Seandainya Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir,tentu kita ingin menjadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan yang terbaik dan terindah yang pernah kita jalani. Kita ingin menjadikan Ramadhan terakhir itu sebagai Ramadhan yang paling sempurna dari semua Ramadhan yang kita punya. Sempurnanya tidak hanya pada masa Ramadhan itu saja, tetapi kesempurnaanya kita pastikan sejak proses persiapan menghadapinya, sejak masa penantiannya, sejak Sya’ban bulan sebelumnya.
Dengan demikian, kita juga ingin pastikan bahwa masa persiapan pada bulan Sya’ban menjadi masa persiapan Ramadhan yang terbaik yang pernah kita lakukan. Dengan begitu Sya’ban menjadi bulan kerinduan yang kita habiskan dengan usaha-usaha kesiapan menuju Ramadhan. Kesiapan hati, raga, motivasi, kesungguhan, harta dan tentu perencanaan yang matang.
Kesiapan hati dan raga adalah kesiapan secara sadar bahwa Ramadhan akan menjadi bulan yang dapat mengembalikan kesucian mereka (hati dan raga), sehingga hati dan raga harus siap dengan keikhlasan dan kesabaran yang cukup. Atau bahkan kekuatan yang lebih baik menghadapi prosesi-prosesi ibadah yang memang kita akan lebihkan baik dari kuantitas maupun kualitas.
Kesiapan motivasi disertai kesungguhan menjadi factor yang vital dalam persiapan. Motivasi yang besar dan kesungguhan yang terjaga akan menentukan konsistensi stamina dan konsentrasi menjalankan semua ibadah yang telah direncanakan. Sementara itu, kesiapan harta dan perencanaan yang matang akan semakin membuat pelaksanaan ibadah menjadi lebih mudah, terukur dan sistematis.
Ketika Ramadhan tiba, setiap waktunya kita ingin nikmati detik demi detik. Bahkan bagi sementara orang detik-detik menjelang terbenamnya matahari terakhir bulan Sya’ban sebagai tanda masuknya Ramadhan ingin mereka nikmati dimasjid. Menyambut Ramadhan dalam keadaan suci ditempat yang suci, ketika lisan basah dengan dzikir dan hati penuh dengan keinsyafan.
Ramadhan menjadi bulan privasi seoarang hamba dengan Pencipta-nya. Oleh karena itu, tak ada masa yang lebih pantas untuk lebih bersusah payah beribadah kecuali pada bulan itu. Persembahkan apa-apa yang terbaik dari diri kita untuk Sang Penguasa Alam Semesta, Dzat yang kasih saying-Nya seluas alam ciptaan-Nya. Kita berikan doa pengharapan pada pagi, tak berhenti lisan dan hati untuk selalu memberikan dzikir hingga petang, dan malam mendapatkan doa-doa permohonan ampun hingga pagi kembali menjelang.
Akhirnya setelah Ramadhan kita akan menjadi manusia “baru” lahir dan bathin, menjadi manusia yang berhati dan beraga lebih baik, yang siap untuk kerja-kerja ibadah yang lebih banyak dan berkualitas. Kita menjadi manusia yang lebih bermotivasi dan bersungguh-sungguh menjaga kelaziman ibadah yang memang sudah lebih baik. Dan jika memang ini adalah Ramadhan yang terakhir, semoga ia menjadi Ramadhan yang terbaik dan yang terindah dari Ramadhan-Ramadhan yang pernah kita jalani. Semoga.
Dengan demikian, kita juga ingin pastikan bahwa masa persiapan pada bulan Sya’ban menjadi masa persiapan Ramadhan yang terbaik yang pernah kita lakukan. Dengan begitu Sya’ban menjadi bulan kerinduan yang kita habiskan dengan usaha-usaha kesiapan menuju Ramadhan. Kesiapan hati, raga, motivasi, kesungguhan, harta dan tentu perencanaan yang matang.
Kesiapan hati dan raga adalah kesiapan secara sadar bahwa Ramadhan akan menjadi bulan yang dapat mengembalikan kesucian mereka (hati dan raga), sehingga hati dan raga harus siap dengan keikhlasan dan kesabaran yang cukup. Atau bahkan kekuatan yang lebih baik menghadapi prosesi-prosesi ibadah yang memang kita akan lebihkan baik dari kuantitas maupun kualitas.
Kesiapan motivasi disertai kesungguhan menjadi factor yang vital dalam persiapan. Motivasi yang besar dan kesungguhan yang terjaga akan menentukan konsistensi stamina dan konsentrasi menjalankan semua ibadah yang telah direncanakan. Sementara itu, kesiapan harta dan perencanaan yang matang akan semakin membuat pelaksanaan ibadah menjadi lebih mudah, terukur dan sistematis.
Ketika Ramadhan tiba, setiap waktunya kita ingin nikmati detik demi detik. Bahkan bagi sementara orang detik-detik menjelang terbenamnya matahari terakhir bulan Sya’ban sebagai tanda masuknya Ramadhan ingin mereka nikmati dimasjid. Menyambut Ramadhan dalam keadaan suci ditempat yang suci, ketika lisan basah dengan dzikir dan hati penuh dengan keinsyafan.
Ramadhan menjadi bulan privasi seoarang hamba dengan Pencipta-nya. Oleh karena itu, tak ada masa yang lebih pantas untuk lebih bersusah payah beribadah kecuali pada bulan itu. Persembahkan apa-apa yang terbaik dari diri kita untuk Sang Penguasa Alam Semesta, Dzat yang kasih saying-Nya seluas alam ciptaan-Nya. Kita berikan doa pengharapan pada pagi, tak berhenti lisan dan hati untuk selalu memberikan dzikir hingga petang, dan malam mendapatkan doa-doa permohonan ampun hingga pagi kembali menjelang.
Akhirnya setelah Ramadhan kita akan menjadi manusia “baru” lahir dan bathin, menjadi manusia yang berhati dan beraga lebih baik, yang siap untuk kerja-kerja ibadah yang lebih banyak dan berkualitas. Kita menjadi manusia yang lebih bermotivasi dan bersungguh-sungguh menjaga kelaziman ibadah yang memang sudah lebih baik. Dan jika memang ini adalah Ramadhan yang terakhir, semoga ia menjadi Ramadhan yang terbaik dan yang terindah dari Ramadhan-Ramadhan yang pernah kita jalani. Semoga.
1 komentar:
postingannya mengingatkan kami dari kealpaan kami..
makasih ya
Posting Komentar