Pernah satu kali saya merasa bersalah sekali. Saya memandang seseorang begitu remeh karena saya tahu keburukannya. Pada poin itu secara tak sadar saya menunjukkan sikap bahwa saya manusia yang lebih baik dari dia. Tersadar saya, bahwa pandangan remeh itu sepatutnya ditujukan pada keburukannya bukan pada manusianya. Anda punya renungan yang sama?
Padahal Allah saja tidak pernah meremehkan siapa saja, sejahat dan seburuk apapun hamba-Nya itu. Tetap saja kalimat-kalimat Allah adalah kalimat-kalimat kasih sayang, kalimat-kalimat pengampunan bagi semua hambanya. Oleh karenanya tidak sepatutnya keburukan seseorang membuat kita mensirnakan senyum, menjauhkan keakraban dan menghilangkan tatapan remeh pada siapapun.
Boleh jadi keburukan seseorang sudah terhapus dari buku amalnya karena taubat yang baik, dan berganti dengan amal yang bertumpuk-tumpuk. Sementara buku amal kita vakum lama tak terisi karena kita sibuk memikirkan dan menyikapi keburukan orang lain yang telah dimaafkan Tuhan itu.
Disini saya mengajak siapa saja, untuk tidak menghabiskan energi dengan pikiran keburukan-keburukan orang lain. Lebih baik memikirkan keburukan diri sendiri, atau yang lebih baik memikirkan apa amal shaleh yang dapat kita lakukan pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Kesahajaan bersikap bukan berawal dari prilaku, tetapi dari berfikir. Maaf jika tulisan ini juga sudah menunjukkan sikap saya yang tidak bersahaja, karena merepresentasikan kebijaksanaan yang saya punya.
Sekali lagi tulisan ini hanya menyampaikan sedikit kesadaran diri saya pada banyak kesalahan yang tidak saya sadari, dan mungkin saja berguna bagi anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar