Kedudukan moneter dalam ekonomi Islam tentu tidak seperti konvensional. Oleh sebab itu, peran dan fungsi serta tabiat moneter dalam Islam tidak seperti apa yang ada dalam konvensional. Sebagai sector yang melekat dan mendukung kinerja sector riil, maka moneter Islam sejatinya menjadi sector yang menjadi alat pendorong sector riil. Bagaimana caranya?
Moneter Islam harus sebanyak dan selebar mungkin memberikan peluang berupa outlet/produk/instrumen bagi pemilik asset untuk ikut terlibat dalam perekonomian. Pada sisi bisnis moneter Islam memiliki transmisi untuk mendukung sector penawaran dari ekonomi. Kinerja moneter pada sisi ini akan tergambar pada fluktuasi agregat supply dari perekonomian. Sementara pada sisi sosial (Zakat, infak, sedekah) cenderung akan memperkuat sector permintaan. Seperti apa instrumennya?
Dengan karakteristik yang ada dan latar belakang mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya, maka instrument moneter Islam yang tepat adalah instrument-instrumen semacam sertifikat investasi, misalnya yang sangat popular adalah sukuk. Pemerintah sebagai otoritas berkewajiban memberikan sebanyak mungkin pilihan kepada warga negara pemilik asset bagaimana mereka terlibat dalam ekonomi dengan asset-aset mereka, khususnya asset likuid mereka. Bentuk pilihan instrument itu dapat berupa berbagai macam jenis sukuk.
Dengan karakteristik ini tentu akan ada pertanyaan, jika instrument yang digunakan adalah sukuk dan ekonomi berjalan normal, seperti apa kebiajakan ekspansi moneter dan kontraksi moneternya dalam rangka mengendalikan inflasi, logika kebijakan yang selama ini terbangun di dunia moneter konvensioal. Secara sederhana, memang dalam moneter Islam logikanya tidak sama, isu inflasi dalam Ekonomi Islam dikembalikan pada konsekwensi kekuatan demand dan supply, sehingga isu kontraksi dan ekspansi relative tidak relevan. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar