Selasa, 12 Oktober 2010

Cemas

Kalau saja Tuhan tidak Maha Penyayang dimana kesabaran-Nya memiliki batas, mungkin saya sudah lama tidak ada di dunia ini. Karena pasti Tuhan sudah “menghapuskan” saya dari daftar manusia yang layak hidup akibat keingkaran saya yang bertubi-tubi. Atau mungkin juga sudah lama dunia ini hanya diisi oleh segelintir manusia yang mampu konsisten dengan kebaikan. Dalam bayangan saya mereka itu para Nabi dan pengikutnya yang setia.

Oleh karenanya, sesungguhnya semua kejadian yang berlangsung di dunia ini menjadi seimbang karena kasih sayang Tuhan. Dan kasih sayang-Nya terus bekerja pada semua dzat, pada semua komposisi dan dimensi sebab-akibat. Saya, anda dan kita masih memiliki peluang untuk masuk ke syurga adalah karena kasih-sayang Tuhan.

Mungkin anda bertanya apa yang sedang terjadi pada saya sehingga saya menulis artikel singkat ini dengan tema seperti ini. saya sendiri tidak tahu apa alasannya. Yang mungkin saya beri tahu, bahwa saya sedang ingin menulis sesuatu dan itu memang terkait dengan suasana hati juga renungan yang saya punya. Anggap saja saya sedang ingin meresapi dan memahami hakikat posisi Tuhan sekaligus mengira-ngira posisi saya ada dimana dihadapan Tuhan.

Tulisan-tulisan seperti ini mungkin juga menggambarkan kegelisahan dan kecemasan siapa saja yang sedang mengungkapkannya. Secara kebetulan sebelum tulisan ini selesai saya dapat pesan dari seorang sahabat yang selalu mengirimkan pesan-pesan kebaikan melalui Yahoo Messenger. Pesannya seperti ini (saya tuliskan apa adanya):

“Orang mukmin bisa merasa cemas karena enam hal, yaitu: (i) cemas (takut kepada Allah), khawatir kalau sewaktu-waktu Allah mencabut kenikmatan iman; (ii) cemas akan malaikat hafadhah (pencatat), takut mereka mencantumkan amal yang dapat mempermalukan diri pada hari kiamat; (iii) cemas akan syetan, takut seandainya ulah mereka menjadi sebab terhapusnya segala amal kebaikan diri; (iv) cemas akan malaikat maut, takut tiba-tiba nyawa dicabut, sedang diri tengah lengah atau lupa; (v) cemas akan gemerlap dunia, takut diri terbujuk, terpukau, sehingga lupa kehidupan akhirat; (vi) cemas akan keluarga, takut terlalu disibukkan oleh mereka, sehingga lupa dari mengingat Allah ‘Azza wa Jalla (Utsman bin Affan). Dikutip dari kitab Nasha-ihul ‘ibad, Syihabuddin Ahmad bin Hajar al Asqalani)”

Kecemasan boleh jadi merupakan sinyal dari kewarasan diri atau peringatan pada diri untuk segera waspada dalam memutuskan langkah-langkah selanjutnya. Karena bisa saja setelah keputusan diambil, tidak akan ada lagi peluang untuk berputar kembali. Karena Allah terlanjur memberikan hukuman atau Tuhan memang sudah menutup hati. Padahal tertutup hati itu merupakan hukuman Tuhan yang terdahsyat bagi manusia, karena ujungnya adalah kehinaan yang bermuara pada siksa abadi yaitu neraka. Astaghfirullah. Betul-betul tulisan ini terkhusus untuk saya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: