Kamis, 07 Oktober 2010

I Trapped in Limbo, So Do Not Trust Me…


Jika saya ditanya saat ini, apa yang paling sulit saya hadapi di dunia ini, maka dengan mudah saya akan jawab, bahwa yang tersulit dalam hidup saya adalah menjaga kesadaran pada Tuhan. Mungkin situasi ini pernah anda hadapi, dan menyusahkan anda (atau mungkin juga tidak sama sekali). Satu waktu kita dapat begitu berkonsentrasi untuk selalu sadar pada kekuasaan Tuhan, dapat begitu menikmati setiap detik prosesi peribadahan atau menahan diri dari kehinaan. Tetapi ada waktu yang lain, dimana kita begitu mabuk dalam kenikmatan yang sejatinya adalah kehinaan, dan sangat terganggu oleh semua bentuk kebaikan, kapanpun dan dimanapun.

Menjaga kesadaran itu setiap saat, setiap keadaan, setiap situasi, pada semua peristiwa dan kejadian yang meliputi kita, menjadi tantangan kehidupan yang paling berat. Untunglah Tuhan sediakan jalan keluar dengan istighfar dan taubat. Beliau tahu hambanya yang bernama manusia ini, begitu lemahnya, penuh khilaf atas semua komitmennya, selalu lupa dengan janji-janjinya, selalu lalai pada semua amanah yang diembannya. Jadi sekali lagi, duhai seluruh manusia, saya sebagai manusia bukanlah manusia kuat, tangguh, apalagi mulia seperti yang mungkin ada di benak anda. Jika ada kebenaran keluar dari lidah saya, kebaikan yang diberikan tangan saya, lihatlah saja itu sebagai sebuah kebaikan yang memang Tuhan sudah tetapkan. Kebenaran dan kebaikan itu jangan dihubung-kaitkan dengan saya, karena percayalah anda akan kecewa jika tahu siapa sebenarnya saya.

siapa aku

mau tahu berapa banyak kebaikanku?
ia laksana telaga yang merasa seperti samudra
mau tahu seperti apa keburukanku?
ia mengira seperti setetes embun padahal seluas alam semesta

bianglala di cakrawala hidupku, tapi tak kulihat warnanya
air telah melepaskan dahagaku, tapi tak kurasa segarnya

mau tahu siapa aku?
aku yang tahu syurga diujung jalan
tapi dengan sadar melangkah mundur ke neraka

13 Oktober 2007, 22:15 WITA, Balikpapan


siapa aku (2)

Ingin kubelah langit dengan kata-kata
kuaduk-aduk bintang dengan kalimat-kalimat sastra
Tidak ada yang kucari kecuali satu saja
Sekedar takdir masa depan yang tak kutahu apa

Aku ini pelamun bukan pujangga
Tapal batas pelamun sejauh batas yang pernah ada
Sementara batas pujangga sepanjang goresan pena pada kata
Sehingga pelamun bukanlah pujangga

Beda pelamun dan pujangga laksana imajinasi dan sastra
Tetapi dunia mereka sama, dunia para perenung dan penyendiri
Aku bukan pujangga karena aku tidak suka mempermainkan kata
Aku hanya pelamun yang mencari kata untuk diri dan sepi

14 Oktober 2007, 12:00 WITA, Balikpapan


siapa aku (3)

Hening di sana sepi di sini
Seluas-luas bumi ingin kucari
Karena dengan hening kunikmati dunia
Oleh sebab sepi kudapatkan bahagia

Aku tidak pernah bermimpi
Semua mimpiku sudah menjadi imajinasi
Aku pun tak memiliki cinta untuk dijadikan obsesi
Karena kutahu bersama takdir selalunya ia pergi

Yang kupahami aku hanya seorang pelamun pencari sepi
Yang selalu mencari inti dari semua peristiwa dan rasa
Senyap-senyap pula kutemukan siapa diriku ini
Manusia yang penuh dengan tipu daya dan dosa

Duhai Tuhan pemilik segala-gala
Inilah aku makhluk kreasi-Mu
Menyelam disamudra dunia mencari makna
Berdiri disini mencari hakikat cinta-Mu

14 Oktober 2007, 16:18 WITA, Balikpapan

Tidak ada komentar: