada konsep kemanfaatan, dengan memberlakukan ketentuan pengukuran tingkat kesehatan berbasis kemanfaatan bank syariah baik secara ekonomi maupun secara sosial.

Dengan kecenderungan yang diinginkan ini, maka harus diakui bahwa industri perbankan syariah Indonesia merupakan industri perbankan syariah yang paling berpotensi menjelma menjadi perbankan syariah yang ideal, yaitu perbankan syariah yang tidak hanya sehat dan kuat tetapi juga bermanfaat. Sinergi “kemanfaatan” sudah ada benihnya di perbankan syariah Indonesia, sinergi itu berupa runga lingkup mekanisme perbankan syariah yang mengakui fungsi keuangan mikro dan fungsi sosial.

Dengan tingkat perkembangan yang kita miliki di Indonesia, sebenarnya kita patut berbesar hati dan mengatakan bahwa perbankan syariah Indonesia lebih layak untuk dikagumi. Dengan parameter kemanfaatan, perbankan syariah kita lebih maju dari negara lain. Lihat Malaysia, cermati Bahrain atau bahkan Inggris, perbankan syariahnya relatif hanya melayani masyarakat ekonomi menengah keatas. Bentuk produk perbankan syariah mereka menggambarkan kecenderungan itu.

Akhirnya, ingin saya katakan secara tegas di sini; hentikan penilaian kemajuan industri dari ukuran besar kecilnya volume industri, karena penilaian itu sama saja menghianati filosofi dasar ekonomi syariah. Penilaian itu serupa dengan menilai kesuksesan manusia hanya dari berlimpah hartanya, tinggi jabatannya dan banyak gelarnya. Padahal kesuksesan manusia seharusnya dilihat dari amal shalehnya atau besar kecil kemanfaatan dirinya.

Tidak ada komentar: