Ingat-ingat masa lalu dulu, ketika sirkulasi uang yang ada di kantong mu masih ratusan ribu, seratus ribu rupiah saja ketika itu sudah kau nilai sebuah jumlah uang yang begitu besar dan berharga. Banyak rencana yang mungkin dapat disusun atas dasar jumlah uang itu. Namun kini, renungkanlah ketika sirkulasi sudah jutaan yang akrab di kantongmu. Uang seratus ribu hanya sejumlah uang remeh yang hanya cukup untuk sarapan atau sekedar belanja setengah hari.
Apa yang membedakan dua prilaku itu, kepekaan masing-masing prilaku itu terbentuk oleh pemahaman terhadap sebuah pedoman hidup. Oleh sebab itu konsistensi pada motivasi dan arah hidup menjadi penting, sangat penting bahkan. Dengan begitu, mendapatkan apa pedoman hidup sebagai referensi untuk mendapatkan apa motivasi hidup itu sesungguhnya, menjadi tidak kalah urgensinya.
Jika saya ditanya; apa pedoman hidup saya, maka saya sangat membutuhkan informasi tentang hakikat hidup dan tujuannya atau mungkin informasi kondisi masa depan final dari seorang manusia. Mungkin itu mengapa begitu pentingnya seseorang memiliki keyakinan tentang dimensi-dimensi masa depan. Salah satu dimensi masa depan (yang juga kemudian menjadi keyakinan saya) adalah eksistensi akhirat, dimana disitu akan ada pembedaan dua golongan manusia; manusia baik atau manusia buruk. Manusia baik akan bahagia selamanya dengan kenikmatan tiada tara, sementara manusia buruk sengsara selamanya dengan siksa yang juga tiada tara.
Keyakinan pada kenyataan masa depan akhirat itu yang kemudian membuat penting mengetahui apa yang menjadi parameter baik dan buruk (bagi akhirat). Rasionalnya, ketika informasi konsekwensi akhirat itu kita ketahui dan yakini dari Tuhan, tentu parameter baik dan buruk yang perlu dan patut diketahui adalah parameter yang berasal dari Tuhan. Nah, rasionalitas seperti inilah yang kita sebut dengan pedoman hidup. Dan rasionalitas yang paling komprehensif bagi saya adalah Islam.
Sebagai pedoman hidup, pesan Islam pada kehidupan ini relative sederhana, yaitu pengabdian yang utuh semampu masing-masing manusia kepada Tuhan. Dengan begitu diketahui bahwa hakikat dan tujuan hidup ini “hanyalah” beribadah (pengabdian dalam makna dan bentuk seluas-luasnya). Kuantitas dan kualitas ibadah terbanyak dan terbaik akan mengantarkan manusia pada derajat termulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar